11
Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.
Stomatitis angularis cheilosis : adanya keradngan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna keputihan.
Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhlorodia
Pica : keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti :
tanah liat, es, lem dan lain-lain. 3. Gejala penyakit dasar
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya pada anemia
akibat penyakit cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami. Pada anemia
karena perdarahan kronik akibat kanker kolon dijumpai gejala gangguan kebiasaan buang air besar atau gejala lain tergantung dari kanker tersebut.
2.12 Pencegahan Anemia
1. Pendidikan kesehatan: kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian alas kaki untuk mencegah penyakit cacing tambang, penyuluhan gizi untuk
mendorong konsumsi makanan yang membantu absorbsi besi. 2. Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronik
yang sering dijumpai didaerah tropik. Pengendalian infeksi cacing tambang dapat dilakukan dengan pengobatan masal dengan anthelmetik
dan perbaikan sanitasi. 3. Suplementasi besi yaitu pemberian besi profilaksis pada segmen penduduk
yang rentan, seperti ibu hamil dan anak balita memakai pil besi dan folat. 4. Fortifikasi bahan makanan dengan besi, yaitu mencampurkan besi pada
bahan makan. Di negara barat dilakukan dengan mencampur tepung utnuk roti atau bubuk susu dengan besi.
3
2.13 Jenis
– Jenis Zat besi
Jenis zat besi dalam bentuk kimia didalam makanan terdiri atas dua jenis yaitu :bentuk heme dan bentuk non-heme. Bentuk heme terdapat dalam
hemoglobin yaitu terdapat dalam daging, hati dan ikan. Besi heme menyusun
12
sekitar 10-15 dari total besi dalam makanan. Absorbsi besi dalam bentuk heme ini dapat dikatakan sempurna dan sangat sedikit dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain dalam makanan. Besi dalam bentuk heme dapat langsung diabsorbsi melalui reseptor dan protein transporter tertentu terutama didaerah
duodenum dan jejunum bagian atas. Penyerapan zat besi ini 20 -30 .
7
Sebanyak 80 besi dalam makanan adalah dalam bentuk besi non heme. Bentuk ini terdapat pada 60 produk hewani dan 100 produk nabati.
Absorbsi besi non heme tergantung pada seberapa besar bentuk tersebut dapat larut dalam usus. Perubahan bentuk kimia dari ferri Fe 3+ menjadi ferro
Fe2+ sangat menentukan daya penyerapan dan penggunaan besi non-heme ini. Penyerapan besi non-heme hanya sebesar 1-16.
7
Berdasarkan hasil analisa bahan makanan didapatkan bahwa sebanyak 30- 40 zat besi dalam hati dan ikan,50-60 zat besi dalam daging sapi,kambing,
dan ayam adalah dalam bentuk heme. Zat besi ini terutama terdapat pada produk hewani hasil olahan darah, sedangkan zat besi non hewani atau zat
besi dari bahan nabati pada umumnya terdapat dalam makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur- sayuran, buah-buahan.
7
2.14 Fungsi zat Besi
Fungsi zat besi dalam tubuh yaitu
8
:
1. Berfungsi Untuk Keperluan Metabolisme Energi
Sebanyak 80 zat besi tubuh berada di dalam haemoglobin. Hemoglobin dalam darah membawa oksigen dari paru-paru untuk dikeluarkan dari
tubuh. Mioglobin berperan sebegai reservoir oksigen, menerima, menyimpan dan melepas oksigen dalam sel-sel otot. Pada kasus
menurunnya produktivitas di sebabkan karena berkurangnya enzim-enzim mengandung besi dan kurangnya besi sebagai kofaktor enzim- enzim yang
terlibat dalam metabolisme energi, karena menurunnya hemoglobin darah. Akibat metabolisme energi dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan
asam laktat yang menyebabkan rasa lelah.
13
2. Untuk Kemampuan
Otak mempunyai kadar besi yang tinggi yang diperoleh dari transport besi yg di pengaruhi oleh reseptor transferin. Kadar besi meningkat selama
pertumbuhan hingga remaja. Defisiensi besi berpengaruh pada fungsi otak, terutama pada fungsi neurotransmiter. Akibatnya kepekaan reseptor saraf
dopamine berkurang dan dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Jika ini terjadi maka daya konsentrasi, daya ingat dan
kemampuan belajar terganggu, bahkan menurun.
3. Sebagai Sistem kekebalan
Pada defisiensi besi, respon kekebalan oleh sel limfosit-T berkurang karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut yg disebabkan karena
berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA karena gangguan enzim yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi. Disamping itu sel
darah putih yang berfungsi untuk menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan besi.
4. Sebagai Pelarut Obat
– Obatan
Obat –obatan yang tidak larut dalam air dapat dilarutkan oleh enzim-enzim
yang mengandung besi, sehingga dapat dikeluarkan dari dalam tubuh.
2.15 Sumber Zat Besi