BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan produk keuangan tidak mungkin dihindari pada saat ini, baik produk keuangan yang berasal dari lembaga keuangan bank ataupun non-bank.
Keduanya menawarkan manfaat-manfaat yang menjanjikan. Selain terciptanya kemudahan dalam melakukan transaksi dan memberikan fungsi proteksi, lembaga
keuangan juga merupakan sarana investasi yang tepat serta mampu bersifat fleksibel dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Dikatakan bersifat fleksibel karena lembaga
keuangan kini mencoba memasukkan nilai-nilai kerohanian dalam sistemnya, yaitu nilai-nilai yang dibutuhkan masyarakat dalam menyelaraskan kehidupan dunia dan
akhirat mereka. Di Indonesia, munculnya berbagai lembaga keuangan berbasis syariah kini
tengah menjadi fenomena kontemporer yang telah memberikan warna dalam perekonomian. Setelah dunia perbankan yang menerapkan prinsip syariah
berkembang cukup pesat, kini giliran industri perusahaan asuransi yang mencoba melakukan penerapan prinsip syariah dalam mekanisme operasionalnya.
Asuransi syariah di Indonesia dinilai masih baru dalam dunia perasuransian, dimana Asuransi Syariah dikenal di Indonesia baru 26 tahun yang lalu dan menjadi
tren baru delapan tahun belakangan. Berdasarkan data Bapepam-LK, pangsa pasar asuransi syariah per 30 September 2009 mencapai 1,54. Hal itu karena asetnya baru
mencapai Rp2,5 triliun dibandingkan dengan total asuransi yang mencapai Rp169,16 triliun
1
. Angka ini jauh dibawah market share asuransi syariah di Malaysia, yang cukup pesat perkembangan asuransi syariah-nya. Walaupun demikian, berbagai
kalangan optimis bahwa potensi asuransi syariah di Indonesia sangat tinggi, berbagai target diharapkan dari pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia.
Perusahaan asuransi merupakan suatu bentuk badan usaha yang bergerak dibidang jasa yang mempunyai fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Asuransi bertujuan
memberikan perlindungan protection atas kerugian financial loss yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak terduga sebelumnya. Asuransi juga merupakan
sarana untuk mengurangi dampak finansial dari peristiwa tertentu, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian atau risiko yang
mengancam jiwa seseorang.
2
Risiko merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan.
3
Bahkan ada orang yang menyatakan bahwa tak ada hidup tanpa risiko sebagaimana tak ada hidup tanpa
maut. Jadi dengan demikian setiap hari kita menghadapi risiko, baik sebagai perorangan maupun sebagai perusahaan.
Untuk menanggulangi kerugian atas risiko yang tidak pasti itu, banyak orang terlebih kalangan bisnis berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk
1
http:www.bapepam.go.idperasuransianindex.htm . Diakses pada 23 Januari 2010
2
Sonni Dwi Harsono, Risiko dan Asuransi Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2000, Cet. Ke-2, Jilid 1 h. 2
3
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, h. 1
meminimumkan ketidakpastian agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau paling tidak diminimumkan.
Program asuransi kesehatan kumpulan pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-20 di Amerika Serikat dan mengalami perkembangan yang pesat.
4
Kini asuransi kesehatan kumpulan pun berkembang di Indonesia. Bahkan pada awalnya
produk asuransi kesehatan termasuk ke dalam asuransi jiwa saja. Namun seiring peningkatan kebutuhan akan jaminan kesehatan, serta terpenuhinya prinsip dasar
kerugian finansial sesuai devinisi asuransi kerugian, maka pada perkembanganya beberapa perusahaan asuransi kerugian mengcoper asuransi kesehatan juga.
Dengan semakin sadarnya masyarakat terhadap manfaat dan keutamaan dari asuransi maka akan semakin banyak permintaan asuransi yang diajukan. Dengan
banyaknya permintaan asuransi tersebut maka semakin banyaklah risiko yang akan ditanggung oleh pihak asuransi. Bagian Underwriting bertugas dalam menyeleksi
risiko yang dapat dipertanggungkan dan tidak dapat dipertanggungkan dalam asuransi.
Proses penutupan asuransi dimulai oleh bidang Marketing dengan tugas melakukan pemasaran dan menjaring sebanyak mungkin peserta asuransi. Bidang ini
menjadi garda depan yang memberikan pendapatan bagi perusahaan. Selanjutnya, atas permintaan asuransi yang masuk, dilakukan proses
Underwriting disebut juga seleksi risiko, adalah proses penaksiran dan penggolongan
4
Herriet E. Jones, Prinsip-prinsip Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas, Georgia: FLMI, 1999, h. 242
tingkat risiko yang terdapat pada seorang calon tertanggung.
5
Kegiatan underwriting, adalah proses menyeleksi risiko dan mengklasifikasikannya sesuai dengan tingkat
insurability dapat ditanggungnya, sehingga dapat ditentukannya tarif yang sesuai. Proses ini meliputi penolakan atas risiko-risiko yang tak dapat diterima.
Sedangkan menurut Moch. Anwar Abdullah 1993 dalam Kamus Umum Asuransi, yang dimaksud dengan Underwriter adalah seseorang yang mempunyai
tugas menetapkan diterima atau tidaknya risiko untuk penutupan asuransi, atau seseorang yang tugasnya menyeleksi risiko dan sekaligus menentukan berapa nilai
dan persyaratan apa saja yang dikenakan kepada risiko tersebut.
6
Underwriting dilakukan untuk memilih mana objek risiko yang ditanggung dan mana yang tidak. Ini berarti seorang underwriter akan membuat suatu penilaian
berdasarkan semua risiko yang diajukan kepada perusahaan, yang diperkirakannya secara kolektif akan menguntungkan. Kemudian underwriter juga akan menentukan
besarnya premi dan nilai deductible dll. yang sepadan dengan nilai antisipasi klaim dari Tertanggung, biaya manajemen dan akuisisi. Dan yang juga dianggap paling
penting, harus diperoleh keuntungan underwriting untuk perusahaan. Underwriting Asuransi Syariah mempunyai tujuan yang sedikit berbeda
dengan Asuransi Konvensional. Hal ini terkait dengan konsep dasar Asuransi Syariah yaitu memberikan skema pembagian risiko yang proporsional dan adil diantara para
peserta yang secara relatif homogen. Dengan dasar pemikiran ini, melalui Asuransi
5
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam persefektif Hukum Islam, Jakarta: Kencana, 2004, h. 89
6
Moch. Anwar Abdullah, Kamus Umum Asuransi, Jakarta : Kesaint Blanci, 1993, h. 135
Syariah diharapkan para peserta saling tolong-menolong satu sama lain disertai dengan adanya perlindungan yang sifatnya mutual, maka semua peserta akan merasa
aman dan menikmati perlindungan yang mereka butuhkan.
7
Underwriter memiliki peran penting pada perusahaan asuransi karena underwriter yang menentukan apakah penutupan asuransi tersebut dapat diakomodir
oleh perusahaan atau tidak. Dan ketika seorang underwriter memutuskan untuk mengakomodir, maka underwriter harus dapat memprediksi bahwa penutupan
tersebut akan menguntungkan bagi perusahaan. Dan jika salah, sehingga terjadi kerugian, maka underwriter sangat berkontribusi dalam kerugian tersebut.
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Underwriter dalam
menyeleksi resiko khususnya pada produk asuransi kesehatan kumpulan. oleh karena
itu, dalam skripsi ini penulis memilih judul : “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERWRITER DALAM MENYELEKSI
RISIKO PADA PRODUK ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN STUDI PADA UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA
1967”.
7
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2006, h. 50
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah