sedikit menurun dibandingkan sebelumnya dengan total sebesar 61,71. Maka berdasarkan hasil pilkada tersebut dipastikan pasangan Rahudman Harahap dan
Zulmi Eldin menjadi pemimpin di Kota Medan dan dilantik menjadi Walikota dan Wakil Walikota pada 26 Juli lalu.
4.2. Profil Informan dan Karakertistik Responden
4.2.1. Profil Informan
- Ali Nur
Pria paruh baya ini menghabiskan kesehariannya di Sei Mencirim, Kampung Lalang dan didaerah ini jugalah banyak ditemui pengikut salafiyah didapati. Ia
merupakan salah satu ustadz yang cukup dikenal di Kota Medan in, selain menjadi ustadz, kesibukan keseharianya juga diisi dengan menerjemahkan buku-buku dari
para ulama Timur Tengah. Dengan perawakan yang ramah dan tegas juga terkadang bersikap humoris dalam menyampaikan kajian pada pengajian-pengajian rutin yang
dibawanya membuat orang tertarik dan lebih mudah memahami apa yang disampaikannya. Tidak hanya di Medan saja, Ustadz Ali begitu orang mengenalnya
juga menyampaikan dakwahnya diluar Medan seperti di Lhoksemawe, Nangroe Aceh Darussalam tiap bulannya.
Dengan pendidikan terakhir di Daar Hadits di Pakistan, ia mendalami ilmu agamanya dan juga tentunya mendalami kaidah-kaidah dalam cara beragama
salafiyah serta diperolehnya gelar Lc untuk pendidikan strata satunya. Sebelumnya ia sempat duduk di bangku kuliah di fakultas teknik disalah satu universitas swasta di
Medan ini. Namun saat ia mulai mengenal dakwah salafiyah dan mendapatkan kabar
Universitas Sumatera Utara
ada kesempatan beasiswa untuk belajar ilmu agama di Timur Tengah ia pun tidak menyia-nyiakannya. Dan hasilnya adalah salah satu yang mendapat kesempatan
tersebut, menyusul lainnya yang telah berangkat terlebih dahulu dari Medan yaitu Abu Ihsan. Dan beberapa tahun setelah berakhirnya masa studinya ia kembali ke
Medan melanjutkan dakwah salafiyah dan membantu Abdul Fattah yang saat itu telah berupaya menyampaikan ajaran salafiyah di Kota Medan hingga sekarang.
Berkaitan dengan sikap salafiyah dalam pemilu, Ali Nur pun memberikan tanggapan saat ditanyakan tentang sikap golput yang memungkinkan justru
menjatuhkan pemimpin dari kalangan Islam. “lalu jika ditanyakan seandainya kaum muslimin semua golput lalu
siapakah pemimpin yang diluar Islam, maka jawabannya apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah yang diriwayatkan Ibnu Majah dan
dishahikan oleh Albani yang memiliki arti bahwasanya ; dari Abdullah bin Amar, wahai kaum muhajirin akan menimpa kalian dan aku berlindung
dari hal tersebut, diantaranya adalah tidaklah mengurangi timbangan dan melakukan sukatan maka akan tertimpa kemarau panjang mendapati
kehidupan yang sulit dan diangkatnya pemimpin yang zhalim..”. maka yang menjadi kunci dalam menciptakan pemimpin yang baik adalah
penentunya masyarakatnya…” tanya jawab oleh Ustadz Ali Nur, pada pengajian Minggu, 23052010
Maka dari penjelasan tersebut ia pun menambahkan kondisi masyarakatlah
yang menjadi penentu pemimpin mereka, semakin buruk kondisi masyarakat maka semakin besarlah peluang untuk pemimpin yang tidak adil atau apabila kondisi
masyarakat itu baik maka semakin besarlah kesempatan terpilihnya pemimpin yang adil, hal diatas dijadikan sebuah peringatan terhadap gambaran yang akan menimpa
setiap kondisi kaum muslimin yang berkaitan dengan pemimpin mereka. Atas dasar inilah Ali Nur menyakini bahwa meyakinkan masyarakat terhadap hal perbuatannya
haruslah diawali dengan tindakan baik tiap orangnya dan dilandasi dengan nilai-nilai
Universitas Sumatera Utara
keagamaan, saat dasar-dasar ini telah tercapai maka bukanlah hal yang sulit dalam mengupayakan sebuah kepemimpinan yang sesuai dengan nilai Islam.
- Abu Ihsan Al Atsari
Tidak jauh berbeda umurnya dengan Ali Nur, Abu Ihsan saat ini menjadi salah satu orang yang berpengaruh dalam penyebaran salafiyah di Medan. Tidak
hanya di Medan bahkan di Indonesia, namanya sudah cukup dikenal dari kalangan salafiyah nusantara. Maka tidaklah mengherankan jika ada salah seorang salafiyah
dari Medan yang pergi keluar kota Medan, yang apabila bertemu dengan salafiyah lainnya menanyakan dan memastikan kabarnya Abu Ihsan. Seperti dijelaskan
sebelumnya bahwa namanya cukup dikenal di negeri ini, selain di Medan ia memiliki jadwal kajian di berbagai kajian diluar Sumatera Utara walaupun tidak bersifat rutin
khususnya di daerah Pulau Jawa biasanya mengundang ia untuk mengisi kajian dalam sebuah pengajian besar dauroh, menjadi pembicara dalam bedah buku dan hal
lainnya. Disamping itu ia setiap bulannya juga mempunyai jadwal rutin menyampaikan dakwah salafiyah di Malaysia dan juga sesekali diundang ke Kobe,
Jepang untuk menjadi pembicara dalam pengajian besar yang diselenggarakan warga negara Indonesia yang beraktifitas di Jepang. Oleh karena popularitas dan
keilmuannya inilah ia kemudian menjadi salah satu tokoh salafiyah di Indonesia yang memiliki hubungan yang kuat dengan sejumlah ulama-ulama salafi di Timur Tengah.
Abu Ihsan juga mengambil studi agamanya di Pakistan sama dengan Ali Nur namun ia terlebih dahulu sampai disana. Dengan program Darul Ulum Pakistan ia
mendapatkan gelar Lc setingkat strata satu versi timur tengah, selepas dari Pakistan ia tidak langsung menyebarkan dakwah salafiyah di Medan. Ia menetap terlebih
Universitas Sumatera Utara
dahulu di Jawa khususnya membina masyarakat Yogyakarta terutama pada pemuda- pemuda muslim di Kampus UGM, dan saat ini yang berkiprah di Yogyakarta
sebahagian dalam menyampaikan dakwah salafiyah adalah murid-muridnya, kabarnya ia melanjutkan studi magisternya di Madinah. Saat ia pun kembali ke
Medan, ia mulai mengisi kajian-kajian di berbagai masjid di Medan dan membantu dakwah ustadz lainnya yang sebelumnya telah turut andil menyebarkan ajaran
salafiyah di Medan, yaitu Abdul Fattah dan Ali Nur. Perjalanannya sebagai salafiyah juga tidak berjalan mulus, beberapa tahun silam namanya sempat dijelek-jelekan dari
yang tidak menyenangi perkembangan salafiyah di Indonesia dan juga peringatan pemboikotan terhadap pengajian yang dilaksanakannya namun hal tersebut
dihadapinya dengan ketenangan dan ia pun tidak mengambil tindakan yang sama dalam upaya mengembalikan nama baiknya. Dan ia pun tetap terus menyebarkan
ajaran salafiyah di Medan khususnya dan Indonesia umumnya. Aktif sebagai da’i dikalangan salafiyah juga dibuktikannya dengan menulis
diberbagai media seperti majalah dan juga turut andil dalam menerjemahkan buku- buku para ulama. Dirumahnya Medan Johor ia mengisi kesehariannya, menulis dan
menerjemahkan berbagai buku Islami ia kerjakan disini. Dan diantara beberapa karya buku yang telah ditulisnya adalah Surat Terbuka Untuk Para Istri dan Suami tulisan
yang dibuat bersama istrinya, Panduan Amal Sehari Semalam, Berbakti Kepada Orang Tua, dan masih banyak buku lainnya. Sedangkan buku-buku yang sudah
diterjemahkannnya dalam bahasa Indonesia dan sudah diterbitkan, seperti Ensiklopedia Fiqh karya Husain Alwaysyah, Ensiklopedia Larangan Menurut
Qur’an dan Sunnah karya Salim bi Ied Al-Hilaly, Pandangan Tajam Terhada Politik
Universitas Sumatera Utara
dan Bolehkah Berpolitik karya Abdul Malik Ramadhan Al-jazairi, dan buku terjemahan lainnya.
- Nurdin Al Bukhari
Dengan umurnya yang bisa dikatakan masih cukup muda dikalangan para ustadz, saat ini ia menjadi salah satu ustadz yang cukup dikenal di Medan dan juga di
Binjai. Selain karena bertempat tinggal di Binjai ia banyak mengisi pengajian salafiyah di Binjai dengan jadwal yang cukup padat ia juga mengisi pengajian rutin di
Medan, dan terkadang juga menggantikan Abu Ihsan apabila beliau berhalangan hadir atau sedang berada diluar kota. Pria berumur 26 tahun ini merupakan salah satu
lulusan terbaik di LIPIA Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Sastra Arab Jakarta di tahun angkatannya, LIPIA adalah lembaga pendidikan Islam yang didirikan atas
kerja sama pemerintah Indonesia dan Saudi Arabia yang merupakan cabang dari Universitas Ibn Saud di Riyadh, Saudi Arabia. Menjadi salah satu murid terbaik
memberikannya kesempatan untuk dapat melanjutkan studi magisternya di Madinah namun sayang kondisi kesehatannya saat itu tidak mendukung dan akhirnya ia pun
tetap melanjutkan dakwahnya di Medan dan sekitarnya. Saat ini kesehariannya diisi menjadi salah satu pengasuh di Pondok Pesantren
Sabilul Mukminin, Binjai. Dan juga tetap terus mengisi pengajian di Binjai, Medan dan Langkat dimalam harinya. Menjadi salah satu orang yang turut andil dalam
penyebaran salafiyah iapun memberikan tanggapannya terhadap kehidupan salafiyah saat ini dan keprihatinannya terhadap kondisi umat Islam saat ini.
“ Manhaj metode berpemahaman agama Salaf hidup saat ini sangat sulit.... bagaimana sulitnya berpegang teguh pada agama pada tantangan
dan kesulitan hidup. Bahwasanya kehidupan beragama akan semakin
Universitas Sumatera Utara
luntur, kita lihat sekitar 7-10 tahun lalu biasanya setelah maghrib orang tua mengajari kita mengaji tiap harinya, tapi lihat sekarang.. bagaimana
rusaknya agama pada akhir zaman, perlu adanya pembangkit semangat karena tantangan agama semakin besar...” observasi pada 8082010
- Try Muhammad Mukhtar Habibi
Pria berumur 25 tahun ini yang identik dengan kacamatanya adalah lulusan Strata satu Manajemen Fakultas Ekonomi USU angkatan 2003, semenjak SMA ia
telah aktif disebuah gerakan dakwah Islam yang tergabung dalam sebuah organisasi Islam sekolah begitu juga hingga ia duduk dibangku perkuliahan aktif dalam dakwah
kampus dan sempat bergabung menjadi salah satu kader Partai Keadilan Sejahtera PKS. Tahun 2005, ia mulai mengenal dakwah salafiyah dari salah seorang pria yang
mengerti tentang sunnah nabi dan pertama kalipun ia mengikuti pengajiannya di Mushalla Fakultas Teknik USU, salafiyah bukanlah hal yang baru didengarnya saat ia
aktif bersama PKS telah banyak mendengar kata salafiyah semenjak tahun 2003 tetapi yang selalu didengarnya melalui murabbinya mentor pengajian dalam PKS
berkaitan hal-hal negatif dengan salafiyah seperi radikal, kekerasan, antek yahudi dan sebagainya. Namun hal tersebut justru membuatnya ingin mengetahui dakwah
salafiyah seperti apa sebenarnya, dan ia pun berkomentar : “isu-isu buruk tentang salafi yang saya peroleh itu karena ketidakpahaman
mereka terhadap salafi itu sendiri, belum mengerti sunnah. Dan yang berkembangpun selalu dikenal seperti itu bahwa salafi radikal dan sebagainya…” tanya jawab pada
14072010
Setelah mengetahuinya ia mula tertarik dengan dakwah salafiyah yang dalam penyampaian selalu diikuti penjelasan-penjelasan alasan agama yang jelas
berdasarkan alqur’an dan hadits dan penafsiran yang mudah dipahami. Saat ia mulai dengan mengikuti kajian salafiyah, maka dari pihak PKS sendiri memberikan sebuah
Universitas Sumatera Utara
pilihan keharusan untuk memilih ikut dakwah di PKS atau salafiyah,dan ia pun memutuskan untuk meninggalkan PKS yang telah memberikannya pengalaman
dalam berorganisasi dan namanya juga cukup dikenal dikalangan aktifis kampus dan aktivis pergerakan dakwah di Kota Kelahirannya, Tebing Tinggi. Sebelum
kelulusannya di kampus, ia turut andil dalam mengembangkan salafiyah di USU dan berupaya menciptakan kader dan mengajak mahasiswa Fakultas Ekonomi lainnya
untuk mengikuti kajian salafiyah. Pria yang kesehariannya sibuk sebagai Trainer SDM dan juga berwirausaha madu ini sudah yakin dengan pilihannya memilih
salafiyah sebagai sarana baginya menambah ilmu tentang agama Islamnya.
- Budi S F Damanik
Pria berumur 32 tahun ini telah mengikuti pengajian salafiyah semenjak tahun 2001. Ia dilahirkan dan besar di kota Medan, dan telah berkeluarga memiliki dua
anak. Pemahamannya tentang situasi perkembangan salafiyah di Medan ini secara khusus dan juga pemahamannya dalam pemilihan umum pilkada di Medan tentang
permasalahan yang saya teliti menjadi alasan bagi saya menjadikannya sebagai informan tambahan. Tentunya ini berpengaruh terhadap lamanya ia berkecimpung
terhadap perkembangan dakwah salafiyah di Medan. Pria ini sempat berpartisipasi dalam penyebaran kajian dakwah salafiyah di Medan melalui media internet
menyebarkan dakwah salafiyah langsung kajian yang ada di Medan. Sebelum mengenal dakwah salafiyah ia telah mengikuti berbagai pengajian seperti Jama’ah
Tabligh, kajian Al-ahwaliyah, dan dakwah pergerakan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.
Universitas Sumatera Utara
Aktifitas sehari-harinya tidaklah lepas dari dunia akademis, ia merupakan staf pengajar juga pegawai di Departemen Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan
sehingga tidaklah mengherankan bagaimana ia mampu menganalisis atau memahami masalah-masalah yang muncul terhadap salafiyah di Medan ini dengan baik. Dan
mungkin dengan latar belakang yang dimiliki seperti diatas juga menjadikannya lebih mudah terbuka dan juga berpikir logis juga kritis terhadap pendapat juga
perkembangan dakwah salafiyah di Medan khususnya. Dan ia juga menambahkan sebuah harapanya terhadap kondisi perpolitikan Indonesia perlu adanya rujukan
referensi dari tokoh salafiyah Indonesia mengenai hal yang menggambarkan kondisi sebenarnya politik disini serta pandangan terhadap salafiyah kondisi tersebut,
mengingat referensi yang ada dan berkaitan dengan salafiyah masihlah sebatas gambaran politik Islam diluar Indonesia.
4.2.2. Karakteristik Responden