Salafiyah di Kota Medan

rutin salafiyah juga mengembangkan ajaranya melalui media cetak seperti Majalah As-Sunnah, Al-Furqan, Al-Mawaddah, Fatawa dan majalah lainnya, sedangkan media elektronik seperti radio yang juga dapat didengarkan melalui streaming online yaitu Radio Rodja Cileungsi-Jawa Barat, Radio HANG Batam, Radio Muslim Yogyakarta, dan juga media internet yang juga telah banyak didapati dan setiap tahunya kalangan salafiyah Indonesia kerap mengundang ulama mereka yang berasal dari Saudi Arabia dan Yaman dimana dilakukannya sebuah pengajian yang bersifat nasional.

4.4. Salafiyah di Kota Medan

Perkembangan salafiyah akhir-akhir ini di Medan dapat dikatakan cukup pesat, masyarakat yang kompleks di Medan menjadi salah satu penyebabnya dimana bagi masyarakat Medan yang cenderung lebih terbuka terhadap perubahan termasuk kehidupan beragama di Medan. Dan tidaklah dipungkiri kedatangan kaum pendatang turut juga memberikan pengaruhnya. Meskipun tidak diketahui pasti kapan salafiyah mulai berkembang di Medan, Berikut pernyataan Budi mengenai perkembangan dakwah salafiyah di Medan: “Perkembangannya cukup pesat namun masih perlu di tingkatkan sedikit koreksi, saya melihat bahwa dakwah salaf selalu mengedepankan dalil di setiap dakwahnya, maka tidaklah orang dapat memahami dakwah ini kecuali orang yang mampu berpikir logis dan ilmiah, dan juga kepedulian kita sebagai ikhwah laki-laki salafy yang masih minim akan pembentukan kader. Kalaupun ada pesantren biasanya outputnya kurang mampu bersaing di lapangan terlebih lagi dunia kampus.... maka alangkah baiknya kalo salafy bisa membentuk kader yang berasal dari kalangan kampus sendiri... mau tak mau, suka tak suka itu adalah mahasiswa.....” tanya jawab pada 31072010. Universitas Sumatera Utara Meskipun tidak secara keseluruhan salafiyah Kota Medan banyak dijumpai dan berdomisili di beberapa derah di Medan, yaitu Medan Marelan, Sei Mencirim Kampung Lalang perbatasan Medan-Deli Serdang, Medan Johor dan Medan Denai. Hal ini tentunya dipengaruhi dari berbagai lokasi pengajian dan juga tempat tinggal tokoh salafiyah di Medan. Maka selain tempat-tempat tersebut maka salafiyah menyebar diberbagai tempat di Medan. Mulai menonjolnya salafiyah di Kota Medan diperkenalkan oleh seorang ustadz bernama Jamaluddin. Ia seorang tokoh Muhammadiyah dan juga disegani dikalangan Muhammdiyah karena kecerdasan dan perjuangan dakwahnya, setelah mendengar ajaran salafiyah di Jawa ia pun mempelajarinya dan memperkenalkan ajaran salafiyah di Medan. Selain Jamalluddin, nama yang cukup dituakan dikalangan salafiyah di Kota Medan adalaah Abdul Fattah ia juga turut mengembangkan dakwah salafiyah bersama Jamaluddin. Abdul Fattah sebenarnya berasal dari Bukit Tinggi, Sumatera Barat kemudian berpindah ke Kota Medan dan bertemu Jamaluddin dan mulai menyebarkan dakwah salafiyah karena mereka memiliki kesamaan manhaj dalam berdakwah dan itulah yang menjadikannya hubungan keduanya menjadi dekat. Dan Jamaluddin pun mendirikan satu kompleks tempat pengadaan pengajian agama yang berisi pesantren, masjid dan mendirikan sekretariat yayasan bernama Al- Mujahadah Iqbal, 2008: 49-50. Hingga saat ini Abdul Fattah memilih menetap di Medan Marelan dan tetap melanjutkan dakwah salafiyah disana dan mendirikan sebuah sekolah dasar yang berasakan salafiyah yaitu Sekolah Dasar Luqmanul Hakim, dan dakwah di Medan saat ini juga didukung dan dilanjutkan oleh Ali Nur, Abu Ihsan Al-Atsary, Husnel Matondang, Nurdin Al-Bukhary, Muhammad Yunus Universitas Sumatera Utara dan beberapa orang dari kalangan salafiyah lainnya. Sementara itu Jamaluddin tidak lagi aktif berdakwah di Medan dan iapun memutuskan untuk tinggal di Medan, langkah dakwahnya dilanjutkan oleh muridnya yaitu Muhammad Faishal Jamil. Berdirinya Yayasan Al-Mujahadah memberikan indikasi tentang konsistensi salafiyah dalam menyebarkan ajarannya. Yayasan Al-Mujahadah sendiri kesekretariatannya berlokasi di Jalan Panglima Denai Gg. Wakaf Medan Denai, dikarenakan domisilinya masyarakat Medan mengenal dengan istilah Salafi Denai. Yayasan ini didirikan oleh Jamaluddin dan saat ini dilanjutkan oleh muridnya yaitu Muhammad Faishal bin Jamil. Awalnya Jamaluddin merintis dan mengembangkan dakwah salafiyah ini di Medan Denai, dikarenakan saat itu didaerah ini merupakan banyak kaum pendatang yang berprofesi sebagai pedagang bersuku Minang, Sumatera Barat yang memiliki kesamaan dengan Jamaluddin Iqbal:2008. Pasca lulusnya Muhammad Faishal Jamil disalah satu pesantren di Jawa, ia pun melanjutkan dakwah salafiyah dan mengasuh Pondok Pesantren Salafiyah diderah tersebut hingga saat ini. Pengajian-pengajian yang diakukan oleh yayasan ini umumnya berpusat disatu tempat saja yang diasuh oleh satu ustadz, dan tidak menyebar ke berbagai daerah Medan lainnya. Sementara itu Yayasan Minhajussunnah adalah sebuah yayasan yang baru didirikan sekitar tahun 2000 dibawah asuhan Abdul Fattah, Abu Ihsan Al-Atsary dan Ali Nur, ketiga ustadz ini dijadikan sebagai penasehat yayasan, sedangkan pengurusnya berasal dari kalangan salafiyah yang sering mengikuti kajian dengan ketiga ustadz tersebut. Minhajussunnah juga kerap mengadakan dauroh umum beberapa bulan sekali yang mengundang pembicara dari kalangan ustadz diluar Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 2009, Yayasan Minhajussunah mendirikan sebuah Sekolah Menengah Pertama SMP Islam Ulun Nuha yang berbasiskan pada kurikulum sekolah umum dan pesantren yang berlokasi sama dengan sekretariatan yayasan di Jalan Karya Gg. Eka Wali Pribadi Medan Johor. Sekolah ini didirikan juga tidak terlepas partisipasi dari kalangan salafiyah Kota Medan seperti pembangunan dan pendanaan awal sekolah yang berasal dari sumbangan baik itu berupa materi maupun tenaga.

4.5. Sistem Politik Islam Siyasah Syar’iyah Perspektif Salafiyah