Dari tabel 5.13. dapat diketahui bahwa proporsi gejala berat maupun gejala ringan yang tertinggi pada laki-laki yaitu masing-masing 52,0 dan 56,2.
Hasil analisa statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin
dengan gejala.
5.3.5. Status Gizi Berdasarkan Gejala
Proporsi status gizi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan tahun 2009, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Status Gizi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria Rayon
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009
Gejala Status Gizi
Jumlah Gizi Kurang
Gizi Baik f
f f
Gejala Berat 51
20,2 201
79,8 252
100 Gejala Ringan
8 12,5
56 87,5
64 100
χ
2
=2,013 df=1
p=0,156 Dari tabel 5.14. dapat diketahui bahwa proporsi gejala berat maupun gejala
ringan yang tertinggi pada gizi baik yaitu masing-masing 79,8 dan 87,5. Hasil analisa statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p0,05. Hal ini
menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara status gizi dengan gejala.
Universitas Sumatera Utara
5.3.6. Jumlah Leukosit Berdasarkan Gejala
Proporsi jumlah leukosit penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan gejala di Klinik Malaria Rayon Panyabungan tahun 2009, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Jumlah Leukosit Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Gejala di Klinik Malaria
Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009
Gejala Jumlah Leukosit
Jumlah Meningkat
Normal f
f f
Gejala Berat 25
9,9 227
90,1 252
100 Gejala Ringan
9 14,1
55 85,9
64 100
χ
2
=0,912 df=1
p=0,340 Dari tabel 5.15. dapat diketahui bahwa proporsi gejala berat maupun gejala
ringan tertinggi pada penderita dengan jumlah leukosit normal yaitu masing-masing 90,1 dan 85,9.
Hasil analisa statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jumlah leukosit
dengan gejala.
Universitas Sumatera Utara
5.3.7. Gejala Batuk Berdasarkan Jumlah Leukosit
Proporsi gejala batuk penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan jumlah leukosit di Klinik Malaria Rayon Panyabungan tahun 2009, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Gejala Batuk Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Jumlah Leukosit di Klinik
Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009
Jumlah Leukosit
Gejala Batuk Jumlah
Tidak Ada Ada Batuk
f f
f
Meningkat 13
38,2 21
61,8 34
100 Normal
67 23,8
215 76,2
282 100
χ
2
=3,363 df=1
p=0,067 Dari tabel 5.16. dapat diketahui bahwa proporsi jumlah leukosit meningkat
maupun jumlah leukosit normal tertinggi pada penderita dengan ada batuk yaitu masing-masing 61,8 dan 76,2.
Hasil analisa statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara gejala batuk
dengan jumlah jumlah leukosit.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Pada Anak 6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin
Proporsi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan umur dan jenis kelamin di Klinik Malaria Rayon Panyabungan tahun 2009, dapat dilihat
pada gambar di bawah ini :
Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 Berdasarkan gambar 6.1. dapat diketahui bahwa proporsi umur tertinggi
adalah 5-9 tahun 36,1 laki-laki 18,7 dan perempuan 17,4 dan tidak ada penderita malaria parasit positif pada anak umur 0-1 bulan. Distribusi proporsi jenis
kelamin adalah laki-laki 52,8 dan perempuan 47,2. Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat
terkena malaria. Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan perempuan
Universitas Sumatera Utara
atau pada berbagai golongan umur dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti kekebalan, keadaan gizi dan hal lainnya yang mendukung. Namun jika dilihat dari
usia, anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria dibandingkan orang dewasa.
21,26
Perilaku nyamuk mencari darah juga ikut menentukan dalam proses penularan malaria, penularan tidak hanya terjadi di luar rumah oleh nyamuk golongan eksofagik
namun juga terjadi di dalam rumah oleh nyamuk golongan endofagik, sehingga anak- anak menjadi sasaran utama terhadap serangan penyakit malaria.
26
Hasil dari penelitian ini didapat bahwa penderita malaria terbanyak pada kelompok umur 5-9 tahun. Hal ini kemungkinan karena mulai berkurangnya protektif
orangtua kepada anak-anaknya sehingga kebiasaan saat tidur tidak lagi menggunakan kelambu, atau menggunakan kelambu yang sudah tidak layak pakai lagi.
Kemungkinan penyebab lain adalah kebiasaan anak yang masih belajar pada malam hari tanpa menggunakan perlindungan terhadap gigitan nyamuk, sehingga sangat
memungkinkan untuk digigit oleh nyamuk penyebab malaria.
Universitas Sumatera Utara
6.1.2. Jenis Parasit