Manfaat Menghafal al Quran
Memelihara al Quran merupakan
atas umat ini sebagai wujud pemeliharaan yang Allah tetapkan teradap al Quran.
dalam term hadîts adalah sebuah berita yang diriwayatkan oleh perawi yang banyak disetiap tingkatan dan tidak mungkin mereka berbohong.
94
Urgensi memelihara dalam al Quran dimaksudkan sebagai memelihara jumlah para
penghafal al Quran di setiap masa dimana jangan sampai di setiap masa sejarah umat manusia yang tidak menghafal al Quran, mereka menukilkan dari tangan ketangan
dan dari hafalan ke hafalan dalam jumlah yang banyak, sehingga setiap huruf al Quran, kalimat, dan bahkan dalam harakat dan sukun sukunnya terpelihara utuh
dalam jumlah yang banyak ini.
95
Dengan jumlah penghafal ini, Allah
ingin mengamankan al Quran dari usaha usaha adanya .
96
al Quran merupakan perubahan teks teks dan kata kata yang tidak sesuai dengan aslinya. Al
Quran sangat jauh sekali dari adanya , karena adanya para penghafal al Quran
di setiap masa dalam jumlah yang banyak. Selain
, al Quran terpelihara dari kesalahan, kekeliruan, pengurangan dan penambahan huruf huruf terutama dalam proses kodifikasinya. Sebagai data
sejarah yang otentik, al Quran dipelihara Allah dengan adanya para penghafal yang jumlahnya
. Bacaan yang keliru, salah dan kurang tepat sedikitpun akan
94
Hadis dalam term hadîts yaitu berita yang diriwayatkan dalam setiap tingkatan
sanad perawi yang banyak –dalam pandangan akal tidak mungkin jumlah yang banyak ini berbohong dan berbeda beda atas hadis yang diriwayatkan itu. Dari definisi ini ada beberapa syarat hadis
mutawatir, pertama maslah jumlah perawi dalam tiap tingkatan, para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan sepuluh orang, dua puluh, sampai seratus orang, namun pendapat yang umum adalah
sepuluh orang. Kedua, jumlah yang banyak ini harus ada ditiap tingkatan tingkatan sanad. Ketiga, mereka yang meriwaytakan hadis ini tidak mungkin berdusta dan berbohong, karena matan hadisnya
pasti sama. Keempat, sandaran berita tersebut harus dari hal yang dapat dijangkau indra
3 Lihat Mahmûd al Tahhân,
Surabaya: al Haramain, t.th., h. 19 20. juga Jalaluddîn al Suyûti,
6 +
8 Beirut: Dâr al Kutub al Ilmiyyah, 1996, juz 2, cet. ke I, h. 177.
95
Muhammad Hadi Marifat, terjemah: Toha Musawa, Jakarta: al Huda,
2007, cet. ke I, h. 236.
96
sering dilakukan umat Yahudi dan Nasrani atas sumber ajaran mereka. Al Quran menegaskan bahwa:
2 2
, ,
yaitu sebagian orang Yahudi mengubah perkataan dari tempat tempatnya. Sedangkan umat Nasrani lebih parah lagi,
mereka berlebih lebihan dalam persoalan agama, yaitu menganggap al Masîh 6Isa putra Maryam sebagai Tuhan.
ini sering dilakukan umat dahulu karena beberapa sebab, pertama, para ulama dan pendeta Yahudi dan Narani tidak menjaga amanah ini dengan sebaik baiknya al Maidah5: 44,
akibatnya mereka mengubah seenaknya ketentuan ketentuan agama, seperti mengubah hukum zina, sifat sifat
nabi, pembalasan amal perbuatan manusia dan ketentuan ketentuan agama lain. Kedua, merekamereka mengubah firman firman Allah karena tidak sesuai dengan keinginan mereka. Al Quran siratkan
dengan setiap rasul yang datang pada mereka yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, sebagian kelompok mendustakan dan sebagian lainnya membunuh. Q.S. al Maidah5:70. Lihat Fakhruddîn al
Râzî,
Beirut: Dâr al Nasyr, t.th., juz 1, h. 1120.
terlihat dan terdengar oleh para penghafal al Quran. Sehingga dengan penjagaan ini, Allah telah mewujudkan keutamaan kitab sucinya dengan
. Mereka yang datang kemudian sangatlah sulit untuk mencari sisi kelemahan al Quran dan jika
dibandingkan dengan kitâb kitâb terdahulu hal tersebut berbeda sekali, karena
kitâb kitâb tersebut tidak dihafal seperti al Quran, para ulama dan pendeta yang diberikan kepercayaan memeliharanya tidak menjaganya dengan baik, bahkan sampai
kini kitab tersebut tidak diketahui keberadaannya. Para sahâbat yang dipilih Allah untuk menghafal al Quran menerima hal ini
dengan penuh keikhlasan dan keyakinan bahwa memang al Quran adalah sumber agama Islam. Mereka mendapat keagungan dan keistimewaan di sisi Allah Swt. untuk
memelihara keotentisan dan kemurnian al Quran sejak diturunkan, sehingga tidak ada lagi bantahan bagi mereka yang tidak percaya terhadap al Quran untuk berkata: al
Quran berisi berita bohong, banyak salah, keliru, dan palsu atau ungkapan ungkapan lainnya. Sebagaimana yang terjadi pada kitab kitab terdahulu dimana para ulama dan
pendeta mereka berlomba lomba memalingkan kitab suci dari sumber sumber yang asli. Al Quran mengyebutkan hal tersebut dengan ungkapan
\ِِ_اَbَc ْeَf َgِhَiْjا َنْbُlmUَnُo
mereka memalingkan firman firman Allah Swt. dari tempat tempatnya.
97
Selain itu al Quran sebagai bukti kemurnian al Quran,
khususnya dalam aspek bacaan. Beberapa pakar sejarah teks teks al Quran selalu berbeda dalam menemukan teks teks
sahabat, dalam melakukan penelitian tersebut yang mereka andalkan hanya teks teks sejarah pada masa mereka. Demikian
juga orientalis menggungat otentisitas al Quran, seperti: Wansbrough, Noldake, Schwally, John Burton dan Bell.
98
Bagi mereka al Quran itu hanya fiksi fiksi yang
97
Ungkapan ini sering ditunjukan al Quran antara lain dalam surat al Nisâ4:46, al Mâidah5:13 dan 41. Al Quran menunjukan ungkapan ini untuk memberikan prediket pada orang
orang Yahudi dan Nasrani yang melakukan perubahan perubahan pada kitab suci mereka. Seperti hukum rajam, pada awalnya umat yahudi yang melakukan perzinahan dihukum rajam, sebagaimana
disebutkan dalam kitab Ulangan xxii. 22 24: yaitu: Perempuan bersuami atau laki laki beristri kedapatan tidur bersama, haruslah keduanya dibunuh mati. Dan jika yang melakukan itu adalah
seorang gadis yang masih perawan, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa keluar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati. Umat Yahudi kemudian mengubah
hukum tersebut dengan hukum cukur kepaladihitamkan dan dipukul seratus kali, bagi yang kaya dengan cara membayar diat. Hal hal lain yang mereka ubah, seperti: perhitungan dan amal balasan di
akhirat, sifat sifat kedatangan nabi Muhammad Saw. Lihat Depag,
6 Jakarta: Depag, 2008, juz. 5, h. 363.
98
Isma6il K Poonowala, dkk, Bekasi: PT. Gugus Press, 2002, cet. ke I, h. 132
tidak memiliki pijakan, bahkan al Quran itu hanya karya Muhammad saja.
99
Namun mereka lupa dan mengabaikan hafalan hafalan yang terdapat di hati sahâbat Nabi,
padahal Zaid bin Tsâbit ketika mengumpulkan al Quran pada masa Abu Bakar, mengandalkan hafalan para sahâbat, mereka yang mengaku telah menerima suatu ayat
dari nabi, harus menghadirkan paling minimal dua orang saksi dihadapannya untuk ditulis. Zaid bahkan membantuk tim kerja yang terdiri dari dua puluh lima orang dan
dia sendiri yang menjadi ketua timnya. Setiap hari tim ini bekerja dan berkumpul di masjid. Orang orang yang memiliki ayat atau surat al Quran merujuk kepada tim
kerja yang diketuai oleh Zaid. Dalam hal ini Muhammad Hadi Marifat berkata: Tim kerja ini tidak menerima sesuatupun sebagai al Quran, dari siapapun,
kecuali orang itu membawa dua orang saksi dan bukti yang manyatakan bahwa itu adalah wahyu al Quran. Bukti pertama adalah naskah tertulis, bukti kedua adalah
hafalan, yaitu dengan kesaksian orang oragn bahwa pembawa al Quran itu telah mendengar dari lisan Rasulullah Saw..
100
Upaya tim kerja ini mengalami kesulitan ketika Khuzaimah bin Tsâbit al Ansâri membawa dua ayat akhir surat al Taubah tanpa menghadirkan saksi, karena
Rasulullah Saw. telah menjadikan kesaksiannya sama seperti kesaksian dua orang, karena itu Zaid menerima dua ayat terakhir al Taubah dari Khuzaimah. Ayat itu
berbunyi:
ô‰ss9 öΝà2uy` Ñθß™u‘ ôÏiΒ öΝà6Å¡à Ρr ͕tã Ï ø‹n=tã tΒ óΟšGÏΨtã ëȃÌym Νà6ø‹n=tæ šÏΖÏΒ÷σßϑø9Î Ô∃ρâu‘ ÒΟŠÏm§‘ ∩⊇⊄∇∪ βÎsù öθ©9uθs? ö≅àsù š_Éó¡ym ª Iω t ≈s9Î āωÎ uθèδ Ï ø‹n=tã
àMù=ā2uθs? uθèδuρ u‘ ĸöyèø9 ÉΟŠÏàyèø9 ∩⊇⊄∪
99
Orientalis yang menggugat otentisitas al Quran antara lain Wansbrough, Noldake, Schwally, John Burton dan Bell. Bagi Wansbrough, periwayatan al Quran dari generasi pertama
sampai kedua dan seterusnya hingga abad ke 2 Hijriah adalah cara yang sangat bebas. Kaum muslimin awal selalu berupaya menyempurnakan dan ketika terjadi pembakuan al Quran, keseluruhan tradisi
dari berbagai stase tersebut dapat dipertahankan eksistensi dalam redaksi final al Quran. Dia juga mengatakan bahwa bahasa al Quran adalah bahasa kaum muslimin awal, akibatnya duplikasi dan
repetisi ayat ayat al Quran dipandang sebagai hasil karya kaum muslimin dari setiap perkembangan mereka dimana generasi yang belakang dikumpulkan serta disejajarkan begitu saja dalam naskah final
al Quran. Dengan mendasarkan teori Joseph Schacht, bahwa hukum Islam awal tidaklah dideduksi dari al Quran, Wansbrough mengemukakan bahwa redaksi final al Quran baru disusun pada permulaan
abad ke III Hijriah, karena penyimpulan hukum al Quran merupakan fenomena abad itu. Bagi John Burton teks al Quran yang ada dewasa ini merupakan karya Muhammad sendiri, beliaulah yang
mengedit, mencek dan memprormulgasikan al Quran. Sementara kisah pengumpulan al Quran pada masa Abu Bakar dan Utsman dipandangnya sebagai fiksi fiksi yang tidak memiliki pijakan. Lihat
Isma6il K Poonowala, dkk,
, h. 132 136.
100
Hadi Marifat, h. 136.
Namun ungkapan 6Umar bin al Khattab tidak dapat disebut al Quran, tentang seorang laki laki tua yang berzina dengan seorang wanita tua maka rajamlah, yaitu:
ﺔﺘﺒﻟﺍ ﺎﻤﻫﺍﻮﻤﺟﺭﺎﹶﻓ ﺎﻴﻧﺯ ﺍﹶﺫِﺇ ﹸﺔﺨﻴﺸﻟﺍﻭ ﺦﻴﺸﻟﺍ ﻧﹶﻜ
ﹰﻻﺎ ِﻣ
ﻦ ِﷲﺍ
ﻭ ُﷲﺍ
ﻋ ِﺰﻳ
ﺰ ﺣ
ِﻜﻴ ﻢ
Ini karena ketika tim kerja meminta dihadirkan dua orang saksi, 6Umar tidak bisa memenuhi, ketika 6Umar menyampaikan kepada setiap orang yang dikehendakinya,
mereka menolak bahwa mereka telah mendengar kedua ungkapan tersebut dari Nabi Saw. Sehingga hal itu tidak bisa diterima tim pengumpulan al Quran.
101
Demikianlah ketelitian upaya yang dilakukan para sahabat terhadap al Quran.
Bukti lain dari ini adalah timbulnya ilmu +
. Ilmu + adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji perbedaan perbedaan bacaan al Quran dari
jalur imam imam dan bersumber dari Nabi Saw.
102
Perbedaan bacaan tersebut disebabkan beberapa faktor, yaitu: pertama,
pertama yang berbeda, baik sebelum disatukan mushaf mushaf pada zaman 6Utsmân maupun
setelahnya. Kedua, tidak layaknya khat dan tulisan tulisan al Quran yang ketika itu tidak memiliki tanda tanda baca yang jelas bahkan huruf hurufnya tidak bertitik.
Ketiga, khat di kalangan arab masih sangat asing ketika itu.
103
Lahirnya ilmu + merupakan fakta bahwa bacaan bacaan al Quran itu sangat
karena para imam imam yang menjadi rujukan bacaan tersebut memiliki jalur periwayatan bacaan
mereka yang kuat sampai kepada Nabi, sehingga qiraat tersebut disebut + . mereka itu seperti: Imam Hafs bin Amar bin Abd al Azîz 250 H., Ibn Katsir
120 H., Abu Amar al Basri 154 H., Ibn 6Âmir al Syami, Warasy 197 H., Nâfi al Madinî 169 H., Qunbul 280 H., Qâlûn 220 H., al Bizzî 240 H., Mâlik bin
Amar bin Tamîm 154 H., Abû Syu aib 202 H..
104
Bacaan bacaan dari imam imam ini telah ditetapkan sebagai bagian dari bacaan bacaan yang
, karena telah terpenuhi beberapa syarat + yang
, yaitu: pertama, sanadnya , yaitu
suatu bacaan al Quran harus diterima dari guru guru yang jelas, tertib, tidak ada cacat dan bersambung sampai kepada Rasulullah Saw. Kedua, sesuai dengan khattulisan
6utsmâni. Ketiga, sesuai dengan tata bahasa arab.
105
Tiga syarat ini kemudian menjadi barometer para ulama dalam menentukan + al Quran, sehingga
101
Al Suyûtî, + juz 2, h. 70.
102
Sa6îd bin 6Amar al Dânî, Beirut: Dâr al Kutub al 6Arabi,
1984, cet. ke II, h. 2.
103
M. Hadi Marifat, h. 213.
104
Sa6îd bin 6Amar, h. 3.
105
Al Zarqâni, , juz 1, h. 418.
dirumuskan + dan atau ,
. + lain banyak yang muncul, namun syarat syarat tersebut menjadikan + tersebut tidak diterima.
2. Menghafal al Quran dapat meningkatkan kualitas pribadi dan masyarakat Islam. Al Quran adalah kitab hidayah, sumber ilmu dan petunjuk manusia menuju
keselamatan hidup dunia dan akhirat. Petunjuk petunjuk kehidupan dan kebahagiaan hidup adalah sumber diturunkannya al Quran, sumber ini jika dimaksimalkan dalam
diri seorang maka ia akan manjadi sebuah kekuatan untuk meraih cita cita yang dituju, cita cita itu adalah menuju kualitas pribadi yang optimal menuju kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat. Dalam al Quran, Allah Swt. menyebutkan kemuliaan, keagungan, dan keadaan manusia di alam ini. Allah Swt. menegaskan bahwa:
ô‰ss9 uΖø9t“Ρr
öΝä3ö‹s9Î Y6≈tGÅ2
Ï ŠÏù öΝä.ãø.ÏŒ
Ÿξsùr šχθè=É÷ès?
∩⊇⊃∪
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah Kitab yang di dalamnya terdapat sebab sebab kemuliaan bagimu, maka apakah kamu tidak
memahaminya? Q.S. al Anbiyâ21:10.
ayat ini menunjukan bahwa al Quran menyebutkan kemuliaan manusia,
106
artinya dalam al Quran banyak sekali penyebutan manusia sebagai makhluk hidup,
penciptaan manusia, peraturan hidup, dan undang undang baik kepada Allah dan atau kepada alam. Karena itu, penutup terakhir ayat tersebut menyiratkan
+ 2 sebagai isyarat minimnya penggunaan akal sebagai
potensi memahami kualitas alam ini. Dengan demikian al Quran terkandung nilai nilai yang mencerdaskan kualitas umat Islam dari berbagai aspek keilmuan, sehingga
mereka yang menggali hal tersebut secara , manusia akan menemukan puncak
keilmuan yang tidak akan pernah bertepi. Menghafal al Quran adalah langkah awal untuk mencapai hal hal tersebut,
karena orang yang menghafal akan sangat mudah mencerna makna, arti, kandungan serta seluruh petunjuk petunjuk dalam kehidupan, sehingga mereka dapat memahami
106
Menurut Fakhruddin al Râzi, ayat ini menunjukan keutamaan al Quran pada manusia di dunia dan akhirat. Keutamaan tersebut ditunjukan dengan menyebutkan kemuliaan manusia dan
wasiat wasiat al Quran pada manusia untuk mewarisi hidup ini secara optimal. Kemuliaan ini dimaksudkan beberapa hal, pertama, menyebutkan kemuliaan dan wasiat hidup bagi manusia
sebagaimana dalam surat al Zukruf43:44. kedua, peringatan kepada manusia apa yang harus diperbuat dan ayang harus dijauhi sebagaimana surat al Dzariyât51:55. Ketiga, menyebutkan ajaran ajaran agam
Islam apa yang harus dilakukan seorang dan yang harus ditinggalkan, sehingga mereka mendapat kemenangan di akhirat dengan syurga yang mengalir sungai sungai. Lihat al Râzî,
h. 3120.
bagaimana harus mengatur kehidupan dan bergaul bersama orang lain. Para ulama selalu mengajarkan keutamaan ini kepada anak anaknya, bahkan menghafal al Quran
adalah materi pertama yang dipelajari sebelum ilmu ilmu lain, seperti penuturan Walîd bin Muslim 195 h. berkata: Kami belajar dalam satu majelis dengan guru
kami al Auzâ‘î 157 h., ia berkata: Wahai anakku apakah engkau telah menghafal al Quran, kalau berkata sudah, beliau menyuruh membaca ayat
ُm ْV
ِz ْ
ُ{ ُ=
ُEا ِc
a َا
ْو َQ
ِد ُآ
ْ=
...
107
jika menjawab: belum, ia berkata: pergi dan hafalkan al Quran sebelum mempelajari ilmu ilmu lain.
108
Pentingnya menghafal di waktu kecil dapat meningkatkan kualitas otak anak, karena otak merupakan sumber berfikir, belajar dan
kecerdasan kognitif untuk memahami ilmu ilmu lain yang menjadi konsentrasinya di masa depan. Rasulullah menekankan keutamaan ini, beliau menegaskan bahwa:
Siapa yang mempelajari al Quran di usia kecil, Allah akan mencampurkan dengan daging dan darahnya.
109
Artinya seorang yang hafal diwaktu kecil, al Quran akan membimbingnya, menyatu dengan darah dan dagingnya, hafalan tersebut akan sangat
kuat tertanam dalam diri seorang di masa dewasa nanti, selain juga hafalan itu akan meningkatkan kecerdasan otak sebagai sebagai sumber ilmu yang digeluti di bidang
lain. Selain itu, menghafal al Quran mencerdaskan potensi indra belajar, seperti
pendengaran, penglihatan, penciuman dan rasa atau disebut dengan .
110
Dalam kecerdasan pendengaran Allah menanamkan
sumber belajar yang tinggi sebelum indra indra lain, karena manusia itu biasa mendengar untuk mendapat pelajaran sebelum melihat dan meneliti. Allah Swt.
berfirman:
ªuρ Νä3y_t÷zr
.ÏiΒ ÈβθäÜç
öΝä3ÏF≈yγ¨Βé Ÿω
šχθßϑn=÷ès? \↔ø‹x©
Ÿ≅yèy_uρ ãΝä3s9
yìôϑ¡¡9 t≈|ÁöF{uρ
107
Q.S. Al Nisâ4:11.
108
Al Khâtib al Baghdâdi, 9 , 6
A Beirut: Mua ssasah al Risâlah, 1991, cet. ke 1, h. 42.
mad bin h
Dan A .
94 .
h A
, .
th .t
, Fikr
Dâr al :
Beirut ri
Bukhâ l
A
109
. h
, I
ke .
cet ,
2 juz
, .
h 1410
, 6Ilmiyyah
Kutub al Dâr al
: Beirut
, ,
Baihaqi usein al
H dia
, ammad
h ukim bin Mu
H hadis tersebut terdapat seorang yang bernama
: Bukhari berkata
Al .
330 ukim bin
H Menurut Ibn Hajar ia
. ammad bin Qais bin Makhramah
h ragu apakah itu Hukim bin Mu
+ ,
6Asqalânî Lihat Ibn Hajar al
. tingkatan keenam
2+ ammad bin Qais berkualitas
h Mu
Beirut: Dâr al Fikr, 1995, juz 1, cet. ke I, h. 136.
110
pada dasarnya bakat kecerdasan beragam ini dimiliki setiap orang, karena mereka memiliki kecerdasa yang berbeda beda. Dalam arti manusia bukan hanya memiliki satu
kecerdasan saja, tetapi setidaknya ada beragam kecerdasan yang dimiliki. Dan setiap kecerdasan ini, sama pentingnya dalam mencapai potensi seseorang sepenuhnya. Lihat Colin Rose, dkk,
7 Bandung: Penerbita Jabal, 2007, cet. ke I, h. 20 21.
nοy‰Ï↔øùF{uρ
öΝä3ª=yès9 šχρãä3ô±s?
∩∠∇∪
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur. Q.S. Al Nahl16:78.
Para penghafal al Quran menggunakan potensi pertama kali untuk mendengar ayat ayat al Quran yang akan dihafal oleh guru atau dari kasset, CD dan media lain. Untuk
menajamkan indra pendengaran, juga biasa dilakukan dengan membaca al Quran secara tartil dan bersuara, karena dengan mengeraskan suara berarti dia mendengar
sendiri bacaan tersebut secara kontinyu dan berkelanjutan, sehingga pendengarannya akan optimal. Para ulama menyarankan orang yang ingin menghafal al Quran harus
membacanya dengan nyaring supaya ayat ayat tersebut tercetak dalam memori dan terpusat di dalamnya. Abû Hilâl al Askari berkata:
Seharusnya seorang murid mengeraskan suaranya ketika mempelajari pelarajan, karena apa yang didengar telinga itu bisa lebih menancap di dalam hati.
Oleh karena itu seorang lebih hafal dari apa yang didengar daripada apa yang dibaca. Jika yang dipelajari itu berkaitan dengan memperluas kefasihan, maka dengan
mengeraskan suara, kefasihan akan bertambah.
111
Orang yang menghafal al Quran terbiasa membaca dengan tartil atau perlahan lahan, cara ini ternyata mempunyai pengaruh yang besar dalam kegiatan penyimpanan
informasi dan pemanggilan kembali. 6Ablah Jawwad al Harsyi menuturkan bahwa: Para ilmuwan menyatakan bahwa mendengarkan penggalan tulisan yang
akan dihafal dengan cara bersajak bisa menjadi suplemen otak. Suplemen ini akan membantu meningkatkan kemampuan berfikir dan menambah kemampuan menerima
informasi informasi lain. Para ilmuan menuturkan bahwa otak kananlah bekerja optimal dalam pendengaran ini, kata kata dalam bentuk sajak akan membentuk
hubungan satu sama lain, sehingga menghafal dengan model ini akan mampu mengaktifkan sel sel otak dan mempergiat bagiannya.
112
Kecerdasan penglihatan juga dibangun dengan menghafal al Quran, karena pentingnya indra penglihatan ini untuk membantu akal untuk memahami segala
macam fenomena alam, kejadian kejadian dan yang paling utama adalah mengenal Allah Swt. Al Quran memberikan banyak petunjuk memanfaatkan indra ini supaya
bisa sampai kepada suatu petunjuk, antara lain diungkapkan dengan 2 ,
bahkan menyebutkan mata sebagai media penglihatan yaitu dalam surat al
111
Abû Hilâl al Askari, 9 , ,
Cairo: Dâr al Kutub al Ilmiyyah, 2003, h. 174.
112
6Ablah Jawwad al Harsyi, terjemah: M. Ali Saefuddin,
Jakarta: Hikmah, 2006, cet. ke I, h. 168.
Balad90:8:
óΟs9r ≅yèøgwΥ
…ã© È÷uΖøŠtã
∩∇∪
Bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata Artinya al Quran memberikan petunjuk untuk memanfaatkan indra ini agar manusia
dapat mengoptimalkannya mencapai suatu hakikat yang dicari. Di sela sela pendalaman seorang terhadap al Quran, ia akan mencapai suatu petunjuk yang dapat
meingkatkan kemapuan indra penglihatan ini. Dari sekedar padangan biasa menjadi pandangan hakikatmendalam sehingga dapat mempergiat sel sel otak dan menjadikan
penglihatany bekerja secara aktif. Cara seperti ini dalam menghafal al Quran selalu dilakukan, antara lain seorang yang menghafal bisa membuka
untuk pertama membaca, mereka juga menggunakan mushaf untuk mengecek hafalan secara teliti
dengan, adanya ayat ayat mutasyabihâtsamar samar juga menekankan pentingnya penglihatan untuk selalu melihat mushaf secara teliti dan membandingkan dengan
ayat ayat lain yang samar. Aktifitas seperti ini adalah alngkah awal bagi penghafal melakukan penelitian secara terus menerus dalam menghafal, sehingga kecerdasan
otaknya sangat baik. Menghafal al Quran juga dapat meningkatkan kualitas umat Islam dari
kebodohan, kemiskinan, dan tipu daya orang orang yang tidak suka Islam untuk menghancurkan umat agama ini dengan cara cara yang halus, keras atau lainnya. Hal
ini difahami bahwa setelah kualitas pribadi penghafal berkembang dan maju, maka mereka akan diberikan Allah Swt. sebuah keyakinan yang mantap, kesadaran,
kepedulian dan tolong menolong pada agama mereka. Al Quran menegaskan bahwa:
¨βÎ x‹≈yδ tβuöàø9 “ωöκu‰ ÉL‾=Ï9 š†Ïφ ãΠuθør çÅe³u;ãƒuρ tÏΖÏΒ÷σßϑø9 tÏ© tβθè=yϑ÷ètƒ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9 ¨βr öΝçλm; \ô_r ZÎ6x. ∩∪
Sesungguhnya al Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang orang mumin yang mengerjakan
amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar Q.S. al Isrâ17:9. Ayat ini mengisyaratkan bahwa al Quran memberikan petunjuk kepada jalan yang
lurus dan memberi kabar gembira kepada orang orang yang mengerjakan amal salih mereka akan mendapat pahala yang besar, salah satu amal tersebut adalah menghafal
al Quran, sehingga kualitas pribadi secara kolektif dan masyarakat akan terbangun,
kepedulian mereka terhadap ajaran ajaran agama akan semakin meningkat dan yang terpenting adalah nilai nilai akidah secara kolektif benar benar tertanam untuk
mewujudkan masyakat yang dan
2 , atau juga masyarakat madani yang sesuai dengan petunjuk petunjuk al Quran dan sunnah sunnah Rasulullah Saw.
Suatu masyarakat yang peduli pada al Quran, pada hakikatnya mereka
melaksanakan sunnah Rasulullah Saw. dan . Sunnah sunnah yang
dilahirkan dari proses ini antara lain memasyarakatkan tilawah al Quran,
memanjangkan al Quran dalam salat, menghidupkan masjid, menjauhkan hal hal yang kurang bermafaat, +
dengan al Quran, dan lain lain. Dalam salat Rasul menekankan bahwa Sesungguhnya seorang khatib yang panjang salatnya dan
pendek khutbahnya adalah tanda pemahamannya terhadap agama.
113
Di sisi lain, Rasulullah selalu mencontohkan solat solat +
dengan membaca bacaan yang panjang dan lama. Beliau biasa membaca surat al Baqarah, Ali Imran dan al Nisa
dalam satu rakaat, padahal surat surat tersebut panjang panjang. Dengan demikian keutamaan ini sangat penting untuk membangun sebuah masyarakat yang di cita
citakan al Quran dan mengikuti sunnah sunnah Rasulullah Saw. yang diabaikan generasi setelahnya.