kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan.” Sedangkan Menurut fatwa DSN No. 21 DSN-MUI III 2002 Asuransi
Syariah adalah usaha saling menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi asset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengambilan untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad perkataan yang sesuai syariah.
14
Asuransi syariah dikenal juga dengan nama takaful yang secara etimologi berarti menjamin atau saling menanggung, sedangkan pengertian muamalah berarti
saling memikul risiko di antara sesama orang sehingga antara satu dan yang lain menjadi penanggung atas risiko yang lain.
15
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Seperti telah diketahui bersama, asuransi syariah belum memiliki fondasi hukum yang kuat, karena hanya diatur oleh regulasi dalam bentuk Keputusan Menteri
Keuangan KMK. Hal ini turut mempengaruhi kinerja perusahaan asuransi syariah yang masih terpaku dan tunduk pada peraturan hukum positif.
16
Kerangka acuan asuransi syariah dalam operasionalnya antara lain :
14
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah life and general konsep dan sistem operational, jakarta : Gema insani, 2004, h.30
15
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional, jkarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006, h. 5
16
Abdul Ghoni dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan Praktek, Jakarta: Insco Consulting.2007., h.13
a Fatwa DSN-MUI no. 21DSN-MUIIX2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Operasional Asuransi Syariah. b
Fatwa DSN-MUI no. 51DSN-MUIIII2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah
c Fatwa DSN-MUI no. 52DSN-MUIIII2006 tentang Akad Wakalah Bil
Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah d
Fatwa DSN-MUI no. 53DSN-MUIIV2006 tentang Akad Tabarru Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah
e Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 18PMK.0102010 tentang
Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
Peraturan-peraturan tersebutlah yang selama ini menjadi acuan perusahaan asuransi syariah dalam menjalankan operasionalnya. Selain itu, landasan hukum
normatif yang menjadi acuan perusahaan asuransi syariah dalam menjalankan usahanya secara syariah yaitu :
a. Al-Qur’an
Pada dasarnya al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas praktik asuransi syariah, terindikasi dari tidak munculnya istilah al-ta’min secara nyata dalam al-
Qur’an. Walaupun demikian, al-Qur’an masih mengakomodir ayat-ayat yang memiliki nilai-nilai dasar dalam praktik asuransi syariah, seperti nilai dasar
tolong-menolong, kerja sama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap peristiwa kerugian di masa mendatang.
17
Nilai dasar tolong-menolong dan bekerja sama Q.S. al-Maidah ayat 2
⌧ Artinya : ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat siksa-Nya.”
Nilai dasar semangat untuk melakukan proteksi terhadap kerugian di masa mendatang
☺ ☺
Artniya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
b. Sunnah Nabi
Rasulullah SAW, sangat memperhatikan kehidupan yang akan terjadi di masa mendatang. Meninggalkan ahli waris keluarga yang berkecukupan materi,
17
AM. Hasan Ali, Aseransi Dalam Perspektif Hukum Islam ; Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2004, h. 105
dalam pandangan Rasulullah sangatlah baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan terlantar. Seperti dalam sabdanya :
Artinya : ” Diriwayatkan dari Amr bin Sa’ad bin Abi Waqasy, telah bersabda Rasulullah SAW.: Lebih baik jika engkau
meninggalkan anak-anakmu ahli waris dalam keadaan kaya raya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin
kelaparan yang meminta-minta kepada manusia lainnya.”
3. Macam-macam Asuransi