Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran atas kekebalan diplomatik oleh negara penerima terhadap staf missi diplomatik. 3. Untuk mengetahui penyelesaian kasus penangkapan staf diplomat India oleh kepolisian Amerika Serikat. Selain tujuan daripada penulisan skripsi, perlu pula diketahui bersama bahwa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penuliisan skripsi ini adalah: 1. Secara teoritis Memberikan pemahaman akan adanya prinsip-prinsip yang harus diaati dalam hubungan diplomatik yang dilaksanakan antar negara sesuai dengan Konvensi Wina 1961 dan 1963 dan menambah pengetahuan kita bersama dalam mendalami dan mempelajari hukum internasional secara umum dan hukum diplomatik secara khusus tentang pelanggaran kekebalan diplomatik. 2. Secara praktis Agar skripsi ini dapat menjadi kajian bagi praktisi hukum internasional terutama dalam bidang hukum diplomatik karena dalam hubungan diplomatikyang dilaksanakan oleh negara-negara harus mematuhi prinsip- prinsip hubungan diplomatik yang telah ada dan diakui secara internasional sehingga kita menjadi lebih kritis terhadap pelanggarana-pelanggaran yang dilakukan terhadap prinsip-prinsip hubungan diplomatik.

D. Keaslian Penulisan

Universitas Sumatera Utara Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang “Pelanggaran Hak Atas Kekebalan Diplomatik Pejabat Missi Diplomatik Oleh Negara Penerima” belum pernah ada ditulis sebelumnya. Khusus yang terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, keaslian penulisan ini ditunjukkan dengan adanya penegasan dari pihak administrator bagian atau jurusan hukum internasional.

E. Tinjauan Kepustakaan

Meningkatnya kerja sama antarnegara dalam menggalang perdamaian dunia demi kesejahteraan manusia berdasarkan kemerdekaan dan keadilan sosial maka tugas misi diplomatik dalam pelaksanaannya semakin meningkat pula. Pengaturan diplomatik kodifikasi hukum diplomatik memang tidak begitu pesat sebelum didirikannya badan PBB. Hampir semua negara pada saat ini diwakili di wilayah negara-negara asing oleh perutusan-perutusan diplomatik dan stafnya. Langkah-langkah utama dalam membangun misi diplomatik permanen adalah mengangkat kepala misi, memperoleh tempat untuk misi dan tempat tinggal untuk kepala, mengangkat staf dan menempatkan staf tersebut di tempat sarana praktis dari operasi, seperti komunikasi dan transportasi. Karena signifikansi represantional dan fungsional dari kepala misi, Universitas Sumatera Utara prosedur yang lebih rumit diperlukan untuk penunjukkan daripada untuk diplomat lainnya. 12 Dewasa ini sebagi landasan yuridis untuk membuka hubungan diplomatik antarnegara dapat kita pergunakan ketentuan pasal 2 Konvensi Wina 1961 yang menggariskan : “the establishment of diplomatik relations between states, and of perma nent diploma tik missions, take place by mutual consent.” Pasal 2 konvensi ini hanya menyatakan syarat – syarat terbentuknya suatu hubungan diplomatik itu sendiri, Berdasarkan pasal tersebut, dapat kita lihat bahwa kesepakatan bersama mutual consent merupakan syarat mutlak berdirinya suatu hubungan diplomatik, baik oleh antar negara maupun oleh suatu misi diplomatik yang permanen. Hubungan diplomatik antarnegara dapat diadakan dengan perhubungan persahabatan antarpemerintah mereka dalam bentuk apapun, tetapi hubungan diplomatik tetap dianggap ada, hanya dengan didirikannya misi diplomatik, atau lebih baik dengan pertukaran misi diplomatik. Sebelum kita memahami tugas dan fungsi perwakilan diplomatik berdasarkan Konvensi Wina 1961, maka ada baiknya pula kita melihat dan memahami beberapa pendapat sebagaimana yang dikemukakan dibawah ini: 12 Richard K.Gardiner, International Law, Harlow: Pearson Education Limitedd, 2003, Halaman: 348 Universitas Sumatera Utara Menurut Oppenheim-Lauterpacht, pada pokoknya hanya terdapat tiga tugas yang wajib dilakukan oleh perwakilan diplomatik yaitu: negotiation, observation, dan protection. 13 Dalam hal negosiasi, Ia harus mengemukakan pandangan dan kepentingan negaranya terhadap situasi ataupun perkembangan dunia pad saat itu kepada negara penerima. Dalam observation, Ia harus mampu mengemukakn secara seksama atas segala kejadian di negara penerima yang mungkin dapat mempengaruhi kepentingan nasional negaranya. Bahkan jika dianggap perlu melapporkan tentang hal-hal tersebut kepada pemerintah negaranya. Dalam hal proteksi, Ia harus mampu memberi perlindungan kepada diri dan badan hukum maupun harta benda warga negaranya dan termasuk pula dengan kepentinan negaranya dengan memperhatikan dan mengindahkan pengaturan- prngaturan hukum internasional dalam tersebut. Fungsi-fungsi atau tugas-tugas yang akan dilakukan oleh misi sudah diakui secara umum diabad-abad lampau, dan telah dirumuskan di dalam Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik, yang terdiri atas: 14 13 Oppenheim-Lauterpacht, International Law, Vo1 8 th edition, London-New York:Longmans Green Co, 1960, Halaman: 785-786. 14 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Modul Hukum Internasional, Jakarta, Djambatan, 2002, Halaman: 94 Universitas Sumatera Utara 1. Mewakili negara pengirim dalam negara penerima 2. Melindungi kepentingan-kepentingan dan warga-warga negara pengirim di negara penerima di dalam batasbatas yang diizinkan oleh hukum internasional 3. Mengadakan negosiasi dengan pemerintah negara penerima 4. Menentukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum, keadaan, dan perkembangan di negara penerima dan member laporan tentang itu kepada pemerintah negara penerima. 5. Meningkatkan hubungan persahabatan antara negara pengirim dan penerima dan mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaan dan sosial mereka. Agar diplomat dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik maka diperlukan hak kekebalan dan keistimewaan di negara penerima maupun negara ketiga. Hak kekebalan dan keistimewaan ini tidak hanya diperuntukkan untuk sang diplomat saja tetapi untuk keluarga diplomat, anggota staf diplomat, maupun pembantu diplomat. Adapun hak kekebalan dan keistimewaan tersebut adalah : 1. Kekebalan mengenai diri pribadi Ketentuan tentang kekebalan pribadi diatur dalam Pasal 29 Konvensi Wina 1961. Yang menyatakan “the person of a diplomatic agent shall be inviolable. He sha ll no be lia ble to a ny form of a rrest or detention. The receiving sta te sha ll tera t him with due respect a nd sha ll the propria te steps to prevent and attack on his person freedom or dignity”. Yang berarti bahwa pejabat diplomatic adalah inviolable. Ia tidak dapat ditangkap atau ditahan. Universitas Sumatera Utara 2. Kekebalan keluarga seorang wakil diplomatik Ketentuan mengenai kekebalan keluara diplomatic terdapat dalam pasal 37 ayat 1 Konvensi Wina 1961. Yang menyatakan “the members of family of a diploma tik a gent forming pa rt of his household sha ll, if they a re not na tiona ls of the receiving sta te, enjoy the privileges and immunities specifies in a rticle 29 to 36”. Yang artinya anggota keluarga dari seorang wakil diplomatik yang merupakan bagian dari rumah tangganya, yang bukan berwarganegara penerima akan meikmati hak-hak istimewa dan kekebalan sebagaimana diatur dalam pasal 29 sampai 36. 15 3. Kekebalan dari kewajiban menjadi saksi Dalam pasal 31 ayat 2 Konvensi Wina 1961 terdapat suatu ketentuaan yang berbunyi sebagai berikut. “a diplomatic agent is not obliged to give as a withness” maka seeorang wakil diplomatik tidak boleh diwajibkan untuk menjadi saksi di muka pengadilan negara setempat, baik yang menyangkut perkara perdata maupun menyangkut perkara pidana, dan administasi 4. Kekebalan korespondensi Pasal 27 konvensi wina 1961 menjamin komunikasi bebas dari misi perwakilan asing dengan maksud yang layak. Dimaksud dengan hak untuk berhubungan bebas ini adalah hak seorang diplomatik untuk bebas dalam kegiatan surat- menyurat, mengirim telegram dan berbagai macam perhubunngan komunikasi. 15 Ayunika, Op.Cit, Halaman :73 Universitas Sumatera Utara 5. Kekebalan kantor perwakilan asing dan tempat kediaman seorang wakil diplomatik Secara jelas terdapat di dalam pasal 22 dan 30 Konvensi Wina 1961. Dapat dilihat bahwa kekebalan diplomatik atas kantor perwakilan dan tempat kediaman secara tegas diakui oleh Konvensi Wina 1961. 6. Kekebalan para pejabat diplomatik pada waktu transit 7. Perjalanan karena force majeure 8. Pembebasan pajak-pajak 9. Pembebasan dari bea cukai dan bagasi 10. Pembebasan dari kewajiban keamanan sosial 11. Pembebasan dari pelayanan pribadi, umum dan militer 12. Pembebasan dari kewarganegaraan. Hak kekebalan dan keistimewaan diplomat ini dapat dinikmati para diplomat setelah mereka memasuki wilayah negara penerima dalam rangka proses menempati pos kedinasannya untuk melaksanakan fungsi resminya. Dan berakhirnya kekebalan dan keistimewaan diplomatik ini jika para diplomat meninggalkan negara penerima, atau pada saat berakhirnya suatu periode yang layak, akan tetapi kekebalan dan keistimewaan akan terus ada sampai saat berakhirnya periode yang dimaksud tersebut, bahkan dalam hal terjadinya konflik bersenjata antara negara penerima dengan negara pengirim pun kekebalan dan keistimewaan tetap ada. Universitas Sumatera Utara Menurut J.G Starke, sebuah pejabat missi diplomatik dapat berakhir dengan cara yang berbeda-beda diantaranya: 16 1. Penarikan kembali recall perutusan itu oleh negara yang mengirimnya. Surat penarikan kembali biasanya disampaikan kepada kepala negara atau kepala menteri luar negeri dalam audensi yang resmi dan perutusan yang bersangkutan akan menerima pengembalian Lettre de Recreance yang memberitahukan penarikannya. 2. Pemberitahuan oleh negar apengirim kepada negara penerima bahwa tugas perutusan itu telah berakhir pasal 43 Konvensi Wina. 3. Permintaan oleh negara penerima agar perutusan ditarik kembali recalled. Negara tuan rumah tidak perlu memberikan penjelasan mengenai permintaan tersebut lihat Pasal 8 Konvensi Wina, akan tetapi seperti dalam kasus permintaan Australia pada bulan Juni 1986 agar Atase Afrika Selatan kembali negaranya, hal ini secara tegas dapat didasarkan atas suatu klaim tetang tuduhan tindakakn yang tidak dapat diterima, dengan suatu batas waktu tertentu untuk keberangkatanyya sepuluh hari seperti yang ditanyakan dalam permintaan Australia untuk pemulangan Atase yang dikemukakan di atas. Walaupun penyebutan tentang batas waktu itu tidak secara etgas diisyaratkan oleh Konvensi Wina. 16 J.G.Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, Halaman 571- 572 Universitas Sumatera Utara 4. Penyerahan paspor-paspor kepada perutusan dan stafnya serta keluarganya oleh negara yang menerima, seperti pada waktu pecah perang antara negara pengirim dan negara penerima. 5. Pemberitahuan oleh negara penerima kepada negara pengirim, jika perutusan itu dinyatakan persona non grata dan apabila ia tidak ditarik kembali atau tugas-tugasnya belum berakhir, bahwa negara penerima itu menolak mengakuinya lagi sebagai anggota misi pasal 9 dan 43 Konvensi Wina. 6. Tujuan misi tersebut telah terpenuhi. 7. Berakhirnya masa berlaku surat-surat kepercayaan yang diberikan hanya untuk waktu terbatas. Kekebalan diplomatik merupakan hal yang penting bagi wakil dari negara- negara dalam melakukakn hubungannya dengan negara lain dalam melakukan diplomasi yang dilakukan oleh wakil-wakil dari negara tersebut. Sehubungan dengan itu terdapat 3 teori mengenai landasan hukum pemberian kekebalan dan keistimewaan diplomatik luar negeri yaitu sebagai berikut: 1. Teori Ekstrateritorialitas Exterritotiality Theory Teori ini menganggap bahwa meskipun para diplomat secara konkret adatinggal di negara penerima, tetapi secara yuridis dianggap ada diluar wilayah negara penerima yaitu tetap tinggal di negara pengirim. Sebagai konsekuensi alur pemikiran tersebut, para anggota misi tidak tunduk dan tidak dikuasai oleh hukum negara penerima, tetapi tetap tunduk pada hukum negara Universitas Sumatera Utara pengirim. Dengan demikian, menurut teoori tersebut seluruh edun perwakilan dam perabot yang ada didalamnya termasuk orang-orang yang mendiami gedung perwakilan dianggap ada diluar wilayah negara penerima. Wilayah tersebut dianggap sebagai perluasan dari wilayah negara pengirim. 2. Teori Diplomat Sebagai Wakil Negara Berdaulat atau Wakil Kepala Negara Representa tive Cha ra cter Dalam bahasa Indonesia diartikan teori sifat seorang diplomat sebagai wakil lnegara berdaulat, atau teori sifat perwakilan. Memnurut teori tersebut, diplomat dianggap sebagai symbol atau lambang negara pengirim sekaligus wakil negara pengirim di negara penerima karena itu segala perbuatan diplomat harus dianggap sebagai perbuatan dari kepala negara atau setidaknya dianggap sebagai pencerminan kehendak negara pengirim. 3. Teori Kebutuhan Fungsional Functional Neccesity Theory Menurut teori ini, hak-hak istimewa dan kekebalan diplomatic perlu diberikan kepada diplomat agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal sehingga hasil pekerjaannya memuaskan negara penerima dan negara pengirim. Anggota staf perwakilan diplomatik terdiri dari anggota staf diplomatik yaitu mereka yang mempunyai gelar dari anggota atau kepangkatan diplomatik yang melaksanakan tugas-tugas yang bersifat politis atau diplomatis yang memegang paspor diplomatik dan anggota staf administrasi, teknis dan pelayanan dari perwakilan yang diperkerjakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi Universitas Sumatera Utara dan teknis yang pada umumnya memegang paspor dinas. Didalam lingkungan staf diplomatik sendiri dibedakan dalam dua kategori 17 : 1. Kategori pertama, staf diplomatik yang diangkat dari kementerian luar negeri yang merupakan staf diplomatik karir yang mempunyai jenjang kepangkatan dari pangkat diplomatik terendah. a. Atase merupakan pangkat atau gelar diplomatik yang paling rendah b. Sekretaris III c. Sekretaris II d. Sekretaris I e. Counsellor f. Minister Counsellor g. Minister bisa disebut sebagai duta bukan duta besar dan merupakan pangkat setingkat lebih rendah dari duta besar dan setingkat lebih tinggi dari Minister Counsellor. 2. Kategori kedua adalah para pejabat diplomatik yang pengangkatannya berasal dar kementerian-kementerian lain termasuk lembaga dan institusi-institusi lainnya sifatnya non-karir yang di perbantuan kepada perwakilan diplomatik dari negaranya. Kepangkatan kategori kedua ini karena pada umumnya bersifat teknis, maka keoada mereka diberikakn satu status sebagai “Service 17 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik dan Konsuler, Tata Nusa, Jakarta, 2013, Halaman: 111-112 Universitas Sumatera Utara Atta ch es” yang namanya tergantung dari Kementerian, lembaga atau institusi mana mereka berasal. Negara penerima wajib menjaga keamanan dan keselamatan para diplomat yang bertugas dinegaranya baik dari warga negara penerima maupun warga negara asing. Tetapi pada saat sekarang ini makin banyak kasus pelanggaran kekebalan diplomatik oleh negara penerima. Pelanggaran-pelanggaran tersebut adalah: 1. Pelanggaran terhadap gedung perwakilan diplomatik 2. Pelanggaran kebebasan komunikasi 3. Penistaan lambang negara 4. Penangkapan dan penaanan terhadap staf misi diplomatik. Salah satu pelanggaran kasus yang menjadi perbincangan dunia internasional saat sekarang ini adalah ditangkap dan ditahannya diplomat India Devyani Khobragade di Amerika Serikat. Dengan tuduhan pemalsuan Visa pembantu rumah tangganya. Didalam Visa pembantu Devyani yang bernama Sangeeta Richard devyani membuat pernyataan akan membayar gaji sang pembanu dengan jumlah US10. Tetapi keyataannya tidak. Hal ini dilakukan Devyani agar Sangeeta mendapatkan visa A-3, Dimana Visa A-3 tersebut merupakan visa non-imigran dan memungkinkan pemegangnya untuk bekerja di mana saja di Amerika Serikat untuk majikan tertentu. Universitas Sumatera Utara

F. Metode Penelitian