1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : apakah terdapat korelasi antara nilai
eosinofil dengan infeksi soil-transmitted helminth pada anak?
1.3. Hipotesis
Nilai eosinofil memiliki korelasi dengan infeksi soil-transmitted helminth pada anak.
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui korelasi antara nilai eosinofil dengan infeksi soil- transmitted helminth pada anak.
1.4.2. Tujuan Khusus
1 Mengetahui distribusi frekuensi infeksi A. lumbricoides pada anak
usia sekolah di lokasi penelitian. 2
Mengetahui distribusi frekuensi infeksi Trichuris trichiura T. trichiura pada anak usia sekolah di lokasi penelitian.
3 Mengetahui distribusi frekuensi infeksi campuran A. lumbricoides
dan T. trichiura pada anak usia sekolah di lokasi penelitian. 4
Mengetahui nilai rata-rata eosinofil pada infeksi A. lumbricoides.
Universitas Sumatera Utara
5 Mengetahui nilai rata-rata eosinofil pada infeksi T. trichiura.
6 Mengetahui nilai rata-rata eosinofil pada infeksi campuran
A. lumbricoides dan T. trichiura. 7
Membandingkan nilai rata-rata eosinofil antara infeksi A. lumbricoides, T. trichiura, serta campuran A. lumbricoides dan
T. trichiura. 8
Mengetahui prevalensi kejadian eosinofilia akibat infeksi A. lumbricoides pada anak usia sekolah di lokasi penelitian.
9 Mengetahui prevalensi kejadian eosinofilia akibat infeksi T.
trichiura pada anak usia sekolah di lokasi penelitian. 10 Mengetahui prevalensi kejadian eosinofilia akibat infeksi
campuran A. lumbricoides dan T. trichiura pada anak usia sekolah di lokasi penelitian.
11 Mengetahui hubungan nilai rerata eosinofil dengan intensitas infeksi soil-transmitted helminth.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Di bidang akademik ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang infeksi dan penyakit tropis anak, khususnya pengetahuan
mengenai korelasi antara nilai eosinofil dengan infeksi STH pada anak dan peran nilai eosinofil sebagai penanda infeksi STH pada anak.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah yang memiliki fasilitas terbatas khususnya dalam
mendiagnosis infeksi STH dengan nilai eosinofil. Selain itu dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya
pola hidup bersih untuk pencegahan jangka panjang terhadap kecacingan.
1.5.3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan kontribusi ilmiah mengenai nilai rata-rata eosinofil pada infeksi A. lumbricoides, infeksi
T. trichiura, dan infeksi campuran; gambaran distribusi frekuensi infeksi A. lumbricoides, infeksi T. trichiura, dan infeksi campuran; serta
prevalensi kejadian eosinofilia akibat infeksi A. lumbricoides, infeksi T. trichiura, dan infeksi campuran.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Infeksi parasit soil-transmitted helminth
2.1.1. Definisi
Infeksi STH banyak ditemukan pada masyarakat yang tinggal di negara berkembang, terutama di daerah pedesaan. Soil-transmitted helminth STH
adalah golongan cacing usus Nematoda Usus yang dalam
perkembangannya membutuhkan tanah untuk menjadi bentuk infektif.
1
Terdapat 3 jenis infeksi STH dengan habitat pada usus manusia yang paling sering ditemukan, yaitu:
12
1 Cacing gelang roundworm A. lumbricoides 2 Cacing cambuk whipworm T. trichiura
3 Cacing tambang hookworm Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
2.1.2. Epidemiologi
Berdasarkan laporan terakhir oleh de Silva et al. pada tahun 2003 diperkirakan infeksi A. lumbricoides sebesar 1,221 miliar, T. trichiura 795 juta,
dan cacing tambang 740 juta terjadi di seluruh dunia.
1
Infeksi STH yang paling banyak terdapat di negara Cina dan Asia Timur, Sub-Sahara Afrika,
India, serta Amerika.
4
Di Indonesia angka nasional prevalensi kecacingan
Universitas Sumatera Utara