Manfaat Menghafal al Quran

Memelihara al Quran merupakan atas umat ini sebagai wujud pemeliharaan yang Allah tetapkan teradap al Quran. dalam term hadîts adalah sebuah berita yang diriwayatkan oleh perawi yang banyak disetiap tingkatan dan tidak mungkin mereka berbohong. 94 Urgensi memelihara dalam al Quran dimaksudkan sebagai memelihara jumlah para penghafal al Quran di setiap masa dimana jangan sampai di setiap masa sejarah umat manusia yang tidak menghafal al Quran, mereka menukilkan dari tangan ketangan dan dari hafalan ke hafalan dalam jumlah yang banyak, sehingga setiap huruf al Quran, kalimat, dan bahkan dalam harakat dan sukun sukunnya terpelihara utuh dalam jumlah yang banyak ini. 95 Dengan jumlah penghafal ini, Allah ingin mengamankan al Quran dari usaha usaha adanya . 96 al Quran merupakan perubahan teks teks dan kata kata yang tidak sesuai dengan aslinya. Al Quran sangat jauh sekali dari adanya , karena adanya para penghafal al Quran di setiap masa dalam jumlah yang banyak. Selain , al Quran terpelihara dari kesalahan, kekeliruan, pengurangan dan penambahan huruf huruf terutama dalam proses kodifikasinya. Sebagai data sejarah yang otentik, al Quran dipelihara Allah dengan adanya para penghafal yang jumlahnya . Bacaan yang keliru, salah dan kurang tepat sedikitpun akan 94 Hadis dalam term hadîts yaitu berita yang diriwayatkan dalam setiap tingkatan sanad perawi yang banyak –dalam pandangan akal tidak mungkin jumlah yang banyak ini berbohong dan berbeda beda atas hadis yang diriwayatkan itu. Dari definisi ini ada beberapa syarat hadis mutawatir, pertama maslah jumlah perawi dalam tiap tingkatan, para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan sepuluh orang, dua puluh, sampai seratus orang, namun pendapat yang umum adalah sepuluh orang. Kedua, jumlah yang banyak ini harus ada ditiap tingkatan tingkatan sanad. Ketiga, mereka yang meriwaytakan hadis ini tidak mungkin berdusta dan berbohong, karena matan hadisnya pasti sama. Keempat, sandaran berita tersebut harus dari hal yang dapat dijangkau indra 3 Lihat Mahmûd al Tahhân, Surabaya: al Haramain, t.th., h. 19 20. juga Jalaluddîn al Suyûti, 6 + 8 Beirut: Dâr al Kutub al Ilmiyyah, 1996, juz 2, cet. ke I, h. 177. 95 Muhammad Hadi Marifat, terjemah: Toha Musawa, Jakarta: al Huda, 2007, cet. ke I, h. 236. 96 sering dilakukan umat Yahudi dan Nasrani atas sumber ajaran mereka. Al Quran menegaskan bahwa: 2 2 , , yaitu sebagian orang Yahudi mengubah perkataan dari tempat tempatnya. Sedangkan umat Nasrani lebih parah lagi, mereka berlebih lebihan dalam persoalan agama, yaitu menganggap al Masîh 6Isa putra Maryam sebagai Tuhan. ini sering dilakukan umat dahulu karena beberapa sebab, pertama, para ulama dan pendeta Yahudi dan Narani tidak menjaga amanah ini dengan sebaik baiknya al Maidah5: 44, akibatnya mereka mengubah seenaknya ketentuan ketentuan agama, seperti mengubah hukum zina, sifat sifat nabi, pembalasan amal perbuatan manusia dan ketentuan ketentuan agama lain. Kedua, merekamereka mengubah firman firman Allah karena tidak sesuai dengan keinginan mereka. Al Quran siratkan dengan setiap rasul yang datang pada mereka yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, sebagian kelompok mendustakan dan sebagian lainnya membunuh. Q.S. al Maidah5:70. Lihat Fakhruddîn al Râzî, Beirut: Dâr al Nasyr, t.th., juz 1, h. 1120. terlihat dan terdengar oleh para penghafal al Quran. Sehingga dengan penjagaan ini, Allah telah mewujudkan keutamaan kitab sucinya dengan . Mereka yang datang kemudian sangatlah sulit untuk mencari sisi kelemahan al Quran dan jika dibandingkan dengan kitâb kitâb terdahulu hal tersebut berbeda sekali, karena kitâb kitâb tersebut tidak dihafal seperti al Quran, para ulama dan pendeta yang diberikan kepercayaan memeliharanya tidak menjaganya dengan baik, bahkan sampai kini kitab tersebut tidak diketahui keberadaannya. Para sahâbat yang dipilih Allah untuk menghafal al Quran menerima hal ini dengan penuh keikhlasan dan keyakinan bahwa memang al Quran adalah sumber agama Islam. Mereka mendapat keagungan dan keistimewaan di sisi Allah Swt. untuk memelihara keotentisan dan kemurnian al Quran sejak diturunkan, sehingga tidak ada lagi bantahan bagi mereka yang tidak percaya terhadap al Quran untuk berkata: al Quran berisi berita bohong, banyak salah, keliru, dan palsu atau ungkapan ungkapan lainnya. Sebagaimana yang terjadi pada kitab kitab terdahulu dimana para ulama dan pendeta mereka berlomba lomba memalingkan kitab suci dari sumber sumber yang asli. Al Quran mengyebutkan hal tersebut dengan ungkapan \ِِ_اَbَc ْeَf َgِhَiْjا َنْbُlmUَnُo mereka memalingkan firman firman Allah Swt. dari tempat tempatnya. 97 Selain itu al Quran sebagai bukti kemurnian al Quran, khususnya dalam aspek bacaan. Beberapa pakar sejarah teks teks al Quran selalu berbeda dalam menemukan teks teks sahabat, dalam melakukan penelitian tersebut yang mereka andalkan hanya teks teks sejarah pada masa mereka. Demikian juga orientalis menggungat otentisitas al Quran, seperti: Wansbrough, Noldake, Schwally, John Burton dan Bell. 98 Bagi mereka al Quran itu hanya fiksi fiksi yang 97 Ungkapan ini sering ditunjukan al Quran antara lain dalam surat al Nisâ4:46, al Mâidah5:13 dan 41. Al Quran menunjukan ungkapan ini untuk memberikan prediket pada orang orang Yahudi dan Nasrani yang melakukan perubahan perubahan pada kitab suci mereka. Seperti hukum rajam, pada awalnya umat yahudi yang melakukan perzinahan dihukum rajam, sebagaimana disebutkan dalam kitab Ulangan xxii. 22 24: yaitu: Perempuan bersuami atau laki laki beristri kedapatan tidur bersama, haruslah keduanya dibunuh mati. Dan jika yang melakukan itu adalah seorang gadis yang masih perawan, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa keluar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati. Umat Yahudi kemudian mengubah hukum tersebut dengan hukum cukur kepaladihitamkan dan dipukul seratus kali, bagi yang kaya dengan cara membayar diat. Hal hal lain yang mereka ubah, seperti: perhitungan dan amal balasan di akhirat, sifat sifat kedatangan nabi Muhammad Saw. Lihat Depag, 6 Jakarta: Depag, 2008, juz. 5, h. 363. 98 Isma6il K Poonowala, dkk, Bekasi: PT. Gugus Press, 2002, cet. ke I, h. 132 tidak memiliki pijakan, bahkan al Quran itu hanya karya Muhammad saja. 99 Namun mereka lupa dan mengabaikan hafalan hafalan yang terdapat di hati sahâbat Nabi, padahal Zaid bin Tsâbit ketika mengumpulkan al Quran pada masa Abu Bakar, mengandalkan hafalan para sahâbat, mereka yang mengaku telah menerima suatu ayat dari nabi, harus menghadirkan paling minimal dua orang saksi dihadapannya untuk ditulis. Zaid bahkan membantuk tim kerja yang terdiri dari dua puluh lima orang dan dia sendiri yang menjadi ketua timnya. Setiap hari tim ini bekerja dan berkumpul di masjid. Orang orang yang memiliki ayat atau surat al Quran merujuk kepada tim kerja yang diketuai oleh Zaid. Dalam hal ini Muhammad Hadi Marifat berkata: Tim kerja ini tidak menerima sesuatupun sebagai al Quran, dari siapapun, kecuali orang itu membawa dua orang saksi dan bukti yang manyatakan bahwa itu adalah wahyu al Quran. Bukti pertama adalah naskah tertulis, bukti kedua adalah hafalan, yaitu dengan kesaksian orang oragn bahwa pembawa al Quran itu telah mendengar dari lisan Rasulullah Saw.. 100 Upaya tim kerja ini mengalami kesulitan ketika Khuzaimah bin Tsâbit al Ansâri membawa dua ayat akhir surat al Taubah tanpa menghadirkan saksi, karena Rasulullah Saw. telah menjadikan kesaksiannya sama seperti kesaksian dua orang, karena itu Zaid menerima dua ayat terakhir al Taubah dari Khuzaimah. Ayat itu berbunyi: ô‰ss9 öΝà2uy` Ñθß™u‘ ôÏiΒ öΝà6Å¡à Ρr ͕tã Ï ø‹n=tã tΒ óΟšGÏΨtã ëȃ̍ym Νà6ø‹n=tæ šÏΖÏΒ÷σßϑø9Î Ô∃ρâu‘ ÒΟŠÏm§‘ ∩⊇⊄∇∪ βÎsù öθ©9uθs? ö≅àsù š_Éó¡ym ª Iω t ≈s9Î āωÎ uθèδ Ï ø‹n=tã àMù=ā2uθs? uθèδuρ u‘ ĸöyèø9 ÉΟŠÏàyèø9 ∩⊇⊄∪ 99 Orientalis yang menggugat otentisitas al Quran antara lain Wansbrough, Noldake, Schwally, John Burton dan Bell. Bagi Wansbrough, periwayatan al Quran dari generasi pertama sampai kedua dan seterusnya hingga abad ke 2 Hijriah adalah cara yang sangat bebas. Kaum muslimin awal selalu berupaya menyempurnakan dan ketika terjadi pembakuan al Quran, keseluruhan tradisi dari berbagai stase tersebut dapat dipertahankan eksistensi dalam redaksi final al Quran. Dia juga mengatakan bahwa bahasa al Quran adalah bahasa kaum muslimin awal, akibatnya duplikasi dan repetisi ayat ayat al Quran dipandang sebagai hasil karya kaum muslimin dari setiap perkembangan mereka dimana generasi yang belakang dikumpulkan serta disejajarkan begitu saja dalam naskah final al Quran. Dengan mendasarkan teori Joseph Schacht, bahwa hukum Islam awal tidaklah dideduksi dari al Quran, Wansbrough mengemukakan bahwa redaksi final al Quran baru disusun pada permulaan abad ke III Hijriah, karena penyimpulan hukum al Quran merupakan fenomena abad itu. Bagi John Burton teks al Quran yang ada dewasa ini merupakan karya Muhammad sendiri, beliaulah yang mengedit, mencek dan memprormulgasikan al Quran. Sementara kisah pengumpulan al Quran pada masa Abu Bakar dan Utsman dipandangnya sebagai fiksi fiksi yang tidak memiliki pijakan. Lihat Isma6il K Poonowala, dkk, , h. 132 136. 100 Hadi Marifat, h. 136. Namun ungkapan 6Umar bin al Khattab tidak dapat disebut al Quran, tentang seorang laki laki tua yang berzina dengan seorang wanita tua maka rajamlah, yaitu: ﺔﺘﺒﻟﺍ ﺎﻤﻫﺍﻮﻤﺟﺭﺎﹶﻓ ﺎﻴﻧﺯ ﺍﹶﺫِﺇ ﹸﺔﺨﻴﺸﻟﺍﻭ ﺦﻴﺸﻟﺍ ﻧﹶﻜ ﹰﻻﺎ ِﻣ ﻦ ِﷲﺍ ﻭ ُﷲﺍ ﻋ ِﺰﻳ ﺰ ﺣ ِﻜﻴ ﻢ Ini karena ketika tim kerja meminta dihadirkan dua orang saksi, 6Umar tidak bisa memenuhi, ketika 6Umar menyampaikan kepada setiap orang yang dikehendakinya, mereka menolak bahwa mereka telah mendengar kedua ungkapan tersebut dari Nabi Saw. Sehingga hal itu tidak bisa diterima tim pengumpulan al Quran. 101 Demikianlah ketelitian upaya yang dilakukan para sahabat terhadap al Quran. Bukti lain dari ini adalah timbulnya ilmu + . Ilmu + adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji perbedaan perbedaan bacaan al Quran dari jalur imam imam dan bersumber dari Nabi Saw. 102 Perbedaan bacaan tersebut disebabkan beberapa faktor, yaitu: pertama, pertama yang berbeda, baik sebelum disatukan mushaf mushaf pada zaman 6Utsmân maupun setelahnya. Kedua, tidak layaknya khat dan tulisan tulisan al Quran yang ketika itu tidak memiliki tanda tanda baca yang jelas bahkan huruf hurufnya tidak bertitik. Ketiga, khat di kalangan arab masih sangat asing ketika itu. 103 Lahirnya ilmu + merupakan fakta bahwa bacaan bacaan al Quran itu sangat karena para imam imam yang menjadi rujukan bacaan tersebut memiliki jalur periwayatan bacaan mereka yang kuat sampai kepada Nabi, sehingga qiraat tersebut disebut + . mereka itu seperti: Imam Hafs bin Amar bin Abd al Azîz 250 H., Ibn Katsir 120 H., Abu Amar al Basri 154 H., Ibn 6Âmir al Syami, Warasy 197 H., Nâfi al Madinî 169 H., Qunbul 280 H., Qâlûn 220 H., al Bizzî 240 H., Mâlik bin Amar bin Tamîm 154 H., Abû Syu aib 202 H.. 104 Bacaan bacaan dari imam imam ini telah ditetapkan sebagai bagian dari bacaan bacaan yang , karena telah terpenuhi beberapa syarat + yang , yaitu: pertama, sanadnya , yaitu suatu bacaan al Quran harus diterima dari guru guru yang jelas, tertib, tidak ada cacat dan bersambung sampai kepada Rasulullah Saw. Kedua, sesuai dengan khattulisan 6utsmâni. Ketiga, sesuai dengan tata bahasa arab. 105 Tiga syarat ini kemudian menjadi barometer para ulama dalam menentukan + al Quran, sehingga 101 Al Suyûtî, + juz 2, h. 70. 102 Sa6îd bin 6Amar al Dânî, Beirut: Dâr al Kutub al 6Arabi, 1984, cet. ke II, h. 2. 103 M. Hadi Marifat, h. 213. 104 Sa6îd bin 6Amar, h. 3. 105 Al Zarqâni, , juz 1, h. 418. dirumuskan + dan atau , . + lain banyak yang muncul, namun syarat syarat tersebut menjadikan + tersebut tidak diterima. 2. Menghafal al Quran dapat meningkatkan kualitas pribadi dan masyarakat Islam. Al Quran adalah kitab hidayah, sumber ilmu dan petunjuk manusia menuju keselamatan hidup dunia dan akhirat. Petunjuk petunjuk kehidupan dan kebahagiaan hidup adalah sumber diturunkannya al Quran, sumber ini jika dimaksimalkan dalam diri seorang maka ia akan manjadi sebuah kekuatan untuk meraih cita cita yang dituju, cita cita itu adalah menuju kualitas pribadi yang optimal menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dalam al Quran, Allah Swt. menyebutkan kemuliaan, keagungan, dan keadaan manusia di alam ini. Allah Swt. menegaskan bahwa: ô‰ss9 uΖø9t“Ρr öΝä3ö‹s9Î Y6≈tGÅ2 Ï ŠÏù öΝä.ãø.ÏŒ Ÿξsùr šχθè=É÷ès? ∩⊇⊃∪ Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah Kitab yang di dalamnya terdapat sebab sebab kemuliaan bagimu, maka apakah kamu tidak memahaminya? Q.S. al Anbiyâ21:10. ayat ini menunjukan bahwa al Quran menyebutkan kemuliaan manusia, 106 artinya dalam al Quran banyak sekali penyebutan manusia sebagai makhluk hidup, penciptaan manusia, peraturan hidup, dan undang undang baik kepada Allah dan atau kepada alam. Karena itu, penutup terakhir ayat tersebut menyiratkan + 2 sebagai isyarat minimnya penggunaan akal sebagai potensi memahami kualitas alam ini. Dengan demikian al Quran terkandung nilai nilai yang mencerdaskan kualitas umat Islam dari berbagai aspek keilmuan, sehingga mereka yang menggali hal tersebut secara , manusia akan menemukan puncak keilmuan yang tidak akan pernah bertepi. Menghafal al Quran adalah langkah awal untuk mencapai hal hal tersebut, karena orang yang menghafal akan sangat mudah mencerna makna, arti, kandungan serta seluruh petunjuk petunjuk dalam kehidupan, sehingga mereka dapat memahami 106 Menurut Fakhruddin al Râzi, ayat ini menunjukan keutamaan al Quran pada manusia di dunia dan akhirat. Keutamaan tersebut ditunjukan dengan menyebutkan kemuliaan manusia dan wasiat wasiat al Quran pada manusia untuk mewarisi hidup ini secara optimal. Kemuliaan ini dimaksudkan beberapa hal, pertama, menyebutkan kemuliaan dan wasiat hidup bagi manusia sebagaimana dalam surat al Zukruf43:44. kedua, peringatan kepada manusia apa yang harus diperbuat dan ayang harus dijauhi sebagaimana surat al Dzariyât51:55. Ketiga, menyebutkan ajaran ajaran agam Islam apa yang harus dilakukan seorang dan yang harus ditinggalkan, sehingga mereka mendapat kemenangan di akhirat dengan syurga yang mengalir sungai sungai. Lihat al Râzî, h. 3120. bagaimana harus mengatur kehidupan dan bergaul bersama orang lain. Para ulama selalu mengajarkan keutamaan ini kepada anak anaknya, bahkan menghafal al Quran adalah materi pertama yang dipelajari sebelum ilmu ilmu lain, seperti penuturan Walîd bin Muslim 195 h. berkata: Kami belajar dalam satu majelis dengan guru kami al Auzâ‘î 157 h., ia berkata: Wahai anakku apakah engkau telah menghafal al Quran, kalau berkata sudah, beliau menyuruh membaca ayat ُm ْV ِz ْ ُ{ ُ= ُEا ِc a َا ْو َQ ِد ُآ ْ= ... 107 jika menjawab: belum, ia berkata: pergi dan hafalkan al Quran sebelum mempelajari ilmu ilmu lain. 108 Pentingnya menghafal di waktu kecil dapat meningkatkan kualitas otak anak, karena otak merupakan sumber berfikir, belajar dan kecerdasan kognitif untuk memahami ilmu ilmu lain yang menjadi konsentrasinya di masa depan. Rasulullah menekankan keutamaan ini, beliau menegaskan bahwa: Siapa yang mempelajari al Quran di usia kecil, Allah akan mencampurkan dengan daging dan darahnya. 109 Artinya seorang yang hafal diwaktu kecil, al Quran akan membimbingnya, menyatu dengan darah dan dagingnya, hafalan tersebut akan sangat kuat tertanam dalam diri seorang di masa dewasa nanti, selain juga hafalan itu akan meningkatkan kecerdasan otak sebagai sebagai sumber ilmu yang digeluti di bidang lain. Selain itu, menghafal al Quran mencerdaskan potensi indra belajar, seperti pendengaran, penglihatan, penciuman dan rasa atau disebut dengan . 110 Dalam kecerdasan pendengaran Allah menanamkan sumber belajar yang tinggi sebelum indra indra lain, karena manusia itu biasa mendengar untuk mendapat pelajaran sebelum melihat dan meneliti. Allah Swt. berfirman: ªuρ Νä3y_t÷zr .ÏiΒ ÈβθäÜç öΝä3ÏF≈yγ¨Βé Ÿω šχθßϑn=÷ès? \↔ø‹x© Ÿ≅yèy_uρ ãΝä3s9 yìôϑ¡¡9 t≈|ÁöF{uρ 107 Q.S. Al Nisâ4:11. 108 Al Khâtib al Baghdâdi, 9 , 6 A Beirut: Mua ssasah al Risâlah, 1991, cet. ke 1, h. 42. mad bin h Dan A . 94 . h A , . th .t , Fikr Dâr al : Beirut ri Bukhâ l A 109 . h , I ke . cet , 2 juz , . h 1410 , 6Ilmiyyah Kutub al Dâr al : Beirut , , Baihaqi usein al H dia , ammad h ukim bin Mu H hadis tersebut terdapat seorang yang bernama : Bukhari berkata Al . 330 ukim bin H Menurut Ibn Hajar ia . ammad bin Qais bin Makhramah h ragu apakah itu Hukim bin Mu + , 6Asqalânî Lihat Ibn Hajar al . tingkatan keenam 2+ ammad bin Qais berkualitas h Mu Beirut: Dâr al Fikr, 1995, juz 1, cet. ke I, h. 136. 110 pada dasarnya bakat kecerdasan beragam ini dimiliki setiap orang, karena mereka memiliki kecerdasa yang berbeda beda. Dalam arti manusia bukan hanya memiliki satu kecerdasan saja, tetapi setidaknya ada beragam kecerdasan yang dimiliki. Dan setiap kecerdasan ini, sama pentingnya dalam mencapai potensi seseorang sepenuhnya. Lihat Colin Rose, dkk, 7 Bandung: Penerbita Jabal, 2007, cet. ke I, h. 20 21. nοy‰Ï↔øùF{uρ € öΝä3ª=yès9 šχρãä3ô±s? ∩∠∇∪ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Q.S. Al Nahl16:78. Para penghafal al Quran menggunakan potensi pertama kali untuk mendengar ayat ayat al Quran yang akan dihafal oleh guru atau dari kasset, CD dan media lain. Untuk menajamkan indra pendengaran, juga biasa dilakukan dengan membaca al Quran secara tartil dan bersuara, karena dengan mengeraskan suara berarti dia mendengar sendiri bacaan tersebut secara kontinyu dan berkelanjutan, sehingga pendengarannya akan optimal. Para ulama menyarankan orang yang ingin menghafal al Quran harus membacanya dengan nyaring supaya ayat ayat tersebut tercetak dalam memori dan terpusat di dalamnya. Abû Hilâl al Askari berkata: Seharusnya seorang murid mengeraskan suaranya ketika mempelajari pelarajan, karena apa yang didengar telinga itu bisa lebih menancap di dalam hati. Oleh karena itu seorang lebih hafal dari apa yang didengar daripada apa yang dibaca. Jika yang dipelajari itu berkaitan dengan memperluas kefasihan, maka dengan mengeraskan suara, kefasihan akan bertambah. 111 Orang yang menghafal al Quran terbiasa membaca dengan tartil atau perlahan lahan, cara ini ternyata mempunyai pengaruh yang besar dalam kegiatan penyimpanan informasi dan pemanggilan kembali. 6Ablah Jawwad al Harsyi menuturkan bahwa: Para ilmuwan menyatakan bahwa mendengarkan penggalan tulisan yang akan dihafal dengan cara bersajak bisa menjadi suplemen otak. Suplemen ini akan membantu meningkatkan kemampuan berfikir dan menambah kemampuan menerima informasi informasi lain. Para ilmuan menuturkan bahwa otak kananlah bekerja optimal dalam pendengaran ini, kata kata dalam bentuk sajak akan membentuk hubungan satu sama lain, sehingga menghafal dengan model ini akan mampu mengaktifkan sel sel otak dan mempergiat bagiannya. 112 Kecerdasan penglihatan juga dibangun dengan menghafal al Quran, karena pentingnya indra penglihatan ini untuk membantu akal untuk memahami segala macam fenomena alam, kejadian kejadian dan yang paling utama adalah mengenal Allah Swt. Al Quran memberikan banyak petunjuk memanfaatkan indra ini supaya bisa sampai kepada suatu petunjuk, antara lain diungkapkan dengan 2 , bahkan menyebutkan mata sebagai media penglihatan yaitu dalam surat al 111 Abû Hilâl al Askari, 9 , , Cairo: Dâr al Kutub al Ilmiyyah, 2003, h. 174. 112 6Ablah Jawwad al Harsyi, terjemah: M. Ali Saefuddin, Jakarta: Hikmah, 2006, cet. ke I, h. 168. Balad90:8: óΟs9r ≅yèøgwΥ …ã© È÷uΖøŠtã ∩∇∪ Bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata Artinya al Quran memberikan petunjuk untuk memanfaatkan indra ini agar manusia dapat mengoptimalkannya mencapai suatu hakikat yang dicari. Di sela sela pendalaman seorang terhadap al Quran, ia akan mencapai suatu petunjuk yang dapat meingkatkan kemapuan indra penglihatan ini. Dari sekedar padangan biasa menjadi pandangan hakikatmendalam sehingga dapat mempergiat sel sel otak dan menjadikan penglihatany bekerja secara aktif. Cara seperti ini dalam menghafal al Quran selalu dilakukan, antara lain seorang yang menghafal bisa membuka untuk pertama membaca, mereka juga menggunakan mushaf untuk mengecek hafalan secara teliti dengan, adanya ayat ayat mutasyabihâtsamar samar juga menekankan pentingnya penglihatan untuk selalu melihat mushaf secara teliti dan membandingkan dengan ayat ayat lain yang samar. Aktifitas seperti ini adalah alngkah awal bagi penghafal melakukan penelitian secara terus menerus dalam menghafal, sehingga kecerdasan otaknya sangat baik. Menghafal al Quran juga dapat meningkatkan kualitas umat Islam dari kebodohan, kemiskinan, dan tipu daya orang orang yang tidak suka Islam untuk menghancurkan umat agama ini dengan cara cara yang halus, keras atau lainnya. Hal ini difahami bahwa setelah kualitas pribadi penghafal berkembang dan maju, maka mereka akan diberikan Allah Swt. sebuah keyakinan yang mantap, kesadaran, kepedulian dan tolong menolong pada agama mereka. Al Quran menegaskan bahwa: ¨βÎ x‹≈yδ tβuöàø9 “ωöκu‰ ÉL‾=Ï9 š†Ïφ ãΠuθør çŽÅe³u;ãƒuρ tÏΖÏΒ÷σßϑø9 tÏ© tβθè=yϑ÷ètƒ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9 ¨βr öΝçλm; \ô_r ZŽÎ6x. ∩∪ Sesungguhnya al Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang orang mumin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar Q.S. al Isrâ17:9. Ayat ini mengisyaratkan bahwa al Quran memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus dan memberi kabar gembira kepada orang orang yang mengerjakan amal salih mereka akan mendapat pahala yang besar, salah satu amal tersebut adalah menghafal al Quran, sehingga kualitas pribadi secara kolektif dan masyarakat akan terbangun, kepedulian mereka terhadap ajaran ajaran agama akan semakin meningkat dan yang terpenting adalah nilai nilai akidah secara kolektif benar benar tertanam untuk mewujudkan masyakat yang dan 2 , atau juga masyarakat madani yang sesuai dengan petunjuk petunjuk al Quran dan sunnah sunnah Rasulullah Saw. Suatu masyarakat yang peduli pada al Quran, pada hakikatnya mereka melaksanakan sunnah Rasulullah Saw. dan . Sunnah sunnah yang dilahirkan dari proses ini antara lain memasyarakatkan tilawah al Quran, memanjangkan al Quran dalam salat, menghidupkan masjid, menjauhkan hal hal yang kurang bermafaat, + dengan al Quran, dan lain lain. Dalam salat Rasul menekankan bahwa Sesungguhnya seorang khatib yang panjang salatnya dan pendek khutbahnya adalah tanda pemahamannya terhadap agama. 113 Di sisi lain, Rasulullah selalu mencontohkan solat solat + dengan membaca bacaan yang panjang dan lama. Beliau biasa membaca surat al Baqarah, Ali Imran dan al Nisa dalam satu rakaat, padahal surat surat tersebut panjang panjang. Dengan demikian keutamaan ini sangat penting untuk membangun sebuah masyarakat yang di cita citakan al Quran dan mengikuti sunnah sunnah Rasulullah Saw. yang diabaikan generasi setelahnya.

E. Keutamaan Menghafal al Quran

Menghafal al Quran adalah sebaik baiknya ibadah kepada Allah, karena orang yang menghafal al Quran berarti dia membaca, dan merenungkan kalam Allah dengan lisan dan pikirannya. Orang yang menjaga kalam Allah maka dia akan mendapatkan balasan yang sangat besar sekali. Dalam al Quran, Allah menyertakan orang orang yang membaca kitab sucinya dengan orang yang mengerjakan salat dan menginfakkan sebagian hartanya mereka akan mendapatkan sebuah perniagaan yang tidak akan merugi. Sebagaimana dilukiskan dalam surat Fâtir35:32 yaitu: §ΝèO uΖøOu‘÷ρr |=≈tGÅ3ø9 tÏ© uΖøŠx sÜô¹ ôÏΒ tΡÏŠt7Ïã óΟßγ÷ΨÏϑsù ÒΟÏ9sß Ï Å¡ø uΖÏj9 Νåκ÷]ÏΒuρ Ó‰ÅÁtFø•Β öΝåκ÷]ÏΒuρ 7,Îy™ ÏN≡uŽöy‚ø9Î ÈβøŒÎÎ « 4 šÏ9≡sŒ uθèδ ã≅ôÒx ø9 玍Î7x6ø9 ∩⊂⊄∪ 113 Hadîts diriwayatkan al Hâkim, al Baihaqî, Ibn Khuzaimah dan al Tabrâni. Menurut al Hakim hadis ini sahih menurut syarat al Bukhâri dan Muslim. Lihat Abû 6Abdillah al Hâkim, , Beirut: Dâr al Kutub al Ilmiyyah, 1990, juz 3, cet. ke I, h. 444. Al Baihaqi, Syu6ab al Imân, Beirut: Dâr al Kutub al Ilmiyyah, 1410, juz 4, h. 255. Ibn Khuzaimah, Beirut: al Maktab al Islami, 1070, juz 3, h. 51 dan Abû al Qâsim al Tabrâni, al Mausil, al Maktab al 6Ulûm wa al H ikam, 1983, juz. 9, h. 298. “Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang orang yang kami pilih di antara hamba hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang amat besar”. karena besarnya keutamaan ini, Rasul menegaskan bahwa mereka adalah keluarga Allah yang ada di muka bumi ini, Rasulullah Saw. bersabda: ﻪﺘﺻﺎﺧﻭ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﹸﻞﻫﹶﺃ ﻢﻫ ِﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﹸﻞﻫﹶﺃ ﹶﻝﺎﹶﻗ ؟ﻢﻬﻨِﻣ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﹸﻞﻫﹶﺃ ﻦﻣ ﹶﻞﻴِﻘﹶﻓ ،ِﺱﺎﻨﻟﺍ ﻦِﻣ ﲔِﻠﻫﹶﺃ ِﻪﱠﻠِﻟ ﱠﻥِﺇ . Sesungguhnya Allah memiliki keluarga diantara makluknya, maka Rasulullah ditanya, Siapakah mereka?. Rasul menjawab: Ahli al Quran adalah keluarga Allah dan orang yang istimewa di sisi Nya. 114 Keutamaan menghafal al Quran hemat penulis dapat dikelompokkan menjadi tiga hal, pertama, keutamaan membaca al Quran. Kedua, keutamaan ahli al Quran. Dan ketiga, keutamaan menjaga hafalan al Quran. Keutamaan keutamaan ini adalah satu kesatuan yang saling melengkapi bagi bagi ahli al Quran untuk menjadi orang yang istimewa di sisi Allah Swt., karena mereka yang menghafal al Quran sangat terkait dengan tiga hal pokok itu. Pertama, keutamaan membaca al Quran. Menghafal al Quran berarti memba canya, baik dengan tidak melihat , samar samar, maupun melihat . Membaca al Quran yang baik yaitu dengan dan disertai , seorang yang membaca dengan hafalan dan mampu membacanya dengan dan maka itu adalah yang terbaik, namun jika tidak, maka yang utama dengan melihat sehingga dapat sambil mentadabburinya. 115 Berikut hadis hadis tentang keutamaan ini. Pertama, al Quran memberikan kepada para pembacanya. Rasulullah saw. bersabda: ﻦﻋ ِﺑﹶﺃ ﻰ ﻲِﻠِﻫﺎﺒﹾﻟﺍ ﹶﺔﻣﺎﻣﹸﺃ ﻪـﻧِﺈﹶﻓ ﹶﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺍﻭُﺀﺮﹾﻗﺍ ﹸﻝﻮﹸﻘﻳ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﹶﻝﻮﺳﺭ ﺖﻌِﻤﺳ ﹶﻝﺎﹶﻗ ِﻪِﺑﺎﺤﺻﹶﺄِﻟ ﺎﻌﻴِﻔﺷ ِﺔﻣﺎﻴِﻘﹾﻟﺍ ﻡﻮﻳ ﻲِﺗﹾﺄﻳ . , anbal H mad bin h A Lihat . Dârimi Ibn Mâjah dan al , Nasâi an , mad h riwayat A , dis Ha 114 : Beirut 8 S , Nasâi mân al h Ra Abû 6Abd al . 127 . h , 3 juz Libanon, 1991, juz. 5, cet. ke I, h. 17. Abû 6Abdillâh al Qazwinî, Beirut: Dâr al Fikr, t.th., juz 1, h. 78, dan al Dârimi, Cairo: Dâr al Rayyân, 1987, juz 2, cet. ke I, h. 433. 115 Al Suyûtî, + A h. 316. Dari Abû Umâmah al Bâhili berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Bacalah al Quran, karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan kepada para pembacanya. 116 Membaca al Quran merupakan sebaik baiknya ibadah yang dilakukan seorang kepada Allah Swt, Dia akan memberikan pahala yang berlipat kepada pembacanya, Rasulullah Saw. bersabda: ﻦِﻜﹶﻟﻭ ﻑﺮﺣ ﱂﺍ ﹸﻝﻮﹸﻗﹶﺃ ﺎﹶﻟ ﺎﻬِﻟﺎﹶﺜﻣﹶﺃ ِﺮﺸﻌِﺑ ﹸﺔﻨﺴﺤﹾﻟﺍﻭ ﹲﺔﻨﺴﺣ ِﻪِﺑ ﻪﹶﻠﹶﻓ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﺏﺎﺘِﻛ ﻦِﻣ ﺎﹰﻓﺮﺣ ﹶﺃﺮﹶﻗ ﻦﻣ ﻑﺮﺣ ﻢﻴِﻣﻭ ﻑﺮﺣ ﻡﺎﹶﻟﻭ ﻑﺮﺣ ﻒِﻟﹶﺃ Siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah, maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan satu huruf, tapi satu huruf, satu huruf, dan satu huruf. 117 Kedua: Orang yang membaca al Quran akan bersama dan dilindungi malaikat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadîts: ﻩﺪﻫﺎﻌﺘﻳ ﻮﻫﻭ ﹸﺃﺮﹾﻘﻳ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﹸﻞﹶﺜﻣﻭ ِﺓﺭﺮﺒﹾﻟﺍ ِﻡﺍﺮِﻜﹾﻟﺍ ِﺓﺮﹶﻔﺴﻟﺍ ﻊﻣ ﻪﹶﻟ ﹲﻆِﻓﺎﺣ ﻮﻫﻭ ﹶﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﹸﺃﺮﹾﻘﻳ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﹸﻞﹶﺜﻣ ِﻥﺍﺮﺟﹶﺃ ﻪﹶﻠﹶﻓ ﺪﻳِﺪﺷ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﻮﻫﻭ. Perumpamaan orang yang membaca al Quran dan dia menghafalnya, ia akan bersama malaikat yang menjadi utusan yang mulia lagi suci. Sedangkan orang yang membaca al Quran tetapi ia terbata bata kesulitan ia akan mendapat dua pahala. 118 ﺎﻣ ﻦِﻣ ٍﻞﺟﺭ ﻯِﻭﹾﺄﻳ ﻰﹶﻟِﺇ ِﻪِﺷﺍﺮِﻓ ﹸﺃﺮﹾﻘﻴﹶﻓ ﹰﺓﺭﻮﺳ ﻦِﻣ ِﺏﺎﺘِﻛ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﺰﻋ ﱠﻞﺟﻭ ﱠﻻِﺇ ﹶﺚﻌﺑ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺰﻋ ﱠﻞﺟﻭ ِﻪﻴﹶﻟِﺇ ﹰﺎﻜﹶﻠﻣ ﻪﹸﻈﹶﻔﺤﻳ ﻦِﻣ ﱢﻞﹸﻛ ٍﺀﻰﺷ ِﻪﻳِﺫﺆﻳ ﻰﺘﺣ ﺐﻬﻳ ﻰﺘﻣ ﺐﻫ . Tidaklah seorang yang berniat tidur di kasurnya kemudain membaca surat dari al Quran, Allah akan mengutus malaikat yang menjaganya dari setiap sesuatu, ia akan pergi sampai ia pergi. H.R. Ahmad dan al Tirmidzi. 119 116 Hadis , riwayat Muslim. Lihat Muslim, juz 4, h. 241. . hadis ini : berkata Tirmidzî al , î Dârim dan al î Tirmidz is diriwayatkan al Had 117 Lihat al Tirmidzî, juz 4 h. 247 dan al Dârimi, juz 2, h. 429. 118 + . Lihat al Bukhâri, juz 4, h. 267, dan Muslim, juz 4, h. 219. 119 Hadis , , diriwayatkan oleh Ahmad, al Tirmidzî, al Nasâ6î dan al Baihaqî. Al Tirmidzî berkata: “Kami tidak mengetahui hadis ini kecuali dari jalur ini, nama asli al Jarîrî adalah Sa6îd bin Iyyâsy Abû Mas6ûd al Jarîrî, sedangkan Abû al ‘Alâ: Yazîd bin 6Abdullâh bin al Syakhîr”. Hadîts ini , karena terdapat perawi yang antara Syidâd bin Aus perawi hadis dengan Abû Mas6ûd al Jarîrî. Abû Mas6ûd al Jarîrî menurut ulama ++ , namun tiga tahun menjelang wafatnya hafalan berubah, namun hal itu tidak . Menurut Ibn Saad, ia adalah: ++ , namun hafalannya berubah diakhir umur. Lihat Ibn Hajar al 6Asqalânî, Beirut: Dâr al Fikr, 1984, juz 4, cet. ke I, h. 6, juz 4 h. 125, al Tirmidzî, Ketiga, Bacaan al Quran mendatangkan rahmat dan ketenteraman. Rasulullah Saw. bersabda: ﱠﻠﻟﺍ ﺏﺎﺘِﻛ ﹶﻥﻮﹸﻠﺘﻳ ﻰﹶﻟﺎﻌﺗ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﺕﻮﻴﺑ ﻦِﻣ ٍﺖﻴﺑ ﻲِﻓ ﻡﻮﹶﻗ ﻊﻤﺘﺟﺍ ﺎﻣ ﺖـﹶﻟﺰﻧ ﺎـﱠﻟِﺇ ﻢﻬﻨﻴﺑ ﻪﻧﻮﺳﺭﺍﺪﺘﻳﻭ ِﻪ ﻩﺪﻨِﻋ ﻦﻤﻴِﻓ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻢﻫﺮﹶﻛﹶﺫﻭ ﹸﺔﹶﻜِﺋﺎﹶﻠﻤﹾﻟﺍ ﻢﻬﺘﱠﻔﺣﻭ ﹸﺔﻤﺣﺮﻟﺍ ﻢﻬﺘﻴِﺸﹶﻏﻭ ﹸﺔﻨﻴِﻜﺴﻟﺍ ﻢِﻬﻴﹶﻠﻋ . Tidak ada orang orang yang berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari al Quran, kecuali mereka akan memperoleh ketentraman, diliputi rahmat, dikitari para malaikat dan nama mereka disebut sebut oleh Allah dikalangan malaikat. 120 Keempat, sibuk membaca al Quran mendatangkan anugerah Allah Swt. Rasulullah Saw. bersabda: ﻰﹶﻠﻋ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﻡﺎﹶﻠﹶﻛ ﹸﻞﻀﹶﻓﻭ ﲔِﻠِﺋﺎﺴﻟﺍ ﻲِﻄﻋﹸﺃ ﺎﻣ ﹶﻞﻀﹾﻓﹶﺃ ﻪﺘﻴﹶﻄﻋﹶﺃ ﻲِﺘﹶﻟﹶﺄﺴﻣ ﻦﻋ ﻱِﺮﹾﻛِﺫﻭ ﹸﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻪﹶﻠﻐﺷ ﻦﻣ ِﻪِﻘﹾﻠﺧ ﻰﹶﻠﻋ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﻞﻀﹶﻔﹶﻛ ِﻡﺎﹶﻠﹶﻜﹾﻟﺍ ِﺮِﺋﺎﺳ Siapa yang selalu sibuk membaca al Quran dan dzikir kepada Ku, sehingga ia tidak sempat memohon apa apa kepada Ku, maka ia akan aku beri anugerah yang paling baik, yang diberikan kepada orang yang memohon kepadaku, dan keutamaan kalam Allah atas kalam lain seperti keutamaan Allah kepada makhluknya. 121 Kelima, hadiah bagi orangtua yang anaknya membaca dan mengamalkan al Quran. Rasulullah Saw. bersabda: ِﺲﻤﺸـﻟﺍ ِﺀﻮﺿ ﻦِﻣ ﻦﺴﺣﹶﺃ ﻩﺅﻮﺿ ِﺔﻣﺎﻴِﻘﹾﻟﺍ ﻡﻮﻳ ﺎﺟﺎﺗ ﻩﺍﺪِﻟﺍﻭ ﺲِﺒﹾﻟﹸﺃ ِﻪﻴِﻓ ﺎﻤِﺑ ﹶﻞِﻤﻋﻭ ﹶﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﹶﺃﺮﹶﻗ ﻦﻣ ﺍﹶﺬﻬِﺑ ﹶﻞِﻤﻋ ﻯِﺬﱠﻟﺎِﺑ ﻢﹸﻜﻨﹶﻇ ﺎﻤﹶﻓ ﻢﹸﻜﻴِﻓ ﺖﻧﺎﹶﻛ ﻮﹶﻟ ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ ِﺕﻮﻴﺑ ﻰِﻓ . juz 5 h. 476, al Nasâi, 8 juz 6, h. 203, dan al Baihaqi, , , juz 2, h. 352. 120 Hadîts , diriwayatkan oleh Muslim, Abû Dâud, al Tirmidzî, Ibn Mâjah dan Ahmad. Lihat Muslim, juz 4, h. 212, Abû Dâud, 2 juz 1, h. 544, al Tirmidzî, juz 5, h. 195, Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, juz 1, h. 82 dan Ahmad, ; h. 252. 121 Hadîts , , diriwayatkan al Tirmidzî, al Dârimi dan al Baihaqî. Al Tirmidzî berkata: hadîts ini 3 Lihat al Tirmidzî, juz 5, h. 256, al Dârimî, juz 2, h. 532 dan al Baihaqî, , juz 1, h. 513. Hadîts ini , karena terdapat Muhammad bin al Hasan al Hamdâni, ulama sepakat tentang keda6îfan beliau. Menurut al Dzahabî beliau lemah sekali, menurut Ibn Hibbân: beliau beliau banyak meriwayatkan dari guru guru yang ++ 3 Ibn Hibban mengkategorikan perawi yang 2 cacat dalam kitabnya. Lihat al Dzahabi, , 8 Beirut: Muassasah al Risâlah, 1993, juz 9, cet. ke VII, h. 304, Muhammad Ibn Hibbân, 2 , 2 Cairo: Dâr al Kutub al Misriyyah, t.th., juz 2, h. 276.