Status Gizi Jenis Pengobatan

Gejala malaria berat pada anak-anak yang paling dini biasanya adalah demam 37,5 - 41 C, selanjutnya tidak bisa makan atau pun minum, sering mengalami rasa mual dan batuk-batuk namun biasanya diare lebih jarang terjadi. 38

6.1.5. Status Gizi

Proporsi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan status gizi di Klinik Malaria Rayon Panyabungan tahun 2009, dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Status Gizi di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 Berdasarkan gambar 6.7. dapat diketahui bahwa proporsi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan status gizi tertinggi adalah gizi baik 80,4 dan terendah adalah gizi lebih 0,9. Hal ini bukan berarti anak dengan gizi baik lebih cenderung untuk menderita malaria, namun keterkaitannya dengan jumlah penderita malaria yang datang berobat ke Klinik Malaria Rayon Panyabungan mayoritas anak dengan gizi baik. Universitas Sumatera Utara Merujuk laporan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, kategori status gizi balita di Kabupaten Mandailing Natal yang tertinggi yaitu gizi baik 70,1, gizi kurang 16, gizi buruk 10,1, dan gizi lebih 3,8. 12 Riskesdas 2007, sebagai rujukan untuk menentukan kurus atau berat badan BB lebih anak usia 6-14 tahun usia sekolah di Kabupaten Mandailing Natal, untuk BB lebih tertinggi pada laki-laki 16,6 dan pada perempuan 11,5 sedangkan kekurusan tertinggi pada laki-laki 12,5 dan perempuan 9,1. 57 Sisanya 50,3 anak usia 6-14 tahun dengan berat badan normal. Hal ini diartikan anak dengan berat badan normal adalah anak yang mempunyai status gizi baik.

6.1.6. Jenis Pengobatan

Proporsi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan jenis pengobatan di Klinik Malaria Rayon Panyabungan tahun 2009, dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Jenis Pengobatan di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Tahun 2009 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 6.8. dapat diketahui bahwa proporsi penderita malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan jenis pengobatan menggunakan ACT sama besarnya dengan yang menggunakan non-ACT 50. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat adalah komponen yang utama dari strategi global pada pemberantasan malaria. Penggunaan obat yang tepat dari obat antimalaria tidak hanya mempersingkat lamanya penyakit malaria tetapi juga menurunkan insiden dari komplikasi dan kematian. Selain itu persyaratan obat antimalaria yang ideal adalah obat mempunyai efek terhadap semua jenis dan stadia parasit, cara pemakaian yang mudah, harga terjangkau dan ketersediaan, serta efek samping ringan dan toksisitas rendah. Walaupun kelompok derivat artemisinin ACT sudah dianjurkan digunakan di seluruh dunia, namun tidak dapat membunuh semua stadium parasit parasit dalam hati atau hipnozoit dan gametosit matang. Resistensi obat antimalaria sudah menyebar lebih dari 15-20 tahun terutama di Afrika, Asia Tenggara termasuk Indonesia, penggunaan obat tunggal monoterapi dalam program malaria sudah mulai ditinggalkan. Hal tersebut dapat diperkecil dengan menggunakan kombinasi beberapa obat standar non-ACT. 58 Hal yang sangat penting dalam pengobatan malaria adalah faktor pilihan dan penggunaan obat-obat antimalaria yang efektif disesuaikan dengan jenis kasus malaria yang dihadapi. Informasi yang diperoleh dari petugas di Klinik Malaria Rayon Panyabungan bahwa tidak semua penderita malaria parasit positif pada anak dapat diberikan pengobatan dengan ACT dikarenakan berbagai penyebab terutamanya disesuaikan dengan gejala si penderita pada saat berobat. Obat ACT dapat diberikan kepada Universitas Sumatera Utara penderita dengan gejala berat yang memiliki imunitas baik. Pemberian ACT memiliki efek samping gangguan saluran cerna termasuk mualmuntah sehingga penderita malaria yang datang dengan gejala ada mualmuntah maka tidak diberikan ACT karena akan menambah rasa mualmuntah tersebut, berdasarkan data yang diperoleh dari klinik, diketahui bahwa penderita malaria yang datang berobat menunjukkan gejala mualmuntah dengan sensitivitas 45,3. Alasan lain ACT tidak dapat diberikan karena terkadang persediaan obat ACT yang terbatas di klinik. Oleh karena itu, petugas di klinik memberikan pengobatan non-ACT kepada penderita malaria parasit postif pada anak.

6.1.7. Pemeriksaan Hasil Akhir Pengobatan