2.3. Hubungan antara nilai eosinofil dan infeksi soil-transmitted
helminth
Pada awal tahun 1939, eosinofil dianggap berperan sebagai respon imun pada infeksi cacing. Kejadian eosinofilia pada infeksi selain sebagai reaksi
patologi juga merupakan reaksi imunitas protektif.
38
Banyak ilmuwan menganggap bahwa fungsi utama eosinofil adalah perlindungan terhadap
parasit, meskipun hanya sedikit bukti studi in vivo yang membuktikan hal tersebut. Eosinofil juga muncul dalam jumlah besar pada mamalia jika terjadi
lesi inflamasi terkait dengan infeksi cacing atau kondisi alergi.
39
Eosinofil timbul dalam sumsum tulang dari sel prekursor
haematopoietik CD34. Pada tahap awal diferensiasi, eosinofil dikendalikan oleh sitokin GM-CSF dan IL-3, yang juga mengendalikan perkembangan
granulosit lain seperti neutrofil, basofil, dan sel mast. Tahap selanjutnya dari diferensiasi dan pematangan, sebagian besar eosinofil dikendalikan oleh
sitokin IL-5, yang diproduksi oleh sel T aktif dan sel mast.
39,40
Respon T-helper 2 Th2 jelas terlibat dalam infeksi STH, dimana memberikan
kemungkinan adanya kelangsungan hidup pada penderita infeksi STH sekaligus melindungi terhadap superinfeksi.
41,42
Pada individu yang normal, eosinofil ditemukan dalam jaringan, terutama yang berinteraksi dengan dunia luar, seperti di kulit, permukaan
mukosa usus, pernapasan, dan sistem reproduksi.
39
Eosinofil yang diproduksi di sumsum tulang dilepaskan dalam jumlah yang rendah ke sirkulasi darah.
Universitas Sumatera Utara
Eosinofil merupakan sel yang berdiferensiasi akhir setelah meninggalkan sumsum tulang dengan umur paruh waktu sekitar 18 jam.
32
Masa hidup eosinofil pada jaringan normal tidak diketahui pasti, namun diperkirakan dapat bertahan selama beberapa hari bahkan minggu.
Eosinofil hanya bertahan hidup beberapa jam dalam sirkulasi darah. Pada infeksi STH, eosinofil dikeluarkan lebih cepat dari sumsum tulang dengan
terstimulasi kurang lebih dalam 1 jam. Kelangsungan hidup eosinofil dalam jaringan juga meningkat dan laju eosinofilopoiesis dalam sumsum tulang
meningkat secara dramatis.
32,43-45
Diketahui bahwa IL-3, IL-5, dan GM-CSF dapat menghambat proses apoptosis eosinofil selama kurang lebih 12
sampai 14 hari secara in vitro dan pada penderita sinusitis. Sebaliknya tanpa adanya sitokin tersebut, eosinofil hanya dapat bertahan kurang dari 48 jam.
34
Eosinofil sangat cepat mengalami pergantian pada lesi inflamasi dimana hanya bertahan hidup 4 sampai 5 hari.
39
Diketahui bahwa apoptosis pada eosinofil yang dipicu oleh helminth-derived excretory-secretory products
ESP dapat menyebabkan inflamasi jaringan berat yang turut berperan dalam melawan infeksi kecacingan.
46
Studi di Jepang membuktikan adanya hubungan signifikan ascariasis dengan derajat eosinofilia.
47
Namun tidak terdapat perubahan signifikan nilai eosinofilia pada trichuriasis, bahkan jika terjadi migrasi cacing ke mukosa
usus besar.
25
Dari studi oleh James B. Sumagaysay et al. di Filipina didapatkan nilai rerata eosinofil pada masing-masing Infeksi A. lumbricoides,
Universitas Sumatera Utara
cacing tambang, T. trichiura, dan koinfeksi adalah 10, 15.1, 13, dan 15.8.
10
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Konseptual