BAB 4. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di 2 sekolah dasar Sekolah Dasar Negeri 060969 dan Sekolah Dasar Negeri 064003 di kecamatan Medan Belawan yang
berjarak ± 15 km dari kota Medan selama bulan Februari dan Maret 2014. Di lokasi tersebut diperiksa 658 anak, diantaranya 74 anak tidak
mengembalikan pot, dan sisanya sebanyak 584 anak diperiksa terhadap adanya infeksi A. lumbricoides, T. trichiura, atau kedua jenis telur. Dari hasil
pemeriksaan tinja didapatkan 382 anak yang menderita kecacingan, diantaranya 142 anak positif menderita infeksi A. lumbricoides, 84 anak
positif menderita infeksi T. trichiura, dan 156 anak positif menderita infeksi campuran. Orang tua dari anak yang terinfeksi STH diminta persetujuan
untuk pengambilan sampel darah. Sebanyak 99 anak bersedia untuk dilakukan pengambilan sampel darah pada kaca objek yang sudah diberi
nomor dan vacuum blood tube 3 mL EDTA K3 yang sudah diberi nomor. Profil penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Profil penelitian
Prevalensi kecacingan di Sekolah Dasar Negeri 060969 dan Sekolah Dasar Negeri 064003, Kecamatan Medan Belawan didapatkan sebesar
658 anak yang masuk dalam skrining
584 anak diperiksa dengan metode Kato-Katz
74 anak tidak mengembalikan pot untuk pemeriksaan tinja
382 anak menderita infeksi STH :
- 142 anak terinfeksi A. lumbricoides - 84 anak terinfeksi T. trichiura
- 156 anak terinfeksi A. lumbricoides dan
T. trichiura
99 anak dilakukan pengambilan sampel darah pada kaca objek yang sudah
diberi nomor dan vacuum blood tube 3 mL EDTA K3 yang sudah diberi nomor
283 anak tidak bersedia dilakukan pengambilan sampel darah
202 anak tidak menderita infeksi STH
Universitas Sumatera Utara
65.4, dengan prevalensi ascariasis sebesar 37.1, prevalensi trichuriasis sebesar 21.9, dan prevalensi infeksi campuran sebesar 40.8. Dapat
diketahui bahwa kebanyakan anak menderita infeksi campuran. Tabel 4.1. Karakteristik dasar responden penelitian
Karakteristik Ascariasis
n=40 Trichuriasis
n=9 Campuran
n=50
Jenis Kelamin Laki-laki, n
Perempuan, n 22 55
18 45 3 33.3
6 66.7 21 42
29 58 Usia tahun, rerata SD
9.1 1.5 8.44 1.6
9.34 1.5 Berat Badan kg, rerata SD
23.8 8.1 20.6 4.3
23.3 5.9 Tinggi Badan cm, rerata SD
124.5 11.5 119.6 11.0
123.7 11.3 BB TB , rerata SD
94.1 14.2 90.9 9.3
94.4 10.3 Status Gizi, n
Normoweight Malnutrisi Ringan
Malnutrisi Sedang Gizi Lebih Overweight
Obesitas 19 47.5
12 30 4 10
3 7.5 2 5.0
6 66.7 2 22.2
1 11.1 0 0.0
0 0.0 30 60.0
13 26.0 5 10.0
1 2.0 1 2.0
Intensitas infeksi, n Ringan
Sedang Berat
37 92.5 3 7.5
0 0.0 8 88.9
1 11.1 0 0.0
38 76.0 12 24.0
0 0.0 Pekerjaan Ayah, n
Buruh Nelayan
Pegawai Negeri Petani
Tukang Becak Wiraswasta
1 2.5 19 47.5
0 0.0 0 0.0
1 2.5 19 47.5
0 0.0 4 44.4
0 0.0 0 0.0
0 0.0 5 55.6
1 2.0 17 34.0
3 6.0 1 2.0
0 0.0 28 56.0
Pekerjaan Ibu, n Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta 31 77.5
9 22.5 9 100.0
0 0.0 37 74.0
13 26.0 Pendidikan Ayah, n
Tidak Sekolah SD
SLTP SLTA
Perguruan Tinggi 1 2.5
7 17.5 14 35.0
17 42.5 1 2.5
0 0.0 3 33.3
4 44.4 2 22.2
0 0.0 2 4.0
17 34.0 11 22.0
19 38.0 1 2.0
Pendidikan Ibu, n Tidak Sekolah
SD SLTP
SLTA Perguruan Tinggi
3 7.5 15 37.5
7 17.5 14 35.0
1 2.5 0 0.0
7 77.8 2 22.2
0 0.0 0 0.0
6 12.0 11 22.0
20 40.0 12 24.0
1 2.0
Universitas Sumatera Utara
Dari karakteristik dasar responden peneltian pada Tabel 4.1. yang menderita ascariasis, trichuriasis, dan infeksi campuran didapatkan rerata usia anak 9.1,
8.44, dan 9.34 tahun dengan rentang usia anak adalah 7-13 tahun. Dari keseluruhan sampel diketahui 55.6 pasien memiliki status nutrisi
normoweight, 27.3 malnutrisi ringan, 10.1 malnutrisi sedang, 4 gizi lebih, dan 3 obesitas. Intensitas infeksi seluruh sampel dominan derajat
intensitas ringan yaitu 83.8 dan 16.2 intensitas sedang. Tidak dijumpai adanya derajat infeksi intensitas berat. Sebanyak 62.6 anak tidak rutin
mengkonsumsi obat cacing dan 63.6 tidak memiliki pengetahuan mengenai kecacingan. Dari penelitian ini tidak dijumpai adanya infeksi cacing tambang.
Tabel 4.2. Rerata nilai eosinofil pada infeksi soil-transmitted helminth
Infeksi soil-
transmitted helminth
Nilai Eosinofil per µL darah P
Rerata Standar
Deviasi Interval Kepercayaan
95 Terendah
Tertinggi
Ascariasis 7.18
2.66 6.32
8.03 0.32
Trichuriasis 8.11
2.42 6.25
9.97 Campuran
8.64 3.30
7.70 9.58
Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa rerata nilai eosinofil pada anak yang menderita ascariasis, trichuriasis, dan campuran adalah 7.18, 8.11, dan
8.64µL darah P = 0.32. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
Universitas Sumatera Utara
bermakna antara rerata nilai eosinofil pada infeksi tunggal serta infeksi campuran. Rerata nilai eosinofil tertinggi dijumpai pada anak yang menderita
infeksi campuran.
Tabel 4.3. Nilai eosinofil absolut pada infeksi soil-transmitted helminth
Nilai Eosinofil Absolut
eosinofilµL Ascariasis
n = 40 Trichuriasis
n = 9 Campuran
n = 50 P
≤ 450, n 21 52.5
2 22.2 15 30
0.05 450, n
19 47.5 7 77.8
35 70
Dari Tabel 4.3. dapat diketahui prevalensi kejadian eosinofilia pada anak yang menderita ascariasis, trichuriasis, dan campuran adalah sebesar 47.5,
77.8, dan 70. Hal ini menunjukkan bahwa trichuriasis memiliki prevalensi kejadian eosinofilia tertinggi dibandingkan ascariasis dan infeksi campuran.
Tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian eosinofilia pada infeksi STH P = 0.05.
Tabel 4.4. Nilai rerata eosinofil dihubungkan dengan intensitas infeksi soil- transmitted helminth
Intensitas Infeksi Nilai Rerata
Eosinofil per µL darah
P
Ringan 7.11
0.001 Sedang
12.63
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Karakteristik nilai eosinofil dihubungkan dengan infeksi soil- transmitted helminth
Karakteristik Nilai Eosinofil
r P
Ascariasis epg 0.62
0.001 Trichuriasis epg
0.21 0.04
Dari Tabel 4.5. diketahui bahwa nilai eosinofil ada hubungan bermakna dengan jumlah epg pada infeksi soil-transmitted helminth, dimana nilai P
0.001 r = 0.62 pada ascariasis dan nilai P = 0.04 r = 0.21 pada trichuriasis. Ascariasis memiliki perbedaan nilai eosinofil dengan jumlah telur yang lebih
bermakna dibandingkan trichuriasis. Diketahui juga bahwa nilai rerata eosinofil memiliki hubungan yang bermakna dengan intensitas infeksi baik
ascariasis dan trichuriasis Tabel 4.4. dengan nilai P 0.001.
Gambar 4.2. Korelasi antara persentase eosinofil dengan jumlah epg pada ascariasis. Garis merah menunjukkan garis korelasi.
Y = 615.141X – 1654.834 R² = 0.170
5000 10000
15000 20000
25000 30000
2 4
6 8
10 12
14 16
A S
C A
R IA
S IS
E P
G
PERSENTASE EOSINOFIL
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Hasil regresi nilai eosinofil dengan jumlah epg pada ascariasis
Variabel Dependen
Koefisien Nilai
Estimasi Interval Kepercayaan
95 P
R
2
Ascariasis epg
b -1654.834 -4833.325 – 1523.657
0.29 17
b
1
615.141 199.127 – 1031.154
0.01 Hasil regresi dari 40 data pasien dengan ascariasis Gambar 4.2.
memprediksi kejadian ascariasis dari jumlah eosinofil yang ditemui slope = 615.141; R
2
= 0.170; Y = 615.141X – 1654.834; P = 0.01. Nilai R
2
Tabel 4.6. menunjukkan adanya 17 variasi kejadian ascariasis epg yang
berhubungan dengan variasi persentase nilai eosinofil. Nilai slope menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai eosinofil sebesar 1 per µL
darah terdapat peningkatan peluang terjadi ascariasis epg sebesar 615.141.
Gambar 4.3. Korelasi antara persentase eosinofil dengan jumlah epg pada trichuriasis. Garis merah menunjukkan garis korelasi.
Y = 95.090X – 381.953 R² = 0.210
200 400
600 800
1000 1200
1400
2 4
6 8
10 12
14
T R
IC H
U R
IA S
IS E
P G
PERSENTASE EOSINOFIL
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Hasil regresi nilai eosinofil dengan jumlah epg pada trichuriasis
Variabel Dependen
Koefisien Nilai
Estimasi Interval Kepercayaan
95 P
R
2
Trichuriasis epg
b -381.953
-1453.949 – 690.043 0.43
21 b
1
95.090 -32.132 – 222.313
0.12
Hasil regresi dari 9 data pasien dengan trichuriasis Gambar 4.3. memprediksi kejadian trichuriasis dari jumlah eosinofil yang ditemui slope =
95.090; R
2
= 0.210; Y = 95.090X – 381.953; P = 0.12. Nilai R
2
Tabel 4.7. menunjukkan adanya 21 variasi kejadian trichuriasis epg yang
berhubungan dengan variasi persentase nilai eosinofil. Nilai slope menunjukkan bahwa setiap peningkatan eosinofil sebesar 1 per µL darah
terdapat peningkatan peluang terjadi trichuriasis epg sebesar 95.090.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4. Korelasi antara persentase eosinofil dengan jumlah epg pada infeksi campuran. Garis merah menunjukkan garis korelasi.
Tabel 4.8. Hasil regresi nilai eosinofil dengan jumlah epg pada ascariasis pada infeksi campuran
Variabel Dependen
Koefisien Nilai
Estimasi Interval Kepercayaan
95 P
R
2
Ascariasis epg
b -12906.138 -18582.532 – -7229.743
0.001 51.6
b
1
2230.692 1616.156 – 2845.228
0.001 Tabel 4.9. Hasil regresi nilai eosinofil dengan jumlah epg pada trichuriasis
pada infeksi campuran
Variabel Dependen
Koefisien Nilai
Estimasi Interval
Kepercayaan 95 P
R
2
Trichuriasis epg
b 205.117
38.877 – 371.358 0.02
2.0 b
1
2593 -15.405 – 20.590
0.77
Y = 2230.692X – 12960.138 R² = 0.516
Y = 2593X + 205.117 R² = 0.002
-10000 10000
20000 30000
40000 50000
60000
5 10
15 20
E G
G P
E R
G R
A M
PERSENTASE EOSINOFIL ASCARIASIS
TRICHURIS
Universitas Sumatera Utara
Hasil regresi dari 52 data pasien dengan infeksi campuran ascariasis dan trichuriasis Gambar 4.4. memprediksi kejadian infeksi dari jumlah eosinofil
yang ditemui untuk ascariasis slope = 2230.692; R
2
= 0.516; Y = 2230.692X – 12960.138; P 0.001 dan untuk trichuriasis slope = 2593; R
2
= 0.002; Y = 2593X + 205.117; P = 0.77. Untuk ascariasis, nilai R
2
Tabel 4.8. menunjukkan adanya 51.6 variasi kejadian ascariasis epg yang
berhubungan dengan variasi persentase nilai eosinofil. Nilai slope menunjukkan bahwa setiap peningkatan eosinofil sebesar 1 per µL darah
terdapat peningkatan peluang terjadi ascariasis epg sebesar 2230.692. Untuk trichuriasis, nilai R
2
Tabel 4.9. menunjukkan adanya 2.0 variasi kejadian trichuriasis epg yang berhubungan dengan variasi persentase nilai
eosinofil. Nilai slope menunjukkan bahwa setiap peningkatan eosinofil sebesar 1
per µL darah terdapat peningkatan peluang terjadi trichuriasis epg sebesar 2 593.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5. PEMBAHASAN