Penulisan al Qur’an
penulisan al Quran dengan yang lain atau tercampur dalam satu sehingga
orang yang membaca akan menduga al Quran.
251
Ibn Hajar menambahkan bahwa larangan tersebut hanya ketika diturunkan al Quran, karena Nabi takut bercampur
dengan tulisan yang lain.
252
Dengan demikian larangan ini tidak bersifat umum, artinya Nabi tidak melarang menulis selain al Quran, karena Nabi pernah menyuruh
sahabatnya menulis segala sesuatu yang beliau ucapkan.
253
Karena itu setiap ayat ayat al Quran yang diturunkan, beliau perintahkan sahabatnya untuk menulis, sekaligus
membimbing mereka dalam meletakkan ayat ini dan ayat yang lain dalam satu surat. Ketiga, bimbingan penulisan al Quran langsung oleh Nabi Saw. Dalam
menuliskan al Quran, para sahabat dibimbing langsung Nabi, kadang beliau mengim la’kan bacaan tersebut dan menyuruh sahabat untuk membaca hasil tulisannya. Jika
terdapat kesalahan, beliau membenarkannya. Seperti dalam riwayat al Tabrani, Zaid bin Tsabit berkata: Aku menulis wahyu di sisi Rasul dan beliau yang mengimlakan
kepadaku, jika aku selesai menulis, beliau berkata: bacalah, maka aku membacanya. Jika terdapat kekeliruan beliau membenarkannya.
254
Dalam riwayat lain, ketika turun ayat
+ 2
255
Rasulullah memanggil Zaid untuk menulis, kemudian datang ‘Abdullah bin Ummi Maktûm sambil mengadukan
sakitnya matanya buta, ia berkata: wahai Rasul bagaimana dengan aku ini. Lalu Allah menurunkan ayat
2 333.
256
Dengan demikian adanya bimbingan penulisan al Quran dari Rasulullah Saw. dan juga tulisan tulisan lain memotivasi sahâbat untuk menuliskan al Quran.
Keempat, adanya sarana dan tempat menulis al Quran. Pada masa Nabi, media penulisan al Quran memang masih sederhana, dalam beberapa riwayat,
penulisan al Quran ditulis di beberapa hal, yaitu: + +
dan .
+ adalah bentuk plural dari kata +
berarti potongan dari
251
Yahyâ bin Syaraf al Nawâwî, 8
O AM, Qâhirah:
Dâr al Taqwâ li al Turâts, 2001, cet. ke 1, h. 113.
252
Ibn Hajar, F A, h. 251.
253
Beliau bersabda:
ﻖﺣ ﺎﱠﻟِﺇ ﻪﻨِﻣ ﺝﺮﺨﻳ ﺎﻣ ِﻩِﺪﻴِﺑ ﻲِﺴﹾﻔﻧ ﻱِﺬﱠﻟﺍﻮﹶﻓ ﺐﺘﹾﻛﺍ
Tulislah, demi dzat yang jiwaku ditangannya, tidaklah keluar darinya kecuali yang benar. Hadis ini diriwayatkan oleh sahâbat ‘Abdullah bin ‘Amar, ia berkata aku selalu menulis segala sesuatu
yang aku dengar dari Rasul, aku ingin menghafalnya. Lalu orang Quraisy melarangku dan berkata: engkau selalu menulis segala sesuatu dari Rasul, sedangkan beliau adalah manusia biasa yang salah dan
suka marah. Kemudian aku memegang kembali tulisan itu dan Rasul memberikan isyarat dengan telunjuknya sambil berkata sebagaimana hadis di atas. Lihat Abû Dâud,
2 h. 318.
254
Al Tabrâni, K h. 142.
255
Q.S. al Nisâ4:95
256
Al Bukhari, K, h. 182 183
kulit kulit binatang, kadang juga terbuat dari kain tenun atau daun. + adalah media yang sering disebutkan dalam hadis.
257
adalah bentuk plural dari kata yang berarti tulang yang lebar, ia adalah asal dari tulang punggung hewan.
Menurut al Suyûti, adalah tulang dari unta atau domba.
258
Ketika selesai menuliskan al Quran, Zaid bin Tsâbit berkata: Setelah selesai menuliskan al Quran,
aku kumpulkan di dalam kulit kulit binatang, tulang tulang, pelepah kurma dan hati manusia.
259
adalah bentuk plural dari kata artinya pelepah kurma,
menurut al Suyûti, para sahabat biasa menggoreskan dalam pelepah dan kulit binatang kemudian menulisnya di tulang yang sangat besar. + adalah bentuk
plural dari kata + bermakna potongan kayu kayu yang diletakan dipunggung
unta agar dapat ditunggangi. Sedangkan kata adalah bentuk plural dari kata
artinya kerikil kerikil batu. Selain yang disebutkan di atas, menurut Ibn Hajar ada media lain yang digunakan yaitu
dan .
260
adalah bentuk plural dari kata artinya lembaran lembaran kertas.
adalah bentuk plural dari kata artinya helai papan. Sedangkan
adalah bentuk plural dari kata
artinya engkol pohon yang menetap di batang kurma.
261
Adapun tempat tempat menuliskan al Quran yaitu di dan masjid Nabi yang berseberangan dengan rumahnya. Selain dua tempat ini para sahabat sering
menulis di tempat masing masing karena jarak rumah yang berjauhan disamping mereka ingin memiliki catatan pribadi. Tempat tempat tersebut bisa juga digunakan
untuk menghafal dan mempelajari al Quran. Menurut Ibn Sa‘ad pada tahun kedua hijriah madrasah madrasah sudah mulai dibuka, ketika Ibnu Ummi Maktûm tiba di
Madinah sesudah perang Badr ia tinggal di Dâr al Qurra rumah para pembaca al Quran yaitu milik Makrimah bin Naufal. Rumah ini adalah tempat tinggalnya yang
sekaligus dijadikan tempat belajar dan menulis al Quran. Dalam pada itu tidak mustahil ada sekolah sekolah lain. Ibn Mas‘ud berkata: aku belajar dari mulut Rasul
Saw. tujuh puluh surat, Zaid bin Tsâbit mempunyai sejenis tas buku yang disimpan di
257
Zaid bin Tsâbit ra. berkata:
ﹸﻛﻨ ِﻋ ﺎ
ﻨﺪ ﺭ
ﺳ ﻮ
ِﻝ ِﷲﺍ
ﺻ ﹼﻠ
ﻋ ﷲﺍ ﻰ ﻴﻠ
ﻭ ﻪ ﺳﹼﻠ
ﻧ ﻢ ﺆﹼﻟ
ﻒ ﹾﻟﺍ
ﹸﻘﺮ ِﻣ ﻥﺁ
ﻦ ﹶﻗﺮﻟﺍ
ﻉﺎ
Kami di sisi Rasul menulis al Quran dari 6 + kulit binatang. Lihat Ahmad, K3 h. 185.
258
Al Suyûti, + A h. 207.
259
Al Bukhâri, N h. 98
260
Ibn Hajar, F O3 h. 11.
261
Ibn Hajar, F O3 h. 11.
.
262
Menurut M.M. Azami penggunaan kata sebagai pengganti
menunjukan bahwa pada saat itu sudah ada tempat tempat belajar untuk anak anak. Di Madinah ketika itu juga sudah ada sembilan masjid yang kemungkinan dipakai
sebagai tempat menulis dan mempelajari al Quran.
263
2. Tulisan tulisan al Quran setelah Nabi Saw. meninggal Sahabat Nabi yang memiliki tulisan al Quran berbeda beda, sahabat yang
menjadi sekretaris wahyu seperti: ‘Ali bin Abi Talib, Ibn Mas‘ûd, Ubai bin Kaab memiliki tulisan al Quran yang berbeda, mulai dari jumlah suratnya dan ciri cirinya.
Pada masa Nabi, tulisan tulisan ini belum berkembang dan menjadi . Beliau
membolehkan sahabatnya menulis al Quran untuk pribadi masing masing karena wahyu belum seluruhnya diturunkan disamping mereka diperintahkan berdakwah
ditempat yang berbeda beda. Tulisan ‘Aisyah sendiri berbeda, dalam ,
imam Mâlik meriwayatkan hadis dari Abi Yûnus, ia berkata: Aisyah menyuruhku menulis sebuah mushaf, kemudian ia berkata: jika engkau telah sampai pada ayat
2 +2 2
+ berikan aku
informasi, setelah sampai menulisnya aku sampaikan, beliau mengimlakan dengan bacaan 2
+2 2 +
dia berkata: demikianlah aku mendengar dari Rasulullah Saw.
264
Demikian pula tulisan Hafsah yang ditulis oleh ‘Amar bin Râfi‘, tulisan beliau sama seperti ‘Aisyah.
265
Tulisan ‘Utsmân bin ‘Affan menggabungkan surat al Anfâl dengan Barâah, ketika ditanya Ibn Abbas, ia menjawab: Surat al Anfâl diturunkan pada awal
periode Madinah dan ayat ayat terakhir Barâah adalah sebagian akhir al Quran. Dua surat ini memiliki kandungan cerita yang sama sehingga aku mengira satu surat.
Tatkala Rasulullah Saw. meninggal beliau tidak menjelaskannya, sehingga aku menggabungkannya dan tidak menulis
diantara surat itu. Aku meletakkannya diantara surat surat yang panjang
.
266
Muhammad Hadi Marifat dalam Sejarah al Quran menuliskan tentang ciri ciri
‘Ali, yaitu: pertama, ayat ayat dan surah surah tersusun rapi sesuai dengan urutan turunnya, ayat ayat Makkiyah ditulis sebelum Madaniyah. Kedua,
tercantum bacaan ayat ayat yang sesuai dengan bacaan Rasul, bacaan yang paling
262
Ahmad, A h. 273.
263
M.M. Azami, 8
, h. 85.
264
Mâlik bin Anas al Asbahi, Qahirah, t.p, 2003 , cet. ke 2, h. 79.
265
Mâlik, h. 79 80.
266
Al Tirmidzi, J, h. 336 337.
murni. Dalam mushaf ini tidak ada sama sekali perbedaan bacaan al Quran. Ketiga, ini mengandung
dan yang menjelaskan peristiwa serta kondisi
ayat turun, penjelasan itu berada di tepi .
267
Namun ini tidak ada, Ibn
Sîrin berkata: meski saya sudah berusaha keras mendapatkan itu, tetapi saya
tidak berhasil menemukannya.
268
Tulisan ‘ Ibn Mas‘ûd hanya terdiri 111 surat, beliau tidak memasukkan surat dan
.
269
Ciri ciri lain, tulisan beliau mengganti sebagian kata untuk menjelaskan maksud ayat. Seperti + 2
diganti + 2 ,
270
kadangkala dia menambah lafadz lafadz untuk menjelaskan dan menafsirkan kata dan kalimat. Seperti kata
2 diganti kata kata
diganti kata kata
diganti dengan kata dalam surat al sâfât37:62.
271
Ubai bin Ka‘ab melatakkan surat al Anfâl setelah Yûnus sebelum Baraah. Tulisan beliau menambah dua surat yaitu al Khal‘u
272
dan al Hafdu
273
, keduanya adalah doa + 2 yang biasa dibaca Rasul di salat subuh. Menurut al Suyûti, riwayat
di atas yang diriwayatkan al Tabrâni. Tulisan Ubai juga menyatukan surat al Fîl
dengan Quraisy dengan tidak menulis lafaz diantara kedua
surat itu.
274
3. Para Sekretaris Wahyu
267
Hadi Marifat, h. 132 133.
268
Al Suyûti, + A, h. 155.
269
‘Abdullâh bin Mas‘ud tidak mengkategorikan surat sebagai al Quran karena
ingin menghindari keberserakan dan kehilangan al Quran dan karena surat ini dibaca berulang ulang, maka dia tidak akan pernah hilang. Dengan kata lain, surat ini adalah pasangan al Quran sehingga
tidak termasuk bagiannya. Sedangkan surat menurutnya adalah doa yang dibacakan
Rasul kepada Hasanain as. untuk menolak sihir. Setiap kali ‘Abdullah melihat dua surat ini di tulis di dalam
ia menghapusnya dan berkata: Janganlah kalian mencampurkan selain al Quran dengan al Quran. Dan beliau tidak pernah membacanya dalam salat. Lihat Ibn Katsîr,
J3 h. 225, bandingkan juga al Zarkasyi, ; h. 35.
270
Q.S. al Mâidah6:38, lihat juga al Suyûti, + A h. 97.
271
Al Suyûti, + A h. 53. Riwayat riwayat yang dinisbahkan pada ‘Abdullah bin
Mas‘ud tidak bisa dipastikan. Sebagian besar ada politisasi pemalsuan dan perbedaan padanya. Apalagi Ibn Mas‘ud tidak sejalan dengan penguasa ketika itu. Di sisi lain kasus penambahan itu hanya
penafsiran dan keterangan dimana para sahabat sering menulis penafsiran dipinggir dan
menyebarkan kepada sahabat lain dengan tujuan pengertian dan pesan ayat itu tetap terjaga. Lihat Muhammad Hadi Marifat.
h. 141.
272
Surat , yaitu:
ِﺑ ﺪـﺒﻌﻧ ﻙﺎﻳﺇ ﻢﻬﹼﻠﻟﺍ ،ﻙﺮﺠﹾﻔﻳ ﻦﻣ ﻙﺮﺘﻧﻭ ﻊﹶﻠﺨﻧﻭ ،ﻙﺮﹸﻔﹾﻜﻧ ﹶﻻﻭ ﻚﻴﹶﻠﻋ ﻲِﻨﹾﺜﻧﻭ ﻙﺮِﻔﻐﺘﺴﻧﻭ ﻚﻨﻴِﻌﺘﺴﻧ ﺎﻧﺇ ﻢﻬﹼﻠﻟﺍ ، ﻢﻴِﺣﺮﻟﺍ ِﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ﷲﺍ ِﻢﺴ
ﺮﻧ ،ﺪِﻔﺤﻧﻭ ﻰﻌﺴﻧ ﻚﻴﹶﻟِﺇﻭ ﺪﺠﺴﻧﻭ ﻲﹼﻠﺼﻧ ﻚﹶﻟﻭ ﻖِﺤﹾﻠﻣ ِﺭﺎﹼﻔﹸﻜﹾﻟﺎِﺑ ﻚﺑﺍﹶﺬﻋ ﹼﻥِﺇ ﻚﺑﺍﹶﺬﻋ ﻰﺸﺨﻧﻭ ﻚﺘﻤﺣﺭ ﻮﺟ
.
273
Surat yaitu;
ِﺑ ،ﻚـِﺘﻤﹾﻘﻧ ﻰﺸـﺨﻧﻭ ﻚﺘﻤﺣﺭ ﻮﺟﺮﻧ ،ﺪِﻔﺤﻧﻭ ﻰﻌﺴﻧ ﻚﻴﹶﻟِﺇﻭ ﺪﺠﺴﻧﻭ ﻲﹼﻠﺼﻧ ﻚﹶﻟﻭ ﺪﺒﻌﻧ ﻙﺎﻳِﺇ ﻢﻬﹼﻠﻟﺍ ، ﻢﻴِﺣﺮﻟﺍ ِﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ﷲﺍ ِﻢﺴ
ﹼﻥﺇ ﻖِﺤﹾﻠﻣ ﻦﻳِﺮِﻓﺎﹶﻜﹾﻟﺎِﺑ ﻚﺑﺍﹶﺬﻋ
.
274
Al Suyûti, + A h. 77.
Sahabat sahabat yang menjadi sekretaris wahyu banyak sekali. Menurut M.M. Azami jumlah mereka sebanyak lima puluh orang.
275
Mereka ada yang bersifat sementara, ada juga yang menjadi sekretaris tetap. Mereka itu adalah: ‘Ali bin Abi
Tâlib, Zaid bin Tsâbit, dan ‘Ubai bin Kaab, para penulis wahyu lainnya berada di tingkat setelah mereka. ‘Ali Adalah sepupu beliau yang ditugaskan menulis wahyu
sejak di Makkah sampai beliau wafat, Rasulullah sendiri yang menyuruh ‘Ali untuk mencatat setiap wahyu yang turun agar al Quran tidak jauh darinya. Sedangkan di
Madinah, Zaid bin Tsâbit dan ‘Ubai bin Ka‘ab adalah penulis yang inti. Di Madinah Zaid memiliki rumah yang letaknya bersebelahan dengan rumah Rasulullah Saw.
sehingga setiap wahyu turun beliau biasa memanggilnya untuk mencatat. ‘Ubai bin Ka‘ab adalah sahâbat yang mampu menulis sejak zaman jahiliyah, menurut Ibn ‘Abd
al Barr: ‘Ubai adalah orang pertama di Madinah sebagai penulis wahyu, dialah orang menerima al Quran secara sempurna dari Nabi Saw. dan hadir dalam pemaparan al
Quran yang terakhir. Oleh kerena itu ia dijadikan ketua kelompok pada masa Utsmân bin ‘Affân untuk mengkodifikasikan al Quran, setiap ada permasalahan yang berten
tangan maka dapat diselesaikan olehnya.
276
Rasulullah sengaja menunjuk para pemuda yang memiliki kemampuan dan motifasi dalam menulis al Quran, karena
selain memiliki kecerdasan juga tempat tinggal mereka berdekatan dengan rumah Nabi, sehingga faktor ini sangat memudahkan beliau untuk mencatat wahyu.
Sahâbat sahâbat lain banyak juga yang menulis wahyu seperti Abû Bakar, ‘Umar bin al Khattâb, Utsmân bin ‘Affân, Muawiyah bin Abi Sufyân, Abû ‘Ubadah
bin al Jarrâh, Zaid bin Arqâm, Talhah bin ‘Ubaidillah, Yazid bin Abi Sufyân, dan lain lain. Selain yang disebutkan, Rasul Saw. memiliki sekretaris pribadi untuk
mencatat surat surat, perjanjian dan perdamaian seperti ‘Ali bin Abi Talib, ‘Abdullah bin Arqam, Zubair bin Awwam, Khalid bin Aban, Hanzalah Usaidi, ‘Ala bin
Hadrami, Abdullah bin Rawahah, Muhammad bin Muslimah, ‘Amr bin al ‘Ash dan Syuarahbil bin Hasanah.
277
Menurut al Wâqidi ketika Islam muncul dikalangan Quraisy hanya ada tujuh belas orang yang menulis wahyu, mereka adalah: Abû Bakar al Siddîq, ‘Ali bin Abi
Tâlib, ‘Umar bin Khatâb, Utsmân bin Affân, Abû Ubaidah bin Jarrah, Talhah bin Ubaidillah, Yazîd bin Abî Sufyân, Abû Huzaifah bin Utbah bin Rabi‘ah, Hatib bin
275
M.M. Azami, 8
h. 87 88.
276
Ibn ‘Abd al Barr, A Beirut: Dâr Hasyiah, t.t, h. 50 51.
277
Hadi Marifat, h. 37.
Amr, Abû Salamah bin ‘Abdul Asad al Makhzumi, Abân bin Sa‘îd bin ‘Ash bin Umayyah, ‘Abdullâh bin Sa‘ad bin Abi Sarah, Huwaitib bin Abdul Uzza, Abu Sufyân
bin Harb, Mu‘awiyah bin Abi Sufyân, dan Juhaim bin Abî Silt.
278
Sementara itu dari kalangan wanita yang menulis di awal Islam adalah: Ummu Kultsûm bin Uqbâh, Karimah binti Miqdad dan Syifa binti Abdullah. Atas perintah
Nabi, Syifa mengajarkan Hafsah ilmu tulis dan setelah itu hafsah masuk golongan penulis wahyu. Sedangkan ‘Aisyah dan 6Ummu Salamah termasuk yang mampu
membaca saja.
279
Sedangkan di Madinah yang menulis wahyu adalah: Zaid bin Tsâbit, Ubai bin Kaab, Rafi bin Mâlik, Usaid bin Hudhair, Ma‘an bin ‘Adi, Basyir bin Sa‘ad, Sa‘ad
bin Rabi, Aus bin Khiwalla dan ‘Abdullah bin Ubai.
280
Zaid bin Tsâbit adalah seorang pemuda sekaligus tetangga Nabi di Madinah, setiap ayat yang turun Nabi
selalu memanggilnya dan menyuruh untuk menulis. Selain itu Zaid menguasai bahasa Ibrâni, sahabat ada yang menguasai bahasa ini selain Zaid seperti Sa‘d bin Ubadah,
Mundzir bin Amr dan Ubai bin Ka‘b. Menurut Ibnu ‘Abd al Barr, Ubai bin Ka‘ab adalah orang pertama yang bertugas menulis wahyu. Dia juga orang pertama yang
menulis akhir surat, dia menerima al Quran secara sempurna dari Rasulullah Saw. dan hadir dalam penyam paian wahyu terakhir.
281
Menurut Ibn Atsîr, sahabat yang selalu hadir dalam penulisan wahyu adalah: Abdullah bin Arqâm al Zuhri, ‘Abdullah bin Masûd, Zubair bin Awwam, Khalid bin
Abban, dua putra Said bin Ash, Hanzalah Usaidi, ‘Ala bin Hadrami, Khalid bin Walid, Abdullah bin Rawahah, Muhammad bin Muslimah, Mughirah bin Syubah,
Amar bin Ash, Muawiyah bin Abi Sufyan, JahmJuhaim bin Shilt, Ma‘aqib bin Abi Fatimah dan Syurahbil bin Hasanah.
282
Penulis wahyu merupakan orang orang pilihan Nabi, mereka juga memiliki kemampuan tulis menulis, sehingga kebanyakan
mereka pemuda. Nabi menunjuk mereka karena memiliki kemampuan dan tenaga yang handal disamping memiliki kecakapan. Dengan demikian hal ini sangat
memudahkan beliau untuk mencatat al Qur’an disamping mobilitas kegiatan yang tinggi dalam mengamban dakwah islam.
278
Abul Hasan al Baladzuri, F 2 , Qâhirah, Dâr al Ulum, 1901, h. 457 460.
279
Al Baladzuri, F 2 , h. 460.
280
al Baladzuri, F 2 , h. 460.
281
Ibnu ‘Abd al Barr, A h. 50.
282
Ibn Al Atsîr, = A Beirut, Dar al Kutub, t.t, h.50.