BAB II GAMBARAN UMUM ISLAM LIBERAL
A. Pengertian
Istilah Islam Liberal secara eksplisit muncul dalam karya Greg Barton yang dterbitkan oleh Paramadina pada tahun 1999, dan setelah itu muncul buku
Charles Khuzman, yang diterbitkan oleh Paramadina pada tahun 2001, yang berjudul Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu
Global, isu Islam Liberal kian marak, termasuk kontroversinya. Kontroversi yang keras dipuncaki dengan fatwa hukuman mati terhadap kaum Islam Liberal oleh
beberapa ulama yang menganggap sesat terhadap ajaran dan pemikiran Islam Liberal dan setelah itu juga muncul buku-buku yang mendukung dan mengkritik
Islam Liberal
9
Terdapat beberapa terminologi yang menjelaskan tentang Islam Liberal. Charles Khurzman dalam pengantar editorialnya dalam buku Liberal Islam: A
Sourcebook menjelaskan bahwa Islam Liberal merupakan sebuah penafsiran
9
Buku-buku yang mendukung diantaranya : buku yang disunting oleh Luthfi Asaukani dengan judul Wajah Islam Liberal di Indonesia, dan disertasi abd Ala, MA, dengan judul Dari
Neo Moderenisme ke Islam Liberal , Jejak Fazlurahman dalam Wacana Islam Liberal. Sementara
buku-buku yang mengkritik adalah : Buku Hartono Ahmad Jaiz yang berjudul Bahaya Islam Liberal
dan juga buku Aliran dan Faham Sesat di Indonesia. Dan buku Adian Husaini yang berjudul: Penyesatan Opini dalam Islam Liberal : sejarah, konsepsi, penyimpangan. Dan
jawabannya .
progresif terhadap teks Islam yang secara otentik berangkat dari kasanah tradisi awal Islam untuk berdialog agar dapat menikmati kemajuan moderenitas, seperti
kemajuan ekonomi, demokrasi, hak-hak asasi manusia, dan lain lainya. Pandangan ini mempercayai bahwa Islam apabila secara otentik sejalan dengan
Liberalisme bahkan printis bagi Liberalisme barat.
10
Berbeda dengan terminologi yang disebut diatas Leonard Binder memahami bahwa terminologi Islam Liberal berbeda dengan terminologi Islam
Tradisionalis. Dalam penelitiannya, Islam Tradisional menjadikan bahasa Al- Quran sebagai basis pengetahuan yang absolut tentang dunia, sedangkan Islam
Liberal memahami bahwa wahyu berkoordinasi dengan esensi dari wahyu, namun isi dari wahyu tidak bersifat harfiah verbal. Mengingat kata-kata dari Al-Quran
tidak mencakup dari seluruh pemahman makna tentang wahyu Tuhan, sehingga perlu upaya untuk memahami apa yang disajikan dan menjadi dasar dalam bahasa
Al-Quran, melampauinya, mencari apa yang direpersentasikan dan ditampakan oleh bahasa wahyu, tetapi tetap tidak bertentangan dengan semangat dasar Islam
itu sendiri.
11
Diskursus rasional yang radikal dalam Islam yang disebut dengan wacana Islam Liberal berupaya untuk membawa pada level praksis penafsiran terhadap
10
Charlez Khurzman ed, Wacana Islam Liberal : pemikiran Islam kontemorer tentang Isu-isu Global
, Penerjemah, Bahrul Ulum, et, al,. Jakarta:Paramadina, 2001, cet. 1, h. xxxii- xxxiii.
11
Leonard Binder, Islam Liberal, Kritik Terhadap Ideologi Pembangunan, Penerjemah, Imam Mutaqien: dari buku yang berjudul: Islam Liberalism: a Critique of Development Ideologies
Jakarta: Pustaka Pelajar, 2001, cet. 1, h. 36
.
Islam secara integral berhubungan dengan esensi wahyu, konteks historis, ruang dan waktu berdasarkan atas penafsiran yang bersifat liberalitatif dan rasionalistik
untuk mencapai dialog bagi pencarian terhadap kebenaran Al-Quran.
12
Lutfy Asyaukani mengatakan: Bahwa Islam Liberal adalah perlawanan atau pemberontakan, dan atau Islam
yang bebas dari otoritas masa silam dan bebas menafsirkan secara kritis atas otoritas tersebut.
13
Menurut Ulil Abasr Abdalah beliau adalah salah satu pendiri Jaringan Islam Liberal di Indonesia. Ia mengatakan bahwa:
Dengan membubuhkan kata Liberal pada Islam, sesungguhnya ia hendak menegaskan kembali dimensi kebebasan Islam yang jangkarnya adalah niat
atau dorongan-dorongan emotif-subyektif dalam manusia itu sendiri.
14
Sebaiknya dan seharusnya kata Liberal dipahami dengan objektif dan tidak ada sangkut pautnya dengan kebebasan tanpa batas, dengan sifat-sifat
permisif yang melawan kecendrungan intrinsik hakiki dalam akal manusia itu sendiri. Dengan menekankan kembali kebebasan manusia, dan menempatkan
manusia pada fokus penghayatan keagamaan, maka sesungguhnya itu semua telah menghidupkan kembali integritas wahyu dan Islam itu sendiri.
Mohammad Nasih berpendapat bahwa Islam Liberal merupakan suatu bentuk penafsiran baru terhadap agama Islam dan keterbukaan pintu ijtihad pada
12
Leonard Binder, Islam Liberal-kritik terhadap ideologi pembangnan , penerjemah Imam Mutaqien: dari buku: Islam Liberalism: a Critique of Development Ideologies Jakarta:
Pustaka Pelajar, 2001, cet ke-1, h. 5-6.
13
http:www.islamlib.com , tentang Islam Liberal, 16 oktober 2007
14
Hasil wawancara langsung dengan Ulil Absahar Abdalah, 20 September 2007
semua bidang juga penekanan pada semangat penafsiran kontekstual, bukan pada makna literal teks, kebenaran yang relatif, terbuka, pluralistik, dan keberpihakan
pada minoritas dan tertindas.
15
Jadi Islam Liberal menurut Mohammad Nasih suatu bentuk ijtihad yang kaya akan ijtihad, penyelaman kembali pada bunyi teks
Al-Quran dan hadis, yang pada kenyataannya Islam adalah agama bagi seluruh alam, agama penyelamat manusia. Bukan hanya diperuntukan untuk kaum Islam
saja, tetapi untuk semua manusia didunia ini.
B. Akar Islam Liberal