c Sejumlah besar eosinofil seringkali terlihat berhubungan erat dengan cacing yang masih utuh bahkan telah mati secara in vivo
d Eosinofil secara jelas berdegranulasi di sekitar atau pada permukaan cacing secara in vivo
Disamping berfungsi sebagai efektor perifer, eosinofil juga mengatur respon imun dengan meningkatkan pelepasan sitokin dan kemokin. Eosinofil
berperan dalam beragam reseptor permukaan sel untuk memberi sinyal pada sel sehubungan dengan proses kemotaksis, adhesi, respiratory burst,
degranulasi, produksi sitokin dan kemokin, apoptosis maupun bertahan hidup, dimana semuanya berhubungan dengan eosinophil-mediated tissue
inflammatory responses ketika terjadi infeksi cacing.
36
2.2.2. Kondisi yang berhubungan dengan peningkatan nilai eosinofil
Istilah eosinofilia dahulu dikenal dengan istilah granulosit eosinofilik adalah peningkatan eosinofil 450 eosinofilµl yang diukur dari darah perifer.
33
Peningkatan nilai eosinofil dalam darah perifer dapat muncul pada beragam penyakit lihat Tabel 2.1., maka untuk menegakkan penyebab dibutuhkan
anamnesis yang lengkap. Penyebab peningkatan nilai eosinofil yang paling sering di seluruh dunia adalah infeksi STH.
7,8
Terdapat beberapa obat yang dapat menurunkan nilai eosinofil, seperti glukokortikoid, estrogen, epinefrin,
Universitas Sumatera Utara
obat myelosupresif, interferon alfa, antihistamin, kromolin, siklosporin, inhibitor dan antagonis leukotrien, serta inhibitor fosfodiesterase.
34
Nilai eosinofil dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan apusan darah tepi dan pemeriksaan darah vena di laboratorium.
8
Nilai eosinofil mengikuti variasi diurnal dengan nilai terendah pada jam 10 pagi hingga
siang hari dan mencapai 2 kali dari nilai terendah antara tengah malam hingga pukul 4 subuh.
7,37
Kejadian eosinofilia merupakan kelainan darah yang umum terjadi di daerah tropis. Prevalensi kejadian eosinofilia di Kisaran sebesar 7.7
dibandingkan dengan negara di Eropa 2.8. Prevalensi yang tinggi juga ditemukan di India W. Bengal sebesar 26.7 dibandingkan dengan negara
di Eropa sebesar 2.1. Diperkirakan bahwa kejadian eosinofilia pada masyarakat pedesaan tersebut berhubungan dengan tingginya insidensi
infeksi parasit.
11
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Beberapa keadaan penyebab eosinofilia
8
Alergi
Rinitis alergi Asma
Urtikaria akut dan kronik Pemphigoid
Reaksi hipersensitivitas obat
Infeksi
Infeksi cacing yang berinvasi ke jaringan Trichinosis
Toxocariasis Strongyloidosis
Ascariasis Filariasis
Schistosomiasis Echinococcosis
Pneumocystis carinii Toksoplasmosis
Amebiasis Malaria
Bronchopulmonary aspergillosis Coccidioidomycosis
Scabies
Keganasan
Tumor otak Penyakit Hodgkin dan limfoma sel T
Leukemia myelogenik akut Kelainan myeloproliferatif
Gastrointestinal
Inflammatory Bowel Disease Dialisis peritoneal
Eosinophilic gastroenteritis Milk precipitin disease
Hepatitis aktif kronis
Reumatologi
Artritis rheumatoid Eosinophilic fasciitis
Imunodefisiensi
Hyper-IgE syndrome Wiskott-Aldrich syndrome
Graft vs host reaction Omenn syndrome
Penyakit paru Sindrom Löffler
Leukemia eosinofilik Hipersensitivitas pneumonia
Lain-lain
Trombocytopenia with absent radii Vaskulitis
Post-iradiasi abdomen Histiositosis dengan kelainan pada kulit
Universitas Sumatera Utara
2.3. Hubungan antara nilai eosinofil dan infeksi soil-transmitted