Deposito Instrumen Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah

3. Deposito

a. Pengertian Dalam UU No 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 7 disebutkan bahwa deposito adalah ”Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan”. 66 Berbeda dengan perbankan konvensional yang memberikan imbalan berupa bunga bagi nasabah deposan, namun dalam perbankan syariah imbalan yang diberikan kepada nasabah deposan adalah bagi hasil profit sharing sebesar nisbah yang disepakati di awal akad. 67 Berbeda dengan giro dan tabungan, deposito mengandung unsur jangka waktu jatuh tempo yang lebih panjang dan bersifat tidak likuid, sebab penarikan atau pencairan dana hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo saja. Akan tetapi, dari segi bagi hasil, bagi hasil yang diberikan deposito lebih tinggi dibanding tabungan dan giro. Untuk mencairkan deposito, deposan dapat menggunakan bilyet deposito atau sertifikat deposito. b. Landasan Hukum 66 UU No 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 7 67 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 93. Landasan hukum yang mengatur pemberlakuan simpanan deposito di bank syariah adalah fatwa Dewan Syariah Nasional. Berdasarkan fatwa DSN No.3DSN-MUIIV2000, Deposito yang diperbolehkan adalah deposito yang menggunakan prinsip mudharabah. 68 Adapun deposito yang dilarang adalah deposito dengan perhitungan bunga. c. Aplikasi di Bank Syariah Akad yang digunakan untuk produk deposito pada bank syariah adalah akad mudharabah mutlaqah tidak terikat dan mudharabah muqayyadah terikat. Dalam mudharabah mutlaqah, bank sebagai mudharib mempunyai kebebasan mutlak dalam mengelola investasinya. Pemilik dana deposito tidak mensyaratkan dananya disalurkan kepada jenis usaha tertentu, sehingga bank bisa menyalurkan dananya ke usaha apapun, selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 69 Berbeda dengan mudharabah mutlaqah, dalam akad mudharabah muqayyadah bank tidak memiliki kebebasan penyaluran pembiayaan 68 Dewan Syari’ah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, h. 19. 69 Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, h. 35. dana deposito tersebut, sebab nasabah deposito mensyaratkan dananya disalurkan kepada satu jenis usaha tertentu yang diinginkan nasabah. 70 Lebih lanjut, deposito dengan akad mudharabah muqayyadah terbagi menjadi dua jenis, yaitu executing on balance sheet dan channeling off balance sheet. 71 Pada executing, bank tetap bertindak sebagai mudharib pengelola dana deposito, hanya saja penyaluran dananya diarahkan kepada proyek atau jenis usaha yang diinginkan nasabah. Transaksi ini dilakukan secara on balance sheet yaitu dicatatkan pada neraca bank sebagai investasi terikat. Bank dan pemilik deposito saling berbagi dalam keuntungan dari penyaluran dana tersebut, dengan nisbah yang ditentukan di awal akad. 72 Sedangkan pada channeling, bank bertindak sebagai agen broker yang mempertemukan antara pemilik deposito dengan pelaku sektor usaha yang diinginkan nasabah pemilik deposito. Pada transaksi ini, bank hanya memperoleh komisi dari jasanya mempertemukan kedua pihak tadi. Oleh karena itu, transaksi ini dilakukan secara off balance sheet , yaitu di luar neraca bank. 73 70 Ibid . 71 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 118. 72 Ibid ., h. 119. 73 Ibid. d. Jenis-jenis Deposito Dalam prakteknya, paling tidak ada tiga jenis deposito, yaitu deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call. Masing- masing jenis deposito memiliki kelebihan tersendiri. Khusus deposito berjangka, diterbitkan pula dalam mata uang asing. 74 1 Deposito Berjangka Deposito berjangka adalah deposito yang diterbitkan dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka biasanya bervariasi mulai dari 1,3,6,12 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga. Maksudnya di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga pemilik deposito tersebut. Deposito berjangka yang diterbitkan dalam valuta asing, biasanya diterbitkan oleh bank devisa. Perhitungan, penerbitan, pencairan dan bagi hasil dilakukan dengan kurs devisa umum. Penerbitan deposito berjangka dalam valas biasanya diterbitkan dalam valas yang kuat seperti US Dollar, Yen Jepang, DM Jerman atau mata uang kuat lainnya. 75 Sistem deposito berjangka dibedakan atas 76 : a. Deposito Automatic Roll Over ARO 74 Kasmir, Manajemen Perbankan, h. 63. 75 Ibid ., h. 64. 76 Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004, h. 80. Yaitu deposito berjangka yang otomatis diperpanjang oleh bank jika telah jatuh tempo namun belum dicairkan oleh pemiliknya. System ini sangat menguntungkan deposan karena selama belum dicairkan, deposan selalu mendapatkan bagi hasil. b. Deposito Non Automatic Roll Over Yaitu deposito berjangka yang tidak diperpanjang secara otomatis, jika telah jatuh tempo dan pemiliknya belum mencairkan. 2 Sertifikat Deposito Sama halnya dengan deposito berjangka, sertifikat deposito diterbitkan dalam jangka waktu 1,3,6,12 bulan. Hanya perbedaannya sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat, sehingga dapat diperjualbelikan dan dipindahtangankan kepada pihak lain. 77 Oleh karena itu, sertifikat deposito merupakan instrumen di pasar uang. 3 Deposit On Call DOC Deposit On Call merupakan deposito yang diperuntukkan bagi deposan yang memiliki jumlah uang yang besar dan uang tersebut 77 Kasmir, Manajemen Perbankan, h. 63. belum digunakan sementara waktu. Penerbitan DOC berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama 1 bulan. DOC diterbitkan atas nama. Pencairan bagi hasil dilakukan pada saat pencairan DOC . Namun sebelum dicairkan, 3 hari sebelumnya deposan harus memberitahukan kepada bank bahwa deposan akan mencairkan DOCnya. Besarnya bagi hasil DOC biasanya dihitung per bulan dan untuk menentukan nisbah bagi hasilnya terlebih dahulu dilakukan negosiasi antara nasabah dengan pihak bank. 78 78 Ibid .

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum BNI Syariah

1. Sejarah Singkat PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk merupakan bank umum pemerintah yang didirikan pada tanggal 5 Juli 1946. Seiring dengan perkembangan zaman dan untuk mewujudkan visinya menjadi universal banking , BNI menjadi salah satu pelopor dalam pengembangan bank syariah di Indonesia. BNI merupakan salah satu bank umum pemerintah terbesar di Indonesia dilihat dari sisi jaringan. BNI memiliki 900 cabang lebih yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. 79 BNI Syariah adalah divisi usaha yang berada pada PT Bank Negara Indonesia persero Tbk. Sesuai dengan Undang-undang no.10 tahun 1998 yang memungkinkan pendirian bank syariah, maka BNI membentuk unit usaha yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Konsep unit usaha syariah yang diterapkan di BNI adalah dual banking system. 79 Zainatussirti, Respon Nasabah Pengguna Layanan Syariah BNI Syariah Studi Kasus BNI Syariah KCU Melawai Raya , Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum Ciputat, Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2007, h. 39.