BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pemilihan umum adalah sebuah konsekuensi dari pemerintahan yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pemilihan umum di Indonesia dilangsungkan
selama lima tahun sekali, pemilihan umum dilakukan sebagai upaya untuk mencapai sebuah suara politik warga negara yang diharapkan nantinya menghasilkan berbagai
kepentingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilihan umum melibatkan seluruh lapisan masyarakat suatu negara yang memiliki hak yang sama, yaitu setiap
masyarakat yang telah memenuhi persyaratan dalam pemilu berhak untuk memilih dan dipilih dan hasilnya berdasarkan perolehan suara tertinggi.
Keterlibatan partai politik menjadi bagian yang terlepaskan dalam pemilihan umum, dimana partai politik diwujudkan dari berbagai elemen masyarakat yang
memiliki nilai dan asas-asas yang diambil dari sumber hukum negara dimana anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Sebagaimana
disampaikan oleh Miriam Budiradjo 1998:159 partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang
dalam proses memdoernkan diri, maka di negara-negara barupun partai sudah menjadi lembaga politik yang biasa dijumpai. Partai politik memberikan peranan
sebagai penyampaian aspirasi politik warga negaranya, juga sebagai sosialisasi dan mobilisasi politik masyarakat dalam tahapan-tahapan pemilihan umum.
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan umum pemilu di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
KabupatenKota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada tahun 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden pilpres, yang semula dilakukan oleh MPR,
disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pemilihan presiden pun dimasukkan ke dalam proses pemilu. Pemilihan presiden langsung sebagai bagian
dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilihan umum tahun 2004. Pada tahun 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah
dan wakil kepala daerah pilkada juga dijadikan bagian dari pemilu http:id.wikipedia.org. Dan dalam perkembangannya Indonesia menjadi salah satu
negara yang memiliki tingkat demokratis yang tinggi, hal ini tidak terlepas dari pemilu yang dilaksanakan seperti yang digambarkan diatas.
Agama tentunya membawa nilai-nilai yang dianggap sebagai jalur perjalanan yang kokoh bagi penganutnya. Ajaran agama akan menjelaskan sebuah kaidah-
kaidah, tingkah laku, adab, pandangan dan lainnya yang keseluruhannnya akan termaktub dalam sebuah sistem keagamaan itu sendiri. Agama bukanlah sekedar
mengatur kehidupan pribadi-pribadi bagi pemeluknya akan tetapi agama juga mengatur bagaimana ajarannya dapat mengatur keseluruhan hidup dari berbagai
aspek kehidupan, tidak terkecuali dengan sistem yang perpolitikan yang diambil dari nilai-nilai agama yang terkandung didalamnya termasuk juga pemilihan umum.
Tentang sistem politik, banyak sekali nilai-nilai islam yang berbicara pada prinsip hukum dalam islam seperti berlaku adil bagi pihak pemimpin, kepatuhan dari
pihak rakyat, dan musyawarah antara pemimpin dan rakyat Al Mawardi, 2006:ix.
Universitas Sumatera Utara
Musyawarah dilakukan untuk merumuskan sebuah keputusan pada kepentingan bersama yang merupakan berasal dari persetujuan dari seluruh anggota musyawarah
tersebut. Musyawarah yang diwujudkan dalam sistem parlemen sistem demokrasi melalui pemilu dari sebagian kalangan agamawan Islam menafsirkan bahwa
musyawarah yang berlaku saat ini merupakan representasi nilai Islam dalam sistem negara. Keterlibatan Islam dengan pemilu tidak dapat dipungkiri seperti terwujudnya
partai-partai Islam, kebertahanan dan usaha dalam memilih pemimpin dari kalangan islam guna mempertahankan sistem-sistem islam di negara ini, dan hal lainya yang
mendukung dalam keberlangsungan pemilu itu sendiri. Islam adalah salah satu keyakinan terbesar di dunia ini, dengan panutan dan
pembawa risalahnya adalah Muhammad bin Abdullah Shalallahu’alaihi Wasallam. Islam merupakan ajaran yang berorientasikan pada sisi ketauhidan kepada Allah
Subhana wa Ta’ala, menolak segala peribadatan yang tidak ditujukan kepada selain Allah baik secara disadari ataupun tanpa disadari pemeluknya. Maka Islam
menjadikan sebuah kemurnian dalam ajarannya dan contoh yang baik pada pribadi Muhammad Shalallahu’alaihi Wasallam sebagai tauladan bagi penganutnya. Alqur’an
dan hadits rasulullah sebagai sumber hukum bagi umat Islam serta ijma’ dan qiyas oleh ulama sebagai hukum tambahan yang diambil dari hukum sebelumnya guna
menjelaskan hal-hal yang berkembang. Dalam perkembangannya, hingga saat ini Islam tentunya mengalami berbagai perubahan baik itu yang bersifat positif juga
negatif. Begitu juga dengan perkembangan dakwah Islam itu sendiri, Islam mulai terpecah dalam berbagai kelompok ataupun firqah baik itu pada satu sisi seperti pada
masalah keyakinan, ritual peribadatan, muamalah dan lainnya atau secara keseluruhan
Universitas Sumatera Utara
ajaran Islam. Beberapa kelompok tersebut yang membedakannya adalah pemikiran- pemikiran mereka tentang nilai Islam itu sendiri serta pengambilan dasar pemikiran
juga penafsiran yang berbeda, diantara kelompok pemikiran tersebut adalah sunni, syi’ah imamiyah, rafidhah, murji’ah, khawarij, mu’tazilah, sururiyah, dan lainnya.
Dan aliran-aliran pemikiran ini terus berkembang hingga saat ini. Menurut Betty R Scharf 2004:57 ia menjelaskan bahwa Islam adalah agama
yang pada dasarnya mentransformasikan tidak mencipta, komunitas tertentu. Islam senantiasa mempertahankan tujuan teroritik yakni bahwa batas-batas kepercayaan
keagamaan dan komunitas politik harus berjalan bersamaan. Namun demikian karena dua alasan tujuan tidak tercapai. Ekspansi islam yang berlangsung sangat cepat oleh
kekuatan militer, para pedagang dan beragam termasuk sebagian diantaranya yang menolak memeluk Islam dan sebagian lain diislamisasikan hanya secara dangkal.
Dipihak lain berbagai tekanan dan ketegangan dalam komunitas perpecahan politik yang masing-masing kurang lebih menjadi landasan terbentuknya komunitas yang
terpisah dan berdiri sendiri. kepercayaan bersama tidak dapat mencegah perkembangan berbagai komunitas yang terpisah-pisah sendiri itu, misalnya
komunitas muslim di Mesir, India, dan di kerajaan Turki. Pasca wafatnya rasulullah selaku pemimpin umat Islam ini, kepemimpinan
umat dipegang oleh khulafaur rasyidin yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib sebagai lanjutan dalam kepemimpinan umat Islam
kemudian dilanjutkan oleh masa-masa kekhalifahan Muawiyah bin Abu Sufyan yang membentuk pada Sistem Pemerintahan Daulah Umayyah, dan seterusnya dimana
sistem yang berlaku bersifat absolut monarkhi pemerintahan yang turun menurun
Universitas Sumatera Utara
hingga hilangnya masa kekhalifahan. Masa kekhalifahan dianggap merupakan jawaban terhadap sebuah pemerintahan Islam atau Daulah Islamiyah negara Islam
yang disebut sebagai khalifah manhaji nubuwwah pada saat itu. Dalam penjelasannya yang dikutip dari berbagai perkataan Muhammad
Shalallahu’alaihi Wasallam, driwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Al – Hakim bahwa khalifah manhaji nubuwah berlangsung selama tiga puluh tahun pasca
wafatnya Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wasallam. Dimana terdapat pada masa kepemimpinan empat sahabat rasulullah yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatttab,
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Setelah itu diikuti dengan kepemimpinan secara berturut-turut delapan orang dari suku Quraisy dari penguasa Bani Umayyah
http:almanhaj.or.id. Dan setelah itu maka akan didapati perbedaan terhadap sistem kekhalifahan yang berlangsung hingga hilangnya sistem kekhalifahan itu dan
diikuti dengan berkembangnya negara-negara dunia yang diikuti dengan perkembangan sistem pemerintahan yang memiliki landasan teoritis dan praktikal
yang dipakai masing-masing negara dalam menjalankan pemerintahannya dalam tertera dalam falsafah dan ideologi negaranya masing-masing.
Salafiyah atau dikenal juga dengan istilah salafi adalah bagian dari perkembangan dakwah Islam saat ini. Istilah salafiyah ataupun salafi bukanlah istilah
yang baru dalam Islam ataupun sebuah gerakan, ajaran ataupun aliran tertentu dalam Islam melainkan ini hanya sekedar istilah yang disematkan terhadap bagi siapa saja
yang memahami agama ini sesuai dengan generasi awal dari umat Islam itu sendiri, sebagaimana hal ini berkaitan dengan arti dari kata salafiyah itu sendiri. Dimana
salafiyah berusaha untuk mengedepankan pemurnian nilai Islam itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Salafiyah memiliki kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan sehari-harinya dimana kaidah-kaidah tersebut berasal dari pemahaman mereka terhadap nilai ajaran
islam itu sendiri, maka dari hal inilah kritikan-kritikan muncul terhadap apa yang terjadi disaat kaidah tersebut dirasakan tidak sejalan dengan apa yang diketahui umat
islam Indonesia dari kebiasaan keagamaan yang dipahami selama ini. Hal ini terjadi karena adanya akulturasi adat dan agama yang tidak sesuai pada ajaran salafiyah,
contohnya adalah peringatan 1 syura muharram, berdoa di tempat kuburan orang alim yang masih didapati masyarakat sedangkan salafiyah menentang perbuatan ini
karena tidak sesuai dengan apa yang diajarkan nabi dan sahabat-sahabatnya dengan diikuti pemaparan sumber agama Islam dari alqur’an dan hadits secara ilmiah dan
kevalidan sumber itu sendiri shahih. Di Indonesia sendiri selain di pondok-pondok pesantren perkembangan dakwah
salafiyah juga berkembang pesat di perkotaan seperti Yogyakarta, Jakarta, Medan, Makasar dan kota-kota besar lainya yang hampir menyeluruh di Indonesia.
Masyarakat kota diikat dengan sebuah aktivitas dan mobilitas sosial yang cukup tinggi dalam keseharianya maka akan ditemui kedinamisan dan heterogenitas
masyarakat kota. Dakwah salafiyah menekankan pada pemahaman ilmu agama dimana akan menghasilkan sebuah tuntutan pada pengikutnya untuk menuntut ilmu
bagi setiap individu. Maka disinilah kecenderungan masyarakat kota terhadap salafiyah, sebuah aktivitas dan kewajiban setiap orang membuatnya tidak bisa
meluangkan waktu secara penuh untuk mendalami agamanya kecuali jika mereka tinggal pada suatu pesantren. Begitu juga dengan terhadap penerapan kaidah-kaidah
yang dimiliki salafiyah seperti yang dipaparkan diatas tidak menutup kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
mendatangkan sebuah perbedaan dan konflik dalam masyarakat yang bersifat homogen, maka ini menjadi keselarasan antara masyarakat kota dan ajaran salafiyah
yang cenderung lebih menerima perubahan dan perbedaan. Meskipun gerakan dakwah salafiyah tidaklah berorientasi pada politik akan tetapi jika dalam
perpolitikan itu sendiri didapati hal yang menyalahi dari aturan-aturan nilai Islam yang dipahami dimana nantinya dikhawatirkan akan terjadi sebuah kekeliruan dalam
memahami Islam, maka ini menjadi perhatian bagi salafiyah yang bertujuan untuk memurnikan dan menjaga nilai-nilai Islam seutuhnya.
1.2. Perumusan Masalah