baik dalam bentuk , yaitu aktivitas membacanya, - pelaku yang membaca, maupun -
yaitu perintah. Seperti dalam peperangan di Bi’ir Ma6unah dan Yamanah mereka yang terbunuh kebanyakan dari
- jumlah mereka lebih dari tujuh puluh orang.
43
Untuk menunjukan aktivitas membaca al Qur’an Rasul sering memuji mereka dan mengangkat aktivitas ini sebagai suatu ibadah yang tinggi
pahalanya, begitupun dalam bentuk perintah. Karena itu mereka yang pandai ini disebut dengan predikat yang berbeda beda yaitu
, ,
, - 3 Istilah + -
disebutkan al Bukhâri untuk menunjukan aktivitas seorang yang hafal surat surat tertentu, istilah tersebut adalah
~•ry •h€ ari ةءا‚Aا
. Al Bukhâri mengutip hadis dalam bab ini dimana seorang perempuan mendatangi Rasul
ingin menghibahkan diri dan menikah kepadanya, namun Rasul menolak, kemudian datang seorang laki laki yang mengetahui hal itu dan menyodorkan diri untuk
menikahinya, Rasul berkata: apakah engkau memiliki mahar?, ia berkata: tidak. Rasul berkata: apakah engkau menghafal al Qur’an?. Ia berkata: saya hanya hafal surat ini
dan surat ini, kemudian Rasul berkata: apakah engkau telah hafal surat surat tersebut?. Ia menjawab: ia, maka Rasul berkata, aku telah menikahkanmu dengan al
Qur’an.
44
Istilah lain yang menunjukan hafal al Qur’an yaitu , yang berarti
mengumpulkan baik di dada maupun dalam tulisan, mengumpulkan di dada ini artinya menghafalkan al Qur’an, dari istilah ini kemudian lahir kajian
- al Qur’an. Beberapa sahabat sering mengungkapkan istilah ini untuk menunjukan
mereka telah hafal al Qur’an, sepeti penuturan Ibn 6Umar ra. ia berkata: “Aku telah mengumpulkan al Qur’an menghafal dan membacanya setiap malam...”.
45
Anas bin Mâlik ketika ditanya Qatâdah: “Siapakah yang telah mengumpulkan menghafal al
Qur’an pada masa Nabi Saw.?. ia menjawab: mereka berjumlah empat orang yaitu:
43
- -
terjadi pada masa Rasul yaitu pada bulan Safar tahun keempat hijriah. Antara satuan perang Uhud dan Ahzâb. Menurut Ibn Ishâq mereka yang terbunuh sebanyak 40 orang, namun
dalam riwayat yang sahih mereka berjumlah 70 orang. Sedangkan tragedi Yamamah terjadi pada pemerintahan Abu Bakar al Shiddiq tahun 12 hijriah. Lihat al Mubârakfûri,
8 terjemah 6
+ 2 Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2006, cet. ke XXI, h. 379 380, juga
Muhammad Husein Haekâl, 2
+ terjemah: Ali Audah, Bogor,
Pustaka Litera Antar Nusa, 2006, cet. ke VI, h. 162. Bandingkan juga dalam Muhammad bin Ismâ6îl al Bukhâri,
, Beirut: Dâr Ibn Katsîr, 1987, cet. ke III, juz 4, h. 1497, juga Abû al Husein Muslim bin al Hajjâj,
Semarang: Toha Putra, t.th., juz 1 h. 468.
44
Hadîts . Lihat al Bukhâri,
juz 4, h. 1920, juga Muslim, juz 4, h. 143.
45
Ahmad bin Hanbal, Beirut: Muassasah al Risâlah, 1999, juz 2, cet. ke II,
h. 163, dan ‘Abd al Rahmân Al Nasâ‘i, 8 Semarang: Toha Putra, t.th., juz 5, h. 24.
Abu al Dardâ, Mu’âdz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid.”.
46
Istilah ini menurut al Zarkasyi menunjukan mereka yang hafal al Qur’an, memiliki tulisan tulisan dan
catatan catatan al Qur’an, mereka sudah menyetorkan hafalannya dihadapan Nabi Saw. serta bacaan mereka sangat terkenal sehingga rantai sanadnya sampai kepada
umat Islam kini. Jumlah mereka hanya tujuh orang yaitu: 6Utsmân bin 6Affan, 6Ali bin Abî Tâlib, Ibn Mas’ûd, Zaid bin Tsâbit, Ubai bin Ka’ab, Abû al Dardâ dan Abû
Mûsâ al Asy6ari.
47
Dengan demikian istilah ini menunjukan kesem purnaan predikat yang dialamatkan kepada mereka yang telah hafal al Qur’an.
Penggunaan kata pada masa Nabi Saw. dan sahâbat menurut al Zarqâni
menunjukan kepada pengajaran menghafal al Qur’an yang dilakukan sahabat dalam menyampaikan dakwah Islam. Seperti ketika Rasul Saw. mengutus Mus6ab bin
6Umair dan Ummi Maktûm ke Madinah sebelum Hijrah, begitu juga beliau mengutus Muâzd bin Jabal ke Makkah setelah Hijrah, di sana mereka mengajarkan
hafalan al Quran dan membacakan al Qur’an kepada mereka + .
48
Dalam menghafal al Qur’an, sahabat nabi juga sering lupa suatu ayat dan tertukar dengan
ayat lain, karena itu mereka datang kepada beliau untuk dikuatkan hafalannya dan dijaga Allah Swt. Seperti penuturan 6Ali bin Abî Tâlib, Rasulullah Saw.
menasihatinya melakukan salat al Qur’an di malam jum’at sebanyak
empat raka’at. Raka’at pertama membaca surat Yâsîn, kedua membaca surat al Dukhân, ketika membaca Alif Lâm al Sajdah dan keempat membaca al Mulk. Setelah
selesai membaca doa yaitu:
ﻦﺴـﺣ ﻲِﻨﹾﻗﺯﺭﺍﻭ ﻲِﻨﻴِﻨﻌﻳ ﺎﹶﻟ ﺎﻣ ﻒﱠﻠﹶﻜﺗﹶﺃ ﹾﻥﹶﺃ ﻲِﻨﻤﺣﺭﺍﻭ ﻲِﻨﺘﻴﹶﻘﺑﹶﺃ ﺎﻣ ﺍﺪﺑﹶﺃ ﻲِﺻﺎﻌﻤﹾﻟﺍ ِﻙﺮﺘِﺑ ﻲِﻨﻤﺣﺭﺍ ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ ﺭﹶﺄﹾﻟﺍﻭ ِﺕﺍﻮﻤﺴﻟﺍ ﻊﻳِﺪﺑ ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ ﻲﻨﻋ ﻚﻴِﺿﺮﻳ ﺎﻤﻴِﻓ ِﺮﹶﻈﻨﻟﺍ
ﻚﹸﻟﹶﺄﺳﹶﺃ ﻡﺍﺮﺗ ﺎﹶﻟ ﻲِﺘﱠﻟﺍ ِﺓﺰِﻌﹾﻟﺍﻭ ِﻡﺍﺮﹾﻛِﺈﹾﻟﺍﻭ ِﻝﺎﹶﻠﺠﹾﻟﺍ ﺍﹶﺫ ِﺽ ﻩﻮـﹸﻠﺗﹶﺃ ﹾﻥﹶﺃ ﻲـِﻨﹾﻗﺯﺭﺍﻭ ﻲِﻨﺘﻤﱠﻠﻋ ﺎﻤﹶﻛ ﻚِﺑﺎﺘِﻛ ﹶﻆﹾﻔِﺣ ﻲِﺒﹾﻠﹶﻗ ﻡِﺰﹾﻠﺗ ﹾﻥﹶﺃ ﻚِﻬﺟﻭ ِﺭﻮﻧﻭ ﻚِﻟﺎﹶﻠﺠِﺑ ﻦﻤﺣﺭ ﺎﻳ ﻪﱠﻠﻟﹶﺃ ﺎﻳ
ﻨﻋ ﻚﻴِﺿﺮﻳ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ِﻮﺤﻨﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﻡﺍﺮـﺗ ﺎﹶﻟ ﻲِﺘﱠﻟﺍ ِﺓﺰِﻌﹾﻟﺍﻭ ِﻡﺍﺮﹾﻛِﺈﹾﻟﺍﻭ ِﻝﺎﹶﻠﺠﹾﻟﺍ ﺍﹶﺫ ِﺽﺭﹶﺄﹾﻟﺍﻭ ِﺕﺍﻮﻤﺴﻟﺍ ﻊﻳِﺪﺑ ﻢﻬﱠﻠﻟﺍ ﻲ
ﺮﹶﻔﺗ ﹾﻥﹶﺃﻭ ﻲِﻧﺎﺴِﻟ ِﻪِﺑ ﻖِﻠﹾﻄﺗ ﹾﻥﹶﺃﻭ ﻱِﺮﺼﺑ ﻚِﺑﺎﺘِﻜِﺑ ﺭﻮﻨﺗ ﹾﻥﹶﺃ ﻚِﻬﺟﻭ ِﺭﻮﻧﻭ ﻚِﻟﺎﹶﻠﺠِﺑ ﻦﻤﺣﺭ ﺎﻳ ﻪﱠﻠﻟﹶﺃ ﺎﻳ ﻚﹸﻟﹶﺄﺳﹶﺃ ﺝ
46
Al Bukhâri, , juz 4, h. 1914, dan Muslim,
juz 7, h. 149.
47
Diantara ada juga yang telah menyetorkan hafalan kepada Nabi, namun bacaan mereka tidak sampai kepada umat Islam kini, mereka itu adalah Mu6âzd bin Jabal, Abî Zaid, Sâlim Maula Abi
Huzaifah, 6Abdullâh bin 6Amar, Ubadah bin 6Âmr. Lihat Badruddîn al Zarkasyî, ,= 2
- Cairo: Dâr al H
adîts, 2006, h. 171.
48
6Abd al Azîm al Zarqâni, , Cairo: Dâr al Hadîts, 2001, juz 1, h. 204
205.
ﺎـﱠﻟِﺇ ِﻪﻴِﺗﺆﻳ ﺎﹶﻟﻭ ﻙﺮﻴﹶﻏ ﻖﺤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﻲِﻨﻨﻴِﻌﻳ ﺎﹶﻟ ﻪﻧِﺈﹶﻓ ﻲِﻧﺪﺑ ِﻪِﺑ ﹶﻞِﺴﻐﺗ ﹾﻥﹶﺃﻭ ﻱِﺭﺪﺻ ِﻪِﺑ ﺡﺮﺸﺗ ﹾﻥﹶﺃﻭ ﻲِﺒﹾﻠﹶﻗ ﻦﻋ ِﻪِﺑ ِﻢﻴِﻈﻌﹾﻟﺍ ﻲِﻠﻌﹾﻟﺍ ِﻪﱠﻠﻟﺎِﺑ ﺎﱠﻟِﺇ ﹶﺓﻮﹸﻗ ﺎﹶﻟﻭ ﹶﻝﻮﺣ ﺎﹶﻟﻭ ﺖﻧﹶﺃ
.
Setelah itu Rasul berkata: wahai Ali lakukanlah tersebut sebanyak tiga kali,
lima kali atau tujuh kali. Demi dzat yang jiwaku dalam genggamannya, tidaklah seorang melakukan hal itu, kecuali akan melekat hafalannya. Setelah melakukan hal
itu, Ali berkata: wahai Rasul, sebelum melakukan hal itu, aku selalu lupa dan tertuker dalam membaca al Qur’an, namun sekarang aku tidak pernah lupa satu hurufpun”.
49
Dengan demikian, istilah al Qur’an pada masa Nabi saw. dan sahâbat kurang
popular, namun secara praktek, aktifitas membaca dan menghafal al Qur’an begitu marak. Mereka bahkan berlomba lomba menghafal al Qur’an, dan mengajarkannya
kepada anak anak dan istri istri mereka.
B. Kata dalam al Qur’an dan Sunnah
Dalam al Qur’an, Allah Swt. menyebutkan kata dengan segala
perubahannya sebanyak 23 kali.
50
Kata kata ini bermakna menjaga, mengawasi, memelihara sesuatu dengan teliti dan terus menerus, malaikat malaikat penjaga
seperti
Jƒ\?
al Anâm6:61,
CƒcM?
al Infitâr 8210, dan nama tempat, yaitu al Burûj85:22. Menurut al Raghib al Asfahâni, kata
pada awalnya berarti keadaan jiwa yang mendorong untuk memahami, kadang juga untuk
menguatkan dan meyakinkan atas apa yang telah dihafal seorang. Dalam hal ini, ia antonim kata lupa. Kemudian kata
dalam al Quran digunakan untuk memelihara sesuatu yang hilang, sumpah dan pemeliharaan.
51
Kata jika dinisbatkan kepada Allah Swt. bermakna melindungi, memelihara dari perubahan,
49
Hadîts diriwayatkan al Tirmidzî, al Hâkim dan al Tabrâni. Imam al Hâkim setelah meriwayatkan hadis ini berkata: “Hadis ini
menurut syarat Bukhârî dan Muslim, namun tidak diriwayatkan mereka”. Lihat Abû 6Isâ al Tirmidzi,
t.tp.: Maktabah Dahlan: t.th., juz 5, h. 223. Abû 6Abdillah al Hâkim,
, Beirut: Dâr al Kutub al
Ilmiyyah, 1990, juz. 1, h. 461. Abû al Qâsim al Tabrâni, -
Mausil: Maktabah al 6Ulûm wa al Hikam, 1984, juz. 11, h. 367. Hadis ini menurut Ibn al Jauzî dalam
, dikategorikan hadis hadis yang
, karena ada beberapa perawi yang dianggapnya tercela. Yaitu Muhammad bin Ibrâhim al Qurasyi ia adalah perawi yang
2 , begitu pula Abû Sâlih, yang nama aslinya adalah Ishâq bin Najîh ia adalah
2 3 Lihat 6Abd al Rahmân bin 6Ali bin al
Jauzi, , Beirut: Dar al Fikr, 1996, juz. 2, cet. ke I, h. 138. Kami tidak mengetahui
perkataan al Hâkim bahwa hadis tersebut mengikuti syarat al Bukhâri dan Muslim.
5 ,
3
50
‘Abd al Bâqi, h. 254.
51
Al Râghib al Asfahâni, Dimasq, Dâr al Qalam, t.th., juz 1, h.
124.
penyimpangan, penambahan dan pengurangan. Sebagaimana dalam surat al Hijr15:9. Sedangkan jika dikaitkan pada manusia maka ia berarti menghafal, mengamalkan,
memikirkan kandungan, menggali hukumnya, belajar dan mengajar. Dalam hal ini Rasulullah Saw. mengajarkan do’a kepada Ali yaitu;
ﻰِﻨﺘﻤﱠﻠﻋ ﺎﻤﹶﻛ ﻚِﺑﺎﺘِﻛ ﹶﻆﹾﻔِﺣ ﻰِﺒﹾﻠﹶﻗ ﻡِﺰﹾﻠﺗ ﹾﻥﹶﺃ ﻚِﻬﺟﻭ ِﺭﻮﻧﻭ ﻚِﻟﹶﻼﺠِﺑ ﻦﻤﺣﺭ ﺎﻳ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺎﻳ ﻚﹸﻟﹶﺄﺳﹶﺃ ...
Aku bermohon padamu ya Allah, ya Rahmân, dengan keagungan dan cahaya wajah Mu, kuatkanlah hati ini untuk menghafal kitab sucimu sebagaimana yang
engkau ajarkan padaku...
52
Berikut akan dipaparkan penyebutan kata dan perubahannya dalam al
Quran. Kata diulang sebanyak sekali dalam surat al Nisâ4:34, artinya
menjaga, kata disebutkan satu kali dalam surat al Baqarah2: 255, artinya
memelihara keduanya, kata disebutkan delapan kali, yaitu dalam surat al
An’âm6:104, Hûd11:57,86, Yûsûf12:55, Saba’34:21, Qâf50:32 artinya Maha Memelihara Sesuatu, dalam al Syûrâ42:6 bermakna Allah Maha Mengawasi
perbuatan mereka, dan dalam Qâf50:4 bermakna yang terpelihara, kata diulang satu kali dalam surat Yûsûf12:65 artinya kami memelihara, kata
dan 2 masing masing diulang satu kali dalam surat al Nûr24:31 artinya
menjaga kaum wanita muslimahlaki laki muslim, kata 2 diulang satu kali
dalam surat al Mâidah5:89, kata ini bermakna peliharalah, kata 2 diulang
tiga kali, dalam surat al An‘âm6:92, al Muminûn 23, al Ma‘ârij70:34, artinya mereka selalu memelihara shalatnya. Kata 2
diulang satu kali dalam surat al Baqarah2:238 artinya peliharalah dengan terus menerus, kata
2 diulang satu
kali dalam surat al Mâidah5:44 artinya mereka diperintahkan memelihara kitab sucinya, kata diulang satu kali dalam surat al Nisâ4:34 artinya wanita
wanita shalihah yang menjaga diri ketika suami tidak ada, kata diulang
satu kali dalam surat al An‘âm6:61, artinya malaikat malaikat penjaga, kata diulang tiga kali dalam surat al Nisâ4:80, al Anâm6:107, al Syurâ42:47, artinya
pemelihara mereka. Kata dan
masing masing sebanyak satu kali, dalam surat Yûsuf13:64 dan al Târiq86:4 artinya penjaga yang terbaik, kata
2
diulang enam kali, yaitu dalam surat al Taubah9:112 bermakna orang orang yang memelihara hukum Allah, sedang dalam Yûsûf12:12, 63, al Hijr15:9,
52
Al Tirmidzî, juz 5, h. 223. al Hâkim,
, juz. 1,
h. 461 dan Al Tabrâni, -
juz. 11, h. 367.
al Muminûn23:5, al Ma‘ârij70:29 bermakna menjaga, kata diulang enam
kali yaitu dalam surat al Hijr15:9, Yûsûf12:81, al Anbiyâ21:82, al Ahzâb33:35 al Mutaffifîn83:33 artinya memeliharanya, sedang dalam al Infitâr82:10 bermakna
malaikat malaikat yang mengawasi, kata 2
diulang sekali dalam surat al R‘ad13:11, artinya menjaganya, kata
diulang sekali dalam surat al Hijr15:17, artinya Kami menjaganya, kata
2 diulang satu kali dalam surat al Anbiyâ21:32, artinya terpelihara, kata
diulang dua kali dalam surat al Sâfât37:7, dan Fusilat41:12, artinya dan kami telah menjaganya. Dan kata
2 diulang satu kali dalam surat al Burûj85:22 artinya tempat
yang terjaga.
53
Kata dan
diulang sebanyak sebelas kali, tiga di antaranya merupakan sifat Allah, dan sisanya menafikan sifat itu dari manusia, khususnya para
Nabi kepada orang yang membangkang. Menurut M. Quraish Shihab kata terambil dari kata yang terdiri dari tiga huruf yang mengandung makna memelihara
dan mengawasi. Dari makna ini kemudian lahir makna menghafal, karena yang menghafal memelihara dengan baik ingatannya. Juga makna tidak lengah karena
sikap ini mengantar kepada keterpeliharaan, dan menjaga karena penjagaan adalah bagian dari pemeliharaan dan pengawasan. Kata
mengandung arti penekanan dan pengulangan
, serta kesempurnaannya. Kata ini juga bermakna mengawasi. Allah Swt. memberikan tugas kepada malaikat Raqîb dan Atîd untuk
mencatat amal manusia yang baik dan buruk dan kelak Allah akan menyampaikan penilaian Nya kepada manusia.
54
Kata adalah salah satu dari
, mengikuti wazan
yang terkandung makna . Menurut Abû Hilal al ‘Askari,
bermakna Maha Mengetahui,
Maha Menyaksikan, dan Maha
Kuasa. Seorang yang menjaga sesuatu artinya dia mengetahui sesuatu itu secara mendalam, teliti dan tahu tentang hal hal yang terperinci, maka dia juga menyaksikan
sesuatu itu dan maha kuasa atasnya.
55
Dengan demikian Allah maha menjaga artinya Allah maha mengetahui dan menyaksikan sehingga tidak ada sesuatupun di alam ini
yang hilang dari penyaksian dan ingatannya, juga dia maha kuasa kepada apa yang
53
‘Abd al Bâqi, h. 254 255, dan
;??J PT. Syamil Cipta Media, Bandung, t.th..
54
M. Quraish Shihab, Jakarta, Lentera Hati, 2006, cet. ke 7, h. 195 198.
55
Abû Hilâl al ‘Askari, F 2+ 7 Qum, Muassasah al Nasyr al Islâmi, 2000,
juz 1, cet. ke I, h. 180.
dijaga Nya itu. Penjagaan Allah kepada manusia dijelaskan dalam surat al Syûrâ42:6 yaitu:
tÏ©uρ ρä‹sƒªB
ÏΒ ÿÏ ÏΡρߊ
uu‹Ï9÷ρr ª
îáŠÏ ym öΝÍκön=tã
tΒuρ |MΡr
ΝÍκön=tã 9≅ŠÏ.uθÎ
∩∉∪
“Dan orang orang yang mengambil pelindung pelindung selain Allah, Allah Mengawasi perbuatan mereka; dan kamu Ya Muhammad bukanlah orang yang
diserahi Mengawasi mereka”. penggunaan kata
di atas bermakna Allah maha mengawasi seluruh perbuatan dan keadaan mereka, sehingga tidak ada sedikitpun terlintas oleh mereka kecuali
Allah akan mengawasi dan memperhitungkannya, karena tidak ada Dzat Yang Maha Mengawasi kecuali Allah Swt., dan engkau Muhammad tidak ditugasi mengawasi
perbuatan mereka.
56
Sedangkan kata 2 dan sama sama diulangi enam kali. Pertama
menjelaskan orang orang yang memelihara hukum Allah, cara menjaga hukum, juga memelihara kemaluan mereka yang disebutkan sebanyak tiga tempat. Kedua berbicara
pemeliharaan Allah kepada para nabi nabinya. Ketiga, putra putra Ya‘kub mengajak Yusuf ke hutan dan siap menjaganya dan pernyataan mereka tidak mengetahui segala
yang ghaib. Keempat, orang orang berdosa tidak dapat menjaga orang mukmin. Dan kelima adalah pemeliharaan Allah terhadap Al Quran yang disebutkan satu tempat
dalam surat al Hijr15 ayat 9 yaitu H G Sesungguhnya Kami yang menurunkan al Quran, dan sesungguhnya
kami benar benar memeliharanya.
57
Pemeliharaan Allah Swt. terhadap al Quran meliputi segala aspek, seperti perubahan, penambahan dan pengurangan. Allah Swt. menjaga al Quran dari
hal hal tersebut sampai hari kiamat.
58
Cara pemeliharaan itu adalah, pertama; Allah
56
Fakhruddîn al Râzi, Beirut, Dâr al Fikr, 1990, juz 13, h. 413.
57
Ayat ini menegaskan bahwa pemeliharan al Quran langsung dari Allah Swt. dari berbagai macam penambahan dan pengurangan yang bukan bagiannya, serta hukum hukum dan ketentuannya.
Pendapat lain mengatakan bahwa ditujukan kepada Muhammad Saw., dengan demikian
Allah menjaga Muhammad Saw. dan al Quran yang diturunkan kepadanya karena beliau adalah Yang Maha Menjaga. Menurut Wahbah al Zuhaili ayat ini membedakan al Quran dengan kitab
kitab samawi dahulu, Allah Swt. menanggung terpeliharanya al Quran sampai akhir masa dan menjaganya dari segala perubahan dan kekurangan. Berbeda kitab kitab samawi dahulu, yang
ditugaskan memelihara adalah para pendeta dan ulamanya, mereka merubah dan mengganti sehingga tidak terpelihara, bahkan tulisan aslinya hilang dan tidak ada. lihat Ja‘far al Tabari, 9
juz 17, h. 69, bandingkan juga Abû Fidâ Isma‘îl bin ‘Amr bin Katsîr,
Riyâd, Dâr al Tibah, 1999, juz 4, cet. ke II, h. 527, dan Wahbah al Zuhaili,
Beirut, Dâr al Fikr, 1424 H., juz 7, cet. ke II, h. 320.
58
Yahyâ ‘Abd al Razzâq al Ghautsânî, Dimasq, Maktabah al
Ghautsân, 2001, cet. IV, h. 19 22.