Hambatan Pelaksanaan Layanan Syariah

3 Dengan menggunakan sumber daya manusia bank yang telah memiliki pengetahuan mengenai produk dan operasional bank syariah. 4 Dengan didukung oleh kesiapan teknologi sistem informasi yang memadai, dan 5 Dengan didukung oleh sistem pengendalian yang mamadai dari kantor cabang syariah yang menjadi induknya. c. Layanan syariah wajib: 1 Dicatat dan dibukukan secara terpisah dari kantor cabang dan atau kantor cabang pembantu dimana layanan syariah berlokasi, 2 Menggunakan standar akuntansi keuangan yang berlaku bagi perbankan syariah, 3 Laporan keuangan layanan syariah wajib digabungkan dengan laporan keuangan kantor cabang syariah induknya pada hari yang sama, 4 Kantor cabang atau kantor cabang pembantu bank yang menjadi lokasi layanan syariah, wajib mencantumkan logo industri perbankan syariah dan atau kata-kata layanan syariah di tempat yang mudah dilihat dan dibaca dengan jelas oleh masyarakat. Kemudian dijelaskan pula pada PBI No.9 Pasal 39: 33 a. Bank wajib menyampaikan laporan rencana layanan syariah sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 kepada Bank Indonesia paling lambat dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari sebelum pelaksanaan kegiatan. b. Pelaksanaan kegiatan layanan syariah sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 wajib dilakukan paling lambat dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari setelah tanggal penegasan dari Bank Indonesia. c. Pelaksanaan layanan syariah wajib dilaporkan oleh bank kepada Bank Indonesia paling lambat 10 sepuluh hari setelah tanggal pelaksanaan kegiatan.

5. Hambatan Pelaksanaan Layanan Syariah

33 PBI No.97PBI2007 pasal 39 Walaupun telah dianggap cukup berhasil, penerapan layanan syariah masih mengahadapi berbagai hambatan, antara lain: a. Minimnya Anggaran Promosi Sebagaimana anggaran pengembangan unit usaha syariah yang minim, maka anggaran promosi program layanan syariah juga sangat minim. Oleh karena itu, sosialisasi program ini kurang berhasil. Hal ini tentunya kurang menguntungkan bagi bank syariah yang tengah berusaha menggenjot asetnya di tahun 2008 ini. Jajaran direksi bank masih kurang memberikan perhatian terhadap promosi produk-produk Syariahnya. Hal ini terjadi di hampir semua bank syariah, termasuk pula BNI Syariah. 34 b. Resistensi dari Karyawan Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu konvensional Sesuai dengan PBI No.97PBI2007, maka dana yang diperoleh dari kantor layanan syariah dipisahkan dari dana kantor cabang atau kantor cabang pembantu dimana layanan syariah berlokasi. Dana tersebut kemudian digabungkan dengan kantor cabang syariah induknya. Selain itu, sumber daya yang digunakan untuk melayani transaksi syariah adalah sumber daya kantor cabang konvensional tersebut, yang telah diberikan pelatihan mengenai perbankan syariah. Jadi, bisa dikatakan bahwa yang mengumpulkan 34 Nurcahyo Artianto, Staff BNI Syariah, Wawancara pribad, Jakarta 24 Juni 2008. dana adalah kantor cabang konvensional, akan tetapi yang menikmati pertumbuhan DPK adalah kantor cabang syariahnya. 35 Hal ini tentunya menimbulkan kecemburuan dan resistensi dari pihak kantor cabang konvensional, sebab mereka merasa hasil kerjanya tidak dinikmati oleh mereka sendiri, melainkan dinikmati oleh kantor cabang syariah. Oleh sebab itu, diperlukan pengaturan yang adil dan bijaksana mengenai hal ini, sehingga masing-masing pihak tidak merasa dirugikan dan tidak merugikan pihak lainnya. Di BNI Syariah masalah ini sempat menjadi kendala dalam pelaksanaan layanan syariahnya. Akan tetapi, kendala tersebut telah dipecahkan dengan dengan melakukan pengaturan dan pembagian yang adil dan bijaksana antara kantor cabang syariah dan kantor cabang konvensionalnya. 36 c. Keraguan Masyarakat Terhadap Kesyariahan Layanan Syariah Masih ada di antara kaum muslimin yang meragukan keabsahan layanan syariah yang dijalankan selama ini. Keraguan mereka didasarkan pada pola kerja layanan syariah, dimana kantor layanan syariah merupakan bagian dari bank konvensional yang tentu 35 Ibid. 36 Ibid. saja operasional sehari-harinya tidak sesuai dengan syariah Islam karena menggunakan bunga. 37 Mengenai keraguan ini, K.H. Ma`ruf Amin, Ketua DSN MUI, mengatakan bahwa kerjasama dalam bentuk layanan syariah tidak melanggar syariah, sebab ada teknologi yang mampu membuat dana itu benar-benar terpisah. Dengan adanya teknologi tersebut, dapat dijamin ketidakbercampuran dana bank syariah dengan bank konvensionalnya, sehingga kesyariahannya tetap terjaga. 38

B. Sumber Dana Bank Syariah