Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Quran adalah karena Allah Swt. menjadikan al Quran sebagai 2 yaitu santapan ruh bagi hamba hamba Nya yang selalu diterima hati dan akal manusia. Santapan ruh ini menjadikan al Quran selalu dibaca, dirindukan, diulang ulang dalam salat. Cukuplah ini sebagai bukti kemudahan Allah Swt. menjaga al Quran. Pada masa Rasulullah Saw., penyebutan mereka yang menghafal al Quran diungkapkan dengan istilah , , , - dan . 9 Penyebutan lebih dominan dibanding yang lain, karena secara harfiah berarti para pembaca al Quran, yaitu mereka yang senantiasa membiasakan membaca al Quran di pagi, siang dan malam hari. Sehingga al Quran adalah bacaan wirid harian mereka. Istilah ini dapat dipakai juga untuk , yaitu mereka yang menghafal al Quran, karena dengan sering membaca al Quran berarti mereka menghafalnya. Di sisi lain, istilah istilah yang disebutkan Rasul di atas menunjukan kesempurnaan makna yang dipredikatkan mereka, yaitu yang selalu berinteraksi dengan al Qur’an baik dari aspek hafalan, pemahaman dan pengamalan. Dalam mengajarkan al Quran, Rasulullah selalu mengutamakan aspek aspek ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis dari Abi ‘Abd al Rahmân, ia berkata: ِﻝﻮﺳﺭ ﻦِﻣ ﹶﻥﻮﹸﺋِﺮﺘﹾﻘﻳ ﺍﻮﻧﺎﹶﻛ ﻢﻬﻧﹶﺃ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲِﺒﻨﻟﺍ ِﺏﺎﺤﺻﹶﺃ ﻦِﻣ ﺎﻨﹸﺋِﺮﹾﻘﻳ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻦﻣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺍﻮﻤﹶﻠﻌﻳ ﻰﺘﺣ ﻯﺮﺧﹸﺄﹾﻟﺍ ِﺮﺸﻌﹾﻟﺍ ﻲِﻓ ﹶﻥﻭﹸﺬﺧﹾﺄﻳ ﺎﹶﻠﹶﻓ ٍﺕﺎﻳﺁ ﺮﺸﻋ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﻢﹾﻠِﻌﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ِﻩِﺬﻫ ﻲِﻓ ﺎﻣ ﹶﻞﻤﻌﹾﻟﺍﻭ ﻢﹾﻠِﻌﹾﻟﺍ ﺎﻨﻤِﻠﻌﹶﻓ ﺍﻮﹸﻟﺎﹶﻗ ِﻞﻤﻌﹾﻟﺍﻭ . Telah berbicara orang yang telah membaca pada kami dari sahabat Nabi Saw., jika mereka mempelajari sepuluh ayat dari Rasulullah Saw., mereka tidak melanjutkan sepuluh ayat setelahnya sampai mengetahui ilmu dan amal. Mereka berkata: kami mempelajari ilmu dan amal sekaligus. 10 menghafal al Quran. Menurut Syairazi Dimyati, Allah tidak memberi jaminan kemudahan ibadah apapun selain menghafal al Quran. Ibadah ibadah salat, puasa, zakat, haji tidak ada jaminan kemuda han melaksanakannya, namun menghafal al Quran dijamin kemudahannya. Kemudahan ini bukan berarti seperti membalikan tangan, namun difahami dari kemudahan membaca al Quran yang telah diajarkan sejak masa Nabi sampai kini, selain itu al Quran dibaca dalam shalat dan ibadah ibadah lainnya sehingga memudahkan umat Islam dalam menghafal. Wawancara Pribadi dengan Syairazi Dimyati, Jakarta 15 November 2007. 9 Penggunaan istilah pada masa Rasul kurang populer, walaupun beliau pernah menye butkan. Istilah istilah yang populer adalah + - + - atau - , - , - dan . Istilah istilah ini menunjukkan arti mereka yang biasa berinteraksi dengan al Qur’an yang mencakup membaca, menulis, menghafal dan mengamalkan. Penyebutan kata atau disebutkan dalam riwayat al Tirmidzi dan Ibn Majah, namun hadis hadis tersebut setelah diteliti Ali Mustafa Yakub berkualitas sangat lihat Ali Mustafa Yakub, 8 8 : : Jakarta: Gema Insani Press, 1990, cet. ke I, h. 35 36. 10 Hadîts diriwayatkan Ahmad bin Hanbal dan Ibn Abî Syaibah. Lihat Ahmad bin Hanbal, ; Beirut: Dâr al Kutub al ‘Ilmiyyah, 2004, h. 464. Dan Muhammad bin Abi Syaibah, Riyâd, Maktabah al Rusyd, 1409 h., juz. 10, h. 460. Dalam kajian 2 al Quran, 11 memang tidak dikaji dalam satu pembahasan khusus. Kajian masuk dalam salah satu bagian dalam al Quran. 9 al Quran adalah kajian pengumpulan al Quran baik dalam hafalan maupun tulisan, dimana pengumpulan tulisan tulisan al Quran lebih banyak diulas, karena aspek sejarah penulisan al Quran lebih urgen, baik pada masa Rasulullah, Abû Bakar, ‘Utsmân sampai terbentuknya dan kaidah kaidah al Quran. Karena ini menyangkut identitas al Quran, baik tulisan, sejarah, bacaannya serta perdebatan perdebatan lain. Dalam kajian + al Quran, juga dibahas lebih pada aspek keragaman bacaan, riwayat riwayat bacaan dari satu imam pada imam lainnya, perbedaan riwayat tersebut, serta tata cara pelafalannya. Selain al Quran, kajian 2 al Quran juga membahas , terutama pada pembahasan penurunan al Quran secara . . Penurunan al Quran secara banyak memberikan pelajaran pelajaran penting pada proses penghafalan al Quran, pelajaran itu antara lain: pertama, menunjukan al Quran sangat mudah dihafal, karena diturunkan secara bertahap seperti lima ayat, sepuluh ayat dan atau satu surat langsung. Kedua, pembacaan al Quran secara dan tidak tergesa gesa, dalam membaca ini Rasulullah biasa mengajarkan dalam shalat dan luar shalat. Ketiga, lebih membekas dalam hati dan meningkatkan keimanan bagi Rasul dan sahabatnya karena Jibril as. selalu menurunkan ayat ayat al Qur’an di saat saat dan waktu yang tepat. Dalam penurunan ini, Allah juga mengajarkan metode pengajaran al Quran yang baik sebagaimana direkam dalam surat al Qiyâmah75:17 18 yaitu: ¨βÎ uΖøŠn=tã …ç yè÷Ηsd …ç tΡuöèuρ ∩⊇∠∪ sŒÎsù ç ≈tΡùts ôìÎ7¨?sù …ç tΡuöè ∩⊇∇∪ Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya di dadamu dan membuatmu pandai membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Hadîts riwayat Ahmad menurut ++ + Syu6aib al Arnaut berkualitas , diriwayatkan dari jalur 6Atâ bin Yasâr. yang disampaikan . firman Allah Swt âbuni yaitu S menurut ‘Ali al an Qur al 2 Kajian 11 âbat dan h a s ara an dari p Qur penafsiran al penjelasan , berupa penjelasan dari Beliau . Rasulullah Saw tâbiîn, mengetahui metode mufassirîn dan uslub mereka dalam menafsirkan ayat, serta penjelasan kekhususan dan ketokohan mereka, serta syarat syarat penafsiran. Ilmu ilmu dalam 2 al Quran menurut al Zarkasyi mencapai lima puluh ilmu, bahkan sampai tujuh puluh ribu ilmu sesuai jumlah , âbûni S Lihat Muhammad ‘Ali al . an yang tidak dapat dijangkau kecuali oleh Allah Swt Qur kalimat al = 2 Jakarta: Dâr al Kutub al 6Ilmiyyah, 1424 h., cet. ke I, h. 8, dan Dâr al : Cairo = 2 , Zarkasyi Badruddin Muhammad bin ‘Abdullah al . 24 . h , . H 1428 , adîts H ayat ini menunjukan bahwa Allah melalui Jibril as. membacakan al Quran pada Nabi Saw. ketika diturunkan. Caranya Jibril as. membacakan ayat yang akan diturunkan kemudian Nabi mengikuti bacaan tersebut pelan pelan agar beliau betul betul faham dan hafal ayat yang disampaikan. 12 Ketika membaca, Rasul dilarang mengikuti bacaan Jibril sampai selesai jibril membaca, setelah selesai baru Rasul membaca seperti diajarkan Jibril, hal ini sebagai teguran Rasul yang ingin cepat cepat menghafalnya. Sebagaimana dalam surat Tâhâ20:114 yaitu Ÿωuρ ö≅yf÷ès? Èβuöàø9Î ÏΒ È≅ö6s βr |Óøãƒ šø‹s9Î …ç ã‹ômuρ ≅èuρ Éb§‘ ’ÎΤ÷ŠÎ— Vϑù=Ïã ∩⊇⊇⊆∪ “Dan janganlah kamu tergesa gesa membaca al Quran sebelum disempur nakan mewahyukannya kepadamu dan katakanlah: ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan Menurut al Râzi, surat al Qiyâmah75 ayat 17 18 ini menunjukan bahwa Allah Swt. berkewajiban memelihara dan menghafalkan al Quran di hati Rasulnya, hal itu ditegaskan dengan lafadz vwأyو yang berarti membacakannya. 13 Proses pemeliharaan dan pembacaan wahyu disampaikan malaikat Jibril kepada Rasulullah Saw. dan diulang ulang di bulan Ramadan. Malaikat Jibril as. suka mendatangi Nabi untuk , bahkan menjelang akhir hayatnya sampai dua kali beliau menghatamkan al Quran kepada Jibril as. Para sahabat juga mengikuti metode ini, sebagian mereka ada yang menerima secara langsung dari mulut Nabi, mereka yang sibuk dengan kegiatan, saling menimba informasi kepada yang hadir dalam majlis Nabi. Pengajaran al Quran lebih marak lagi disampaikan dalam salat, Rasul membacakan dengan khidmat ayat ayat al Quran yang mungkin sebagian mereka belum mendengarnya. Untuk memasyarakatkan al Quran, Rasul mendorong mereka untuk membaca al Quran dan mengajarkannya kepada yang belum bisa. Dari sini dapat difahami bahwa kajian tidak dikaji secara komprehensif dalam 2 al Quran, di sisi yang lain para ulama klasik yang menulis kajian al Quran khususnya sangat , karena kajian ini berhubungan dengan membaca al Quran, pembacanya, keutamaan surat surat al Quran, tata cara membaca, menjaga hafalan dari lupa dan akhlak mereka terhadap al Quran. 8 dalam pengertian lebih mengedepankan sebagai suatu ibadah yang bernilai 12 Al Quran dan terjemahnya Departemen Agama Indonesia, tahun 1990 footnot no. 947. 13 Fakhruddîn al Râzi, ? Beirut: Dâr al Fikr, 1410 h., h. 224. tinggi dan bersumber dari Rasulullah Saw. juga tradisi sahabat. Jika dikatakan ibadah dia harus bersumber yang jelas dari Rasulullah Saw., yang ini pada gilirannya menjadikan sebagai tradisi umat Islam yang sangat kental dan tidak bisa dipisahkan dari identitas Islam yang memiliki kitab suci al Quran dari masa ke masa sampai kini. Ciri kajian yang bersifat ini dapat dipandang positif bagi umat Islam sepanjang zaman, karena dengan kekuatan inilah ia terus terjaga, terpelihara dan memiliki nilai ibadah yang tinggi, selain itu mensinergikan kekuatan otak dan hati bagi siapapun yang ingin menghafal dengan mengoptimalkan indra indra belajarnya. Di era sekarang, kajian al Quran dirasakan sangat urgen untuk dikem bangkan terutama pada aspek metode. Beberapa komunitas umat Islam pada masa kini sangat mengharapkan anak anak keturunan mereka menghafal al Quran seperti ulama terdahulu, sehingga didirikan sekolah sekolah modern yang menggunakan kurikulum dan atau ilmu ilmu al Quran. Ulama terdahulu mensyaratkan hafalan al Quran sebagai awal pembelajaran sebelum mempelajari ilmu ilmu lain, seperti penuturan al Walîd bin Muslim 195 h. berkata: kami belajar dalam satu majelis dengan guru kami al Auzâ‘î 157 h., ia berkata: Wahai anakku apakah engkau telah menghafal al Quran, kalau berkata sudah, beliau menyuruh membaca ayat ُm ْV ِz ْ ُ{ ُ= ُEا ِc َا a ْو َQ ِد ُآ ْ= ... 14 jika menjawab: belum, ia berkata: pergi dan hafalkan al Quran sebelum mempelajari ilmu ilmu lain. 15 Seorang anak yang menghafal al Quran di usia muda, Allah akan menyatukan al Quran dengan darah dan dagingnya, artinya akan melekat kuat dalam diri sampai dewasa. Sebagaimana dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. bersabda: ِﻪِﻣﺩﻭ ِﻪِﻤﺤﹶﻠِﺑ ُﷲﺍ ﻪﹶﻄﹶﻠﺧ ﻦِﺴﻟﺍ ﻲِﺘﹶﻓ ﻮﻫﻭ ﹶﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻢﱠﻠﻌﺗ ﻦﻣ . Siapa yang mempelajari al Quran di usia kecil, Allah akan mencampurkan dengan daging dan darahnya. 16 Pentingnya menghafal al Quran menjadi tanda kemajuan pendidikan Islam 14 Q.S. Al Nisâ4:11. 15 Al Khâtib al Baghdâdi, 9 , 6 A Beirut: Mua ssasah al Risâlah, 1991, cet. ke 1, h. 42. mad bin h Dan A . 94 . h A , . th .t , Fikr Dâr al : Beirut Bukhâri l A 16 . h , I ke . cet , 2 juz , . h 1410 , 6Ilmiyyah Kutub al Dâr al : Beirut , , Baihaqi usein al H dia , ammad h ukim bin Mu H orang yang bernama hadis tersebut terdapat se : Bukhari berkata Al . 330 ukim bin H Menurut Ibn Hajar ia . ammad bin Qais bin Makhramah h ragu apakah itu Hukim bin Mu + , 6Asqalânî Lihat Ibn Hajar al . tingkatan keenam 2+ ammad bin Qais berkualitas h Mu Beirut: Dâr al Fikr, 1995, juz 1, cet. ke I, h. 136. bahkan kebudayaan Islam. Di era modern ini pendidikan disentralkan kepada siswa, mereka adalah objek sekaligus kutub positif kegiatan pembelajaran, sedangkan guru hanya membimbing, mengarahkan dan melindungi siswa. 17 Karena itu metode menghafal al Quran penting sekali untuk dikembangkan, apalagi dengan kemajuan teknologi dan media media elektronik yang dapat membantu proses menghafal. Dengan berbagai latar belakang ini penulis terdorong untuk menulis al Quran dalam Kajian Al Quran; Studi Atas Berbagai Macam Metode . Sebagai salah seorang hamba pilihan Allah Swt. yang telah menghafal al Quran, disamping juga pengalaman mengajar di beberapa sekolah dan institusi al Qur’an, penulis terdorong untuk mengkaji ini untuk mengembangkan juga lebih lanjut diwaktu waktu yang akan datang dalam sejarah pengalaman hidup ini.

B. Identifikasi, Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, al Quran sebagai kitab suci umat Islam selalu mendapat apresiasi terutama dari hafalan, bahkan dalam kajian 2 al Quran, aspek ini dimasukkan dalam usaha usaha yang Allah Swt. bentuk dalam memelihara otentisitas kitab suci Nya. Karena dengan hafalan, al Quran terpelihara otentisitasnya sehingga masyarakat Islam sejak dahulu sampai kini selalu menjaga tradisi ini sebagai jalan mereka + kepada Allah Swt. Hafalan juga merupakan barometer pemeliharaan al Quran, karena hanya mengandalkan tulisan tulisan saja kurang B , seperti yang terjadi pada kitab kitab samawi dahulu. Dari sini, masalah masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Apakah definisi al Quran? 2. Apakah urgensi al Quran jika dihubungkan dengan usaha usaha yang Allah dan Rasulullah lakukan dalam menjaga otentisitas kitab sucinya? 3. Apakah nama nama al Quran memiliki urgensi dalam ? 4. Apakah manfaat menghafal al Qur’an sangat penting untuk menjaga keaslian al Qur’an dan lebih luas lagi ajaran agama Islam? 17 Konsep pendidikan modern dan klasik berbeda. Dalam pendidikan klasik, anak dianggap sebagai kertas putih yang dapat ditulis sesuai kehendak guru, anak bagaikan adonan yang dapat dicetak sesuai keinginan kita. Disamping itu priode klasik juga memfokuskan kemampuan akal, memori dari pada kemampuan fisik. Pendidikan modern memadukan aspek fisik, sosial, moral, efektif, estetik dan sebaginya secara . Pengajaran terlibat langsung dalam kehidupan merupakan media paling tepat dalam mewujudkan perkembangan anak yang utuh dan sehat. Semua masalah dan kegiatan dipusatkan kepada siswa, karena mereka adalah objek sekaligus kutub positif pembelajaran. Lihat Maruf Mustafa Zurayq, Sukses Mendidik Anak, terjemah: Badruddin, Jakarta: Serambi, 2001, cet. ke I, h. 10 11. 5. Apakah saja kajian 2 al Quran yang mengkaji tentang menghafal al Quran dan metode metodenya secara utuh? Dari berbagai masalah tersebut, penulis membatasi pada persoalan proses menghafal al Quran yang secara telah disampaikan Rasulullah Saw. pada umatnya, baik dalam bentuk perintah, anjuran anjuran, peringatan dan akhlak. Menghafal al Quran bukan hanya mampu mengucapkan huruf, kalimat dan ayat ayatnya, lebih dari itu menjaga hafalan dari lupa merupakan hal penting dalam term . Kerena itu menurut Nawabuddin kata mengandung dua unsur, pertama, hafal seluruh ayat ayat al Quran dan mencocokkannya dengan . Kedua, senantiasa sungguh sungguh menjaga hafalan setiap hari dari sifat lupa. 18 Proses menghafal ini lebih ditekankan pada aspek metodenya. Metode yang dimaksud adalah seperangkat tata cara yang digunakan penghafal al Quran dalam usahanya menghafal dan melekatkan hafalan secara kontinyu. 19 Dengan demikian kajian metode menjadi hal inti dalam pembahasan tesis ini, metode tersebut ditelaah dalam kajian 2 al Quran yang berhubungan, seperti; bagaimana Rasul menerima al Quran dari Jibril as., bagaimana sahabat menerima al Quran dari Rasul, cara cara sahabat dalam menghafal al Quran, urgensi dalam proses menghafal. Selain itu, metode ditelaah juga dari pengalaman pribadi para penghafal yang sukses menggunakan metode metode tertentu, sehingga antara teori dan praktek bisa digabung dan ditambah. Metode ini selanjutnya ditelaah secara kritis, terutama aspek kegunaannya bagi seorang, yaitu melihat sisi umur, kecerdasan dan kebersihan hati. Sehingga seseorang lebih siap menggunakan metode tertentu yang ia dipilih. Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka persoalan tersebut dapat dirumuskan dengan sebuah pertanyaan yang akan dijawab dalam tesis ini, pertanyaan tersebut adalah, bagaimana urgensi al Quran dalam kajian 2 al Quran?, serta apa saja metode metode menghafal al Quran yang digunakan oleh para penghafal al Qur’an?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

18 Lihat Abd al Rabbi Nawabuddin, C terjemah: Ahmad E. Koswara, Jakarta: CV Tri Daya Inti, 1992, cet. ke I, h. 16. 19 Metode dalam menghafal al Quran adalah pengalaman para penghafal al Quran, mereka menerima dari gurunya, seorang guru menerima dari gurunya lagi dan begitu seterusnya sampai kepada Nabi saw. Beberapa metode yang berkembang sekarang penekanannya lebih pada penggunaan media media elektronik, sedang varian varainnya sudah ada sejak masa Nabi Saw. Sekurang kurangnya ada tiga hal yang menjadi tujuan penelitian ini, yaitu: 1. Untuk menemukan data data baru tentang al Qur’an dalam kajian , 2 al Qur’an yang belum dikaji ulama ulama secara komprehensif. Data data ini kemudian menjadi acuan dalam mengembangkan metode menghafal al Qur’an. 2. Memberikan informasi dan mengembangkan kajian , 2 al Qur’an tentang , hal ini sangat besar manfaatnya untuk menjaga kemurnian ayat ayat al Qur’an dan kemutawâtiran al Qur’an sejak diturunkan sampai kini. 3. Menjelaskan metode metode menghafal dalam kajian , 2 al Qur’an yang digunakan penghafal. Metode metode ini belum dikaji para ulama , 2 al Qur’an, namun hal tersebut sangat penting di masa kini sebagai upaya melestarikan dan menghidupkan kembali tradisi tersebut. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai partisipasi dan sumbangan penulis dalam rangka mengembangkan bidang al Qur’an yang boleh dikatakan sangat dibutuhkan umat Islam untuk memelihara tradisi al Qur’an kepada umat Islam di masa modern ini. 2. Sebagai sumbangan pemikiran dan pengalaman penulis dalam al Qur’an untuk mensosialisasikan metode metode menghafal al Qur’an ini di berbagai sekolah sokolah Islam, institusi dan lembaga al Qur’an khususnya dan umumnya bagi seluruh umat Islam yang merindukan menghafal al Qur’an.

D. Tinjauan Kepustakaan

Sepanjang pengetahuan penulis, kajian secara akademis memang kurang, ada beberapa hasil kajian Skripsi dan Tesis di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengkaji , seperti skripsi yang berjudul Tradisi al Quran dalam kajian al Quran di Indonesia Study kasus Pondok Pesantren al Munawwir, Sunan Pandan, dan Nurul Ummah di Yogyakarta, yang ditulis Uun Yusufa, namun kajiannya berupa penelitian lapangan di tiga pesantren, yang mencakup perbedaan, kurikulum, metode dan tingkat keberhasilannya, latar belakang para penghafal, pentingnya guru yang dan memiliki sanad al Quran. 20 Ada juga tesis yang berjudul Tinjauan Komperatif tentang Pendidikan al Quran di Indonesia dan Saudi Arabia yang ditulis H.M. Bunyamin Yusuf Surur, 20 Uun Yusufa, mahasiswi S1 Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, judul skripsi : : : 8 = D 1, tahun 2002. tesis ini membandingkan sistem pendidikan di Indonesia dan Saudi Arabia, yang mencakup aspek landasan filosofis sarana dan pra sarana, materi hafalan, metode menghafal, kualifikasi tenaga pendidik, peserta didik, evaluasi hasil belajar dan lingkungan sosial. Faktor faktor ini dibandingkan penulisnya untuk melihat perbedaan mendasar pendidikan di dua negara itu. 21 Selain itu ada juga tesis yang berjudul Faktor faktor yang mempengaruhi penghafalan al Quran di Institut Ilmu al Quran Jakarta yang ditulis oleh Drs. Kemas H. M. Siddiq Umary. Penelitian ini bermaksud mendapatkan masukan terhadap pembinaan penghafalan al Quran yang mantap atas faktor yang menjadi pendukung dan penghambat mahasiswi IIQ dalam menghafal. Masalah yang diteliti adalah kemauan dan motifasi Mahasiswi, tingkat ekonomi, keadaan keluarga, latar belakang pendidikan, beban SKS kuliah, pemahaman keagamaan, pemanfaatan waktu luang serta motifasi dan kemampuan. 22 Howard M. Federspiel menyebutkan bahwa ada dua buku yang secara langsung mengkaji menghafal al Qur’an dan cara mencapai seorang , yaitu E : - : al Husna:1985, karya Muhaimin Zein, dan buku - 7 : disusun oleh Pembinaan Masyarakat Islam. 23 Tulisan Muhaimin Zein lebih memfokuskan pada faktor faktor menghafal dan penyelesaiannya, yaitu faktor psikologis dan lingkungan. Juga dikaji tentang aspek dan metode menghafal, peranan instruktur dan ayat ayat 3 Sedang buku terjemah al Quran secara menekankan pemahaman al Quran kata perkata agar mudah dimengerti yang dapat dipakai sebagai metode menghafal. Buku yang mengkaji metode menghafal al Quran adalah tulisan Yahya bin ‘Abd al Razzâq al Ghautsânî dalam + Dâr al Ghautsân, 2001. Sebagai pakar pendidikan, al Ghautsani bahkan menulis juga artikel yang berjudul + 7 2007, dalam dua tulisan ini beliau menulis metode metode menghafal al Quran 21 Bunyamin Yusuf Surur, mahasiswa program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, judul tesis tahun 1994. 22 Kemas H.M. Siddiq Umary, mahasiswa program Pasca Sarjana Universitas Agama Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, judul tesis Faktor faktor yang mempengaruhi penghafalan al Quran di Institut Ilmu al Quran Jakarta tahun 2005. 23 Howard M. Federspiel, - 8 Bandung, Mizan, 1996, cet. ke II, h. 203.