Penistaan Lambang Bendera BENTUK-BENTUK PELANGGARAN ATAS KEKEBALAN DIPLOMATIK

menuding diplomat menyelundupkan persenjataan dan peralatan komunikasi ke negara yang sedang bergolak tersebut. 86 Selain itu, Kasus lainnya adalah kasus Dikko yang terjadi pada 5 Juli 1984. Pada peristiwa ini, Dikko adalah mantan Menteri Nigeria yang diculik di London Stansted Airport untuk selanjutnya dibawa kembali ke Nigeria. Namun ternyata otoritas bandara menaruh kecurigaan terhadap barang diplomatik karena tas yang dibawa terlalu besar. Atas dasar itulah maka otoritas bandara membuka tas diplomatik tersebut.

C. Penistaan Lambang Bendera

Setiap negara mempunyai lambang negara menggambarkan kedaulatan, kepribadian dan kemegahan negara itu. Lambang dalam setiap kebudayaan memiliki makna tertentu, termasuk dalam hal ini adalah lambang-lambang negara. Lambang dalam budaya tidaklah sekedar gambar keindahan tanpa makna, akan tetapi ia adalah perwujudan dari kehendak, harapan serta cita-cita yang diinginkan oleh sang pemilik lambang. Dengan adanya lambang negara kita mampu membedakan negara satu dengan negara lainnya dengan melihat dari lambang negara tersebut. Sebagai contoh Indonesia, Garuda pancasila dan bendera merah putih merupakan lambang negara Indonesia. Bendera merah putih atau kadang disebut dengan sang dwi warna dua warna berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 86 Liputan, Tas Diplomatik Tak Luput Digeledah, Sumber: http:news.liputan6.comread319352tas-diplomatik-tak-luput-digeledah, Diakses : 1 Februari 2015 Universitas Sumatera Utara lebar 23 dua-pertiga dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama. Bendera Indonesia merah-putih memiliki makna filosofis. Merah berarti keberanian, putih berarti kesucian. Merah melambangkan raga manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan jiwa dan raga manusia untuk membangun Indonesia. Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa gula aren dan warna putih mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia, terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih umbul-umbul abang putih. Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba. 87 Burung garuda atau garuda pancasila merupakan lambang negara Indonesia juga. Burung garuda berwarna kuning emas mengepakkan sayapnya dengan gagah menoleh ke kanan. Dalam tubuhnya mengemas kelima dasar dari Pancasila. Di tengah tameng yang bermakna benteng ketahanan filosofis, terbentang garis tebal 87 Ensiklopedia, Bendera Indonesia, Sumber: http:id.wikipedia.orgwikiBendera_Indonesia , Diakses : 2 Februari 2015 Universitas Sumatera Utara yang bermakna garis khatulistiwa, yang merupakan lambang geografis lokasi Indonesia. Kedua kakinya yang kokoh kekar mencengkeram kuat semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “Berbeda-beda, Namun Tetap Satu“. Secara tegas bangsa Indonesia telah memilih burung garuda sebagai lambang kebangsaannya yang besar, karena garuda adalah burung yang penuh percaya diri, energik dan dinamis. Ia terbang menguasai angkasa dan memantau keadaan sendiri, tak suka bergantung pada yang lain. Garuda yang merupakan lambang pemberani dalam mempertahankan wilayah, tetapi dia pun akan menghormati wilayah milik yang lain sekalipun wilayah itu milik burung yang lebih kecil. Warna kuning emas melambangkan bangsa yang besar dan berjiwa priyagung sejati. Burung garuda yang juga punya sifat sangat setia pada kewajiban sesuai dengan budaya bangsa yang dihayati secara turun temurun. Burung garuda pun pantang mundur dan pantang menyerah. Legenda semacam ini juga diabadikan sangat indah oleh nenek moyang bangsa Indonesia pada candi dan di berbagai prasasti sejak abad ke-15. Keberhasilan bangsa Indonesia dalam meraih cita-citanya menjadi negara yang merdeka bersatu dan berdaulat pada tanggal 17 Agustus 1945, tertera lengkap dalam lambang garuda. 17 helai bulu pada sayapnya yang membentang gagah melambangkan tanggal 17 hari kemerdekaan Indonesia, 8 helai bulu pada ekornya melambangkan bulan Agustus, dan ke-45 helai bulu pada lehernya melambangkan tahun 1945 adalah tahun kemerdekaan Indonesia. Universitas Sumatera Utara Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, antara lain: Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17, Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8, Jumlah bulu di bawah perisaipangkal ekor berjumlah 19, Jumlah bulu di leher berjumlah 45. Perisai merupakan lambang pertahanan negara Indonesia. Gambar perisai tersebut dibagi menjadi lima bagian: bagian latar belakang dibagi menjadi empat dengan warna merah putih berselang seling warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia, merah berarti berani dan putih berarti suci, dan sebuah perisai kecil miniatur dari perisai yang besar berwarna hitam berada tepat di tengah-tengah. Garis lurus horizontal yang membagi perisai tersebut menggambarkan garis khatulistiwa yang tepat melintasi Indonesia di tengah-tengah. Emblem, Setiap gambar emblem yang terdapat pada perisai berhubungan dengan simbol dari sila Pancasila. Bintang Tunggal, Sila ke-1: Ketuhanan Yang Maha Esa. Perisai hitam dengan sebuah bintang emas berkepala lima menggambarkan agama-agama besar di Indonesia, Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan juga ideologi sekuler sosialisme. Rantai Emas, Sila ke-2: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu dengan yang lainnya yang saling membantu. Gelang yang lingkaran menggambarkan wanita, gelang yang persegi menggambarkan pria. Universitas Sumatera Utara Pohon Beringin, Sila ke-3: Persatuan Indonesia. Pohon beringin Ficus benja mina adalah sebuah pohon Indonesia yang berakar tunjang – sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar tersebut dengan bertumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Ini menggambarkan kesatuan Indonesia. Pohon ini juga memiliki banyak akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya. Hal ini menggambarkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai akar budaya yang berbeda-beda. Kepala Banteng, Sila ke-4: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam PermusyawaratanPerwakilan. Binatang banteng Latin: Bos ja va nicus atau lembu liar adalah binatang sosial, sama halnya dengan manusia cetusan Presiden Soekarno dimana pengambilan keputusan yang dilakukan bersama musyawarah, gotong royong, dan kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas bangsa Indonesia. Padi Kapas, Sila ke-5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas yang menggambarkan sandang dan pangan merupakan kebutuhan pokok setiap masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. Hal ini menggambarkan persamaan sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial satu dengan yang lainnya, namun hal ini bukan berarti bahwa negara Indonesia memakai ideologi komunisme. Motto Indonesia, Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika Universitas Sumatera Utara berasal dari kalimat bahasa Jawa Kuno karangan Mpu Tantular yang berarti “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu” yang menggambarkan keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam suku, budaya, adat-istiadat, kepercayaan, namun tetap adalah satu bangsa, bahasa, dan tanah air. 88 Beberapa kasus penistaan terhadap lambang negara pernah terjadi di Indonesia. Pada tahun 2003, Pada soal ulangan umum Sekolah Dasar di Kecamatan Tanon, Sragen, terjadi penggantian lambang sila yang ada di Pancasila. Pada salah satu soal, lambang sila keempat Pancasila diganti menjadi gambar banteng moncong putih logo PDIP. Kasus ini berhenti ditempat. Oktober 2009, Insiden perobekan bendera terjadi saat Malam Renungan Sumpah Pemuda di Bundaran Jalan Pahlawan Semarang. Acara yang diadakan Persatuan Organisasi Mahasiswa Poros menampilkan aksi teatrikal memperebutkan bendera yang mengakibatkan bendera robek menjadi dua bagian. Dalam kasus ini, polisi memintai keterangan para mahasiswa karena dianggap tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan. 89 Dalam kaitannya dengan penistaan lambang bendera dapat diambil kasus yang terjadi di kedutaan besar RI di Canberra pada awal tahun 1992. Suatu kelompok orang Timor-Timur yang sudah lama bermukim di Australia yang berjumlah sekitar 100 orang telah mengadakan unjuk rasa di depan KBRI di Canberra pada tanggal 2 88 Oimamonoha, Arti dan Makna Lambang Negara Indonesia “Garuda Pancasila”, Sumber : https:oimamonoha.wordpress.com20120810arti-dan-makna-lambang-negara-indonesia-garuda- pancasila-2, Diakses : 2 Februari 2015 89 Evan, Beragam Aksi Penghinaan Lambang Negara, Sumber: www.tempo.coreadnews20110425078329891Beragam-Aksi-Penghinaan-Simbol-Negara , Diakses : 2 Februari 2015 Universitas Sumatera Utara Januari 1992 sebagai rentetan aksi terjadinya insiden Dili 12 November 1991. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pelanggaran dalam unjuk rasa tersebut adalah didirikannya tenda-tenda, pemasangan plakat-plakat dan lentera pemasangan salib-salib sejumlah 102 buah di depan KBRI yang seakan-akan melambangkan jumlah korban penembakan yang terjadi di Dili. Kelompok pengunjuk rasa tersebut membentuk semacam penjagaan secara bergantian di tenda yang berada di luar gedung KBRI untuk selama beberapa waktu lamanya. 90 Mereka juga mempertontonkan spanduk-spanduk yang bernada anti Indonesia dan meneriakan yel-yel yang menyerang Pemerintah Indonesia serta kegiatan lainnya, seperti pembakaran dua bendera merah putih yang dibawa mereka di depan gedung KBRI. Pembakaran bendera merah putih tersebut merupakan salah satu penistaan terhadap lambang negara. Dengan adanya unjuk rasa tersebut Pemerintah RI telah mengajukan protes dan meminta agar Pemerintah Australia mencabut salib-salib, termasuk plakat-plakat, tenda-tenda dan kegiatan lainnya yang mengganggu dan menurunkan harkat martabat misi perwakilan RI. Berdasarkan peristiwa ini Menteri Luar Negeri Australia menyampaikan surat kepada Kedutaan Besar RI di Canberrra dan menyatakan penyesalan atas terjadinya unjuk rasa tersebut, dan berjanji bahwa Pemerintah Australia akan mengambil langkah-langkah seperlunya guna memberikan perlindungan terhadap misi perwakilan RI. 90 Tyokronisilicus, Kasus Demonstrasi di Depan Kedutaan BEsar Indonesia di Canberra Tahun 1992, Sumber: https:tyokronisilicus.wordpress.com20111125kasus-demonstrasi-di-depan- kedutaan-besar-indonesia-di-canberra-tahun-1992 , Diakses : 31 Januari 2015 Universitas Sumatera Utara Tindakan yang kemudian dilakukan Pemerintah Australia dalam mengatasi pelanggaran tersebut adalah pada tanggal 16 Januari 1992 telah mengeluarkan sertifikat yang menyatakan bahwa pemindahan salib-salib yang berada dalam kedekatan atau kejarakan 50m dari batas gedung KBRI di Canberra merupakan langkah yang layak sesuai dengan Pasal 22 dan 29 Konvensi Wina 1961. Pada hari itu juga sertifikat disahkan, dan Pemerintah Federal memberikan kuasa kepada kepolisian untuk memindahkan salib-salib tersebut. Pada tanggal 22 Maret 1992 terjadi lagi unjuk rasa dari 40 orang Timor-Timur di depan KBRI di Canberra yang menyatakan protes dengan tindakan Indonesia tersebut da kemudian bubar dengan tenang. Tanggal 5 April 1992 terjadi kembali unjuk rasa dari orang –orang Australia yang berjumlah 25 orang di depan KBRI di Canberra yang juga telah meneriakan yel- yel yang bernada anti Indonesia, tetapi polisi datang tepat pada waktunya dan suasana akhirnya dapat dikendalikan. Pada tanggal 17 April 1992 terjadi unjuk rasa kembali yang diikuti oleh 90 orang, 60 orang diantaranya berasal dari Timor-Timur dan 30 orang lainnya adalah orang-orang Australia dengan menancapkan kembali tanda- tanda salib yang berjumlah 125 buah. Di samping itu, pengunjuk rasa juga memampangkan satu plakat dari logam yang bertuliskan “In memory of the brave young men and women who die for the liberation of their country, East timor, on November 1991, at Santa Cruz Cemetery”. 91 91 Ibid. Universitas Sumatera Utara Pemerintah Australia segera mengirimkan empat orang polisi pengaman dalam rangka melindungi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dan telah mengadakan penjagaan terus-menerus selama 24 jam. Atas kejadian ini, Kuasa Usaha ad Interim Kedutaan Besar RI di Canberra menyatakan protes dan ketidaksenangannya atas pemasangan kembali tanda-tanda salib dan kegiatan-kegiatan lainnya di luar gedung KBRI karena hal itu sangat mengganggu ketenangan dan menurunkan kehormatan misi perwakilan RI. Atas terjadinya hal tersebut Pemerintah Australia melakukan upaya-upaya pembenahan dan langkah-langkah untuk mengatasi hal tersebut. Akhirnya pada tanggal 3 Mei 1992 polisi federal Australia telah mengangkat salib- salib dan lentera-lentera di depan KBRI di Canberra. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Australia adalah sebagai pemenuhan atas kewajiban negara penerima dalam melindungi perwakilan-perwakilan asing, dalam hal ini adalah perwakilan diplomatik Indonesia sesuai Pasal 22 ayat 2 Konvensi Wina 1961

D. Penangkapan dan Penahanan Terhadap Staf Missi Diplomatik