14
2.16 Dampak Kekurangan dan Kelebihan besi
Defisiensi besi dapat menyebabkan tergangguanya pembentukan sel-sel darah merah sehingga konsentrasi heoglobin dalam darah berkurang yg pada akhirnya
menyebabkan anemia. Kelebihan zat besi jarang terjadi karena makanan, tetapi dapat disebabkan oleh suplemen besi, gejalanya seperti rasa muntah, diare, denyut
jantung meningkat, sakit kepala. Selain itu, kelebihan zat besi bisa dipakai oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
10
2.17 Tingkat Kecukupan Zat Besi dalam makanan
Kecukupan zat besi bisa didapat di dalam makanan dan tiap makanan mengandung zat besi yang berbeda-beda, seperti dalam tabel 2.4.
11
Tabel 2.4 Kandungan zat besi dalam makanan
Bahan Makanan Zat besi mg 100 g
Hati Daging
Ikan Telur ayam
Kacang- kacangan Tepung gandum
Sayuran hijau daun Umbi- umbian
Buah- buahan Beras
Susu sapi 6,0
– 14,0 2,0
– 4,2 0,5
– 1,0 2,0
– 3,0 1,9
– 14,0 1,5
– 7,0 0,4
– 18,0 0,3
– 2,0 0,2
– 4,0 0,5
– 0,8 0,1
– 0,4 Sumber : wirakusumah 1998
2.18 Kebutuhan Zat Besi
Kebutuhan zat besi yang diserap berbeda-beda antara individu, umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis, seperti yang terdapat pada tabel 2.5 sebagai
berikut :
12
15
Tabel 2.5 Angka kecukupan zat besi
Gol. Umur Berat
Badan Tinggi
Badan
Energi Kkal Besi mg
0-6 bulan
5.5 60
560 3
7-12 bulan
8.5 71
800 5
1-3 tahun
12 90
1250 8
4-6 tahun
18 110
1750 9
7-9 tahun
24 120
1900 10
Pria
10-12 tahun
30 135
2000 14
13-15 tahun
45 150
2400 17
16-19 tahun
56 160
2500 23
20-59 tahun
62 165
Ringan 2800
13 Sedang
3000 13
Berat 3600
13 60
tahun 62
165 2200
13
Wanita
10-12 tahun
35 140
1900 14
13-15 tahun
46 153
2100 19
16-19 tahun
50 153
2000 25
20-59 tahun
54 156
Ringan 2050
26 Sedang
2250 26
Berat 2600
26 60
tahun 54
154 1850
14 + Hamil
285 20
+ Menyusui 0-6
bulan 700
2 7-12
bulan 500
2 13-24
bulan 400
2
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V, Jakarta, 1993
16
2.19 Mengukur Hemoglobin
Parameter yang digunakan untuk mengetahui seseorang mengalami anemia secara luas adalah hemoglobin Hb, hemoglobin adalah senyawa
pembawa oksigen pada sel darah merah. Kandungan hemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia Beberapa cara untuk mengukur kandungan hemoglobin
dalam darah, yang paling banyak dilakukan secara automatik oleh mesin yang direkam khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap darah.
13
Kadar hemoglobin darah ditentukan dengan bermacam-macam cara antara lain: cyanmethemoglobin dan sahli.
2.19.1 Cara Cyanmethemoglobin
Cara cyanmethemoglobin bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard
cyanmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli.
13
2.19.2 Cara Sahli
Cara ini mengubah hemoglobin menjadi hematin asam, selanjutnya warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu.
Kelemahan pada metode ini kolorimeter visual tidak teliti, hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandardkan. Cara
ini juga kurang baik karena tidak semua hemoglobin diubah menjadi hematin asam.
13
2.19.3 Hemoglobinometer
Hemoglobinometer adalah alat untuk mengukur konsentrasi hemoglobin dalam darah. Dengan pengukuran spektrofotometri dari konsentrasi hemoglobin.
Portable hemoglobinometer untuk mengukur konsentrasi hemoglobin yang dapat digunakan untuk yang tidak memiliki laboratorium, portable hemoglobinometer
adalah alat noninvasif untuk menentukan konsentrasi oksigen di jaringan yang diambil dari permukaan kulit.
13
17
2.20 Penilaian konsumsi pangan individu
Metode penilaian konsumsi pangan individual dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama Gibson, 1990 , kelompok pertama disebut sebagai
metode konsumsi harian kuantitatif, yang terdiri atas ingatan recall dan catatan record. Metode ini dirancang untuk mengukur kuantitas pangan yang
dikonsumsi individu selama kurun waktu satu hari. Kelompok kedua adalah metode riwayat makanan dan frekuensi konsumsi pangan food frequency
questionnaire, FFQ . Keduanya meperoleh informasi restrokpektif pola konsumsi pangan pada periode yang lama di masa yang lalu.
14
2.20.1 Metode Pencatatan Makanan food record method
Catatan makanan dietary record atau catatan harian diet food diary adalah deskripsi lengkap jenis dan jumlah makanan dan minuman yang
dikonsumsi, setiap kali makan, pada periodee tertentu yang ditetapkan, biasanya 3-7 hari. Catatan dapat berupa formulir khusus atau buku kecil yang berupa
lembaran kosong atau telah berisi anjuran kategori pangan setiap hari. Pada beberapa penerapan, pangan ditimbang atau diukur dengan prosedur tertentu.
14
Prosedur pencatatan, terutama yang berkaitan dengan deskripsi lengkap jenis kuantitas pangan, harus dijelaskan kepada subjek atau responden. Pada
metode ini subjek atau responden saat konsumsi pangan yang diminta untuk mencatat semua pangan termasuk kudapan yang dikonsumsi pada periode waktu
tertentu.
14
Deskripsi lengkap pangan atau minuman yang dikonsumsi: 1. Kuantitas ukuran rumah tangga : piring, sendok, dan lain-lain
2. Jenis 3. Metode pemasakan
4. Merek bagi produk olahan Ukuran porsi pangan dapat diperkirakan oleh responden dengan menggunakan
berbagai prosedur, yang masing- masing berbeda taraf presisinya. Untuk
18
mengukur porsi pangan dapat digunakan ukuran rumah tangga baku seperti piring, sendok makan. Pengukuran tambahan dapat dilakukan dengan menggunakan rol
untuk daging dan kue dan hitungan untuk telur dan roti. Ukuran porsi biasanya dikonversi ke gram oleh peneliti sebelum menghitung asupan gizi.
14
Jumlah hari yang diperlukan dalam metode ini bervariasi, biasanya tiga, lima, atau tujuh hari. Akhir minggu harus secara proporsional disertakan pada periode
survei makanan pada setiap subjek untuk memperhitungkan efek hari dalam minggu yang potensial pada asupan pangan dan zat gizi. Tidak ada kesepakatan
tentang jumlah, jarak, dan pemilihan hari pencatatan untuk menandakan baik asupan kebiasaan pangan atau zat gizi individu dengan metode ini.
14
2.20.2 Metode Frekuensi Konsumsi Pangan
Pada metode ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi deskriptif kualitatif tentang pola kebiasaan konsumsi pangan. Secara umum, metode ini
tidak menghasilkan data kuantitas asupan pangan atau gizi.
14
Kuesioner yang digunakan disebut kuesioner frekuensi makanan food frequency questionnaire, FFQ, terdiri atas :
1. Daftar pangan 2. Frekuensi konsumsi dalam hari, minggu, atau bulan
Prinsip pendekatan frekuensi makan dalam kaitan antara asupan pangan zat gizi dengan timbulnya penyakit adalah bahwa rata-rata asupan jangka panjang
misalnya, diatas satu minggu, bulan, atau tahun, merupakan paparan yang lebih bermakna dibandingkan asupan pada beberapa hari. Oleh karena itu, perkiraan
asupan pangan secara kasar dalam jangka panjang lebih tepat daripada perkiraan asupan pangan periode singkat.
Selain metode penilaian konsumsi pangan yang disebutkan diatas, metode baru yang digunakan dalam menilai konsumsi pangan individu adalah metode
telepon, fotografi, dan perangkat elektronik untuk mencatat asupan pangan.
14
19
2.21 Kerangka teori
Keterangan : variabel yang akan diteliti
variabel yang tidak diteliti
hubungan yang akan diteliti
hubungan yang tidak diteliti 2.22 Kerangka Konsep
Variabel bebas variabel terikat
Asupan zat besi Terdapat zat
penghambat absorbsi
Kebutuhan besi meningkat
Kehilangan besi akibat perdarahan , riwayat
perdarahan akutkronik
HB rendah Anemia
defisiensi besi
Asupan fe Anemia
20
2.23 Definisi operasional
No Variabel
Definisi Cara Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala pengukuran
1. Asupan
zat besi Jumlah
dan frekuensi zat
yang dikonsumsi
seseorang Angket
-Food record -FFQ
1.cukup 26 mg per hari
2.kurang 26 mg per hari
Ordinal
2. Anemia
suatu keadaan berkurangnya
hingga di
bawah nilai
normal jumlah sel
darah merah,
kuantitas hemoglobin,
dan volume
packet red
blood cells
hematokrit per 100 ml
darah.
Mengambil sedikit darah
dari ujung
jari subjek
penelitian dengan
menggunaka n
lancet untuk
mendapatka n nilai kadar
hemoglobin
Hemoglobinometer 1.normal
Hb ≥ 12 grdl 2.anemia
Hb 12 grdl
Ordinal
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat analitik dengan rancangan cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat besi
dan kejadian anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
Tempat : Penelitian ini dilakukan di Kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
waktu : Pada tanggal 6 Juli 2012 – 2 September 2012.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi untuk penelitian ini adalah mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3.2 Sampel
Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
a. Kriteria Inklusi
Mahasiswi yang mempunyai siklus menstruasi normal. Telah menandatangani lembar persetujuan dan bersedia mengikuti
penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
Mengalami infeksi malaria, HIV, atau cacing tambang Memiliki riwayat gagal ginjal kronik
Memiliki riwayat perdarahan akut atau kronik Vegetarian