Dana Pihak Kedua Dana Pihak Ketiga

2. Dana Pihak Kedua

Dana pihak kedua berasal dari lembaga keuangan lainnya, yaitu bank sentral dan bank lainnya. Pada prakteknya, dana dari pihak kedua ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian dana dari modal pihak pertama dan masyarakat pihak ketiga. Dana dari sumber ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Adapun dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari 47 : a. Bank Indonesia melalui BLBI b. Pinjaman Antar Bank call money c. Pinjaman Dari Bank Luar Negeri d. Surat Berharga Pasar Uang SBPU Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan, Dana Pihak Kedua berasal dari 48 : a. Pinjaman dari Bank-bank lain atau Call Money. b. Pinjaman dari Bank atau Lembaga Keuangan Lain di luar negeri, yang biasanya berbentuk pinjaman jangka menengah. c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank LKBB berupa surat berharga atau efek. d. Pinjaman dari Bank Sentral. 47 Ibid ., h. 49. 48 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, h. 86.

3. Dana Pihak Ketiga

Sumber dana ini berasal dari masyarakat luas berupa simpanan masyarakat. Sumber dana ini merupakan sumber terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank. Keuntungan pencarian dana dari sumber ini relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya. Mudah dikarenakan masyarakat mudah tertarik jika bank memberikan tingkat bunga bagi bank konvensional atau margin bagi hasil bagi bank syariah yang relatif lebih tinggi, dan penyediaan layanan jasa keuangan serta fasilitas menarik lainnya seperti hadiah. Selain itu, dana dari sumber ini tidak terbatas. Hanya saja, kerugian dari sumber dana ini adalah biayanya yang relatif mahal dibanding dengan sumber lainnya. Biaya yang dimaksud adalah besarnya bagi hasil yang harus diberikan bank kepada pemilik simpanan nasabah. 49 Dana dari masyarakat dapat diperoleh melalui tiga jenis simpanan, yaitu giro, tabungan dan deposito 50 . Masing-masing memiliki kelebihan tersendiri sehingga diperlukan analisa yang cermat dalam penghimpunan dan penyaluran dananya. Dalam hal tingkat bagi hasil, deposito menawarkan bagi hasil yang paling tinggi, diikuti oleh tabungan dan 49 Kasmir, Manajemen Perbankan, h. 48. 50 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, h. 31. terakhir adalah giro yang bagi hasilnya rendah, sehingga giro dikenal dengan dana murah bagi bank. 51 Perbedaan tingkat pengembalian bagi hasil ketiga jenis simpanan tersebut sebenarnya berkaitan dengan likuiditas masing-masing simpanan. Giro sangat likuid sebab dapat ditarik sewaktu-waktu berapapun jumlahnya. Tabungan bersifat likuid, tetapi kurang likuid dibandingkan giro, sebab pada tabungan biasanya terdapat limit penarikan dana. Deposito bersifat kurang likuid sebab penarikan dananya tidak dapat dilakukan sewaktu- waktu, melainkan pada periode tertentu. Deposito tidak dapat ditarik sewaktu-waktu sehingga konsekuensinya bank harus memberikan bagi hasil yang lebih tinggi kepada nasabah deposito dibanding nasabah tabungan dan giro. Bagi hasil deposito yang lebih tinggi daripada tabungan dan giro merupakan kompensasi dari jangka waktu penarikan deposito yang lebih lama dibanding simpanan lainnya. Adapun giro mendapatkan bagi hasil yang rendah sebab penarikan dananya tidak berjangka waktu.

C. Instrumen Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah