Konsep Kebebasan beragama Islam Liberal

BAB IV KORELASI PEMIKIRAN KEBEBASAN BERAGAMA ISLAM

LIBERAL TERHADAP MURTAD APOSTASY

A. Konsep Kebebasan beragama Islam Liberal

Kebebasan beragama, sebagai sebuah kepedulian umum umat manusia dan perhatian internasional, masih relatif baru. Pada zaman dahulu, problematika ini tidak relevan. Sepanjang zaman itu, semua orang terbiasa menyembah dewa- dewa dikampungnya, merupakan tugas dewa untuk menjaga keluarga, menjaga rumah, menysejahterakan Negara. Dewa chartage 71 sebagai contoh secara alami merupakan musuh bagi dewa-dewa Roma.dalam konteks itu penolakan terhadap dewa-dewa sama artinya pembangkangan terhadap Negara. Situasi ini hampir sama dalam tradisi Injil, dalam injil Yahweh, bertindak sebagai Tuhan orang-orang Yahudi, ia terus menerus mengingatkan umatnya agar tidak menyembah Tuhan yang lain dan agar mematuhi hukumnya. Umat yang ber-Tuhan satu itu, juga merupakan berentitas fisik. Seperti dua belas suku berasal dari Ibrahim melalui Ishaq dan Yaqub dengan satu negeri yaitu Palestina, 71 Peter L Berger, Sisi lain Tuhan, Polaritas dalam Agama-Agama Dunia,Yogyakarta, CV Qalam,2003, cet,1 h. 244 kelompok Yahudi merupakan prototipe kesatuan yang ideal mereka mematuhi hukum darah, tempat dan agama. Yudaisme adalah prototipe sempurna dari suatu komunitas dengan keseragaman etnis yang berakar pada agama yang dibentuk dalam suatu negeri. Maka, adalah suatu yang absurd untuk berbicara kebebasan beragama dalam kasus seperti ini, atau melepaskan sama sekali. Orang-orang Yahudi yang keluar dan memeluk agama lain berarti dia sudah kehilangan identitas komunitas dalam negaranya. Konversi mereka dianggap sebagai penghianatan dan, dengan demikian, dapat di pastikan mendapatkan vonis mati. jika kita mengangkat kasus komunitas Yahudi ini sebagai sebuah prototipe, kasus tersebut bukan tanpa kemiripan dengan kasus ummat Islam klasik, sebagaimana yang telah di bentuk oleh teologi tradisional. Karena alasan-alasan historis, sitiuasi ini berubah dengan penyebaran Kristen. Sejak semula, penyebaran ini tidak berhubungan dengan Negara, dan para pengikut Yesus, komunitas Yahudi, menolak dakwahnya. Yesus memerintahkan murid-muridnya untuk mempersembahkan pada kaisar sesuatu yang milik kaisar, dan kepada Tuhan yang adalah milik Tuhan. 72 Ini merupakan usaha revolusioner untuk memisahkan agama dengan Negara dan untuk memastikan kebebasan individual, ini gagal, karena waktunya belum matang. Dan konsekuensinya Negara Roma menganggap orang-orang Kristen yang awal adalah sebagai pembangkang, karena penolakan mereka untuk menyembah dewa- dewa kampung dan kelompok sosial mereka. Oleh karena itu mereka 72 Injil Matius, Pasal 22, ayat 21 diperlakukan seperti pemberontak terhadap Negara. Hak untuk menentukan diri sendiri dan hak kebebasan beragama telah diabaikan oleh mereka. Dan mereka tidak dapat bergerak bebas sesuai kesadaran mereka. 73 Singkatnya, gereja dan Negara segera menyadari bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Intoleransi kelompok sosial atau keagamaan yang dominan segera menegaskan dirinya dimana-mana dengan berbagai macam perang intren maupun ekstern, segala bentuk diskriminasi dan kekerasan. Tak terkecuali dunia Islam, ada pelanggaran hak-hak fundamentalis tersebut. Tetapi, Dalam dunia Islam terdapat masa-masa yang penuh hormat, inklusif dan penuh dialog. Seperti sebelum abad ke-19, ada klaim bahwa atas hak berpikiran bebas, liberalisme politik dan studi-studi filosofis sedang menjadi trend, tetapi tetap kebebasan beragama menjadi sinonim sekularisme dan ateisme. Konsekuensinya perang melawan kebebasan beragama yang tak kenal kompromi dilancarkan yang ditunggangi oleh kesalah pahaman, maka untuk membicarakan hal ini kita harus terlepas dari konsepsi palsu tersebut. 74 Harus diakui bahwa kebebasan beragama saat ini mengakar pada kehidupan sosial kita. Sejak deklarasi hak asasi manusia pada tahun 1945, konsep ini telah muncul sebagai bagian esensial dari hukum internasional. 75 73 Peter L Berger, Sisi lain Tuhan, Polaritas dsalam Agama-Agama Dunia,Yogyakarta: CV Qalam,2003, cet,1 h. 256 74 Noviriantoni, Anggota Jaringan Islam Liberal, Wawancara Peribadi, Jakarta, 20 Januari 2008 75 Ayang Utriza, Kebebasan Beragama Dalam Islam dan Praktiknya di Negara-negara Islam , mimbar agama dan budaya, vol 2, 2005 No 4 h. 1 Di lain pihak kita hidup dalam dunia pluralistik yang ditakdirkan untuk semakin maju dan berbudaya, manusia mempunyai hak untuk berbeda dan planet bumi ini telah sedemikian kecil untuk ambisi-mbisi dan mimpi-mimipi kita. Maka sebetulnya didunia ini sudah tidak ada ruang lagi untuk ekslusif, dan kita harus mengakui satu sama lain sebagaimana adanya kita. Bahwa keanekaragaman adalah hukum zaman kita, setiap manusia adalah tetangga bagi manusi yang lain. Di negeri-negeri Islam, telah sejak lama terbiasa hidup berdampingan dengan komunitas-komunitas yang berlainan iman. Hal ini tidak mudah sebagaimana telah dibuktikan oleh peristiwa-peristiwa masa laludan sekarang. Hanya belakangan ini kita dihapkan dengan sekularisme.inilah giliran kita merasakan agnostisisme dan ateisme. Kita harus menyadari perubahan dalam masyrakat kita yang membingungkan dan menerapkan teologis kita yang dalam konteks baru dan belum pernah terjadi. 76 Tetapi, sebelum beranjak lebih jauh kita harus tahu apa kebebasan Bergama itu? Apakah ini hanya hak untuk tidak percaya menjadi kafir? Seorang mungkin memang berkata bahwa kebebasan beragama hanya lah satu aspek bagi pertanyaan itu. Akan tetapi kebebasan beragama yang sesungguhnya adalah hak untuk menentukan bagi diri sendiri, tanpa segala bentuk teknan, paksaan, rasa takut dan was-was, dan untuk percaya atau tidak, hak untuk memikul dengan penuh kesadaraan takdir sendiri, bahkan hak untuk mengekspresikan pilihan 76 http:www islamlib.com, Tentang Islam Liberal, 23 januari 2008 keyakinannya, untuk menyembah dan bersaksi dengan bebas. Maka timbul pertanyaan apakah definisi ini sesuai dengan ajaran-ajaran dasar Al-Quran. Sebetulnya kebebasan beragama dibangun dari persepektif Al-Quran, pertama dan seterusnya, atas dasar tabiat manusia yang kodrati, manusia bukanlah sesuatu ditengah-tengah yang lain, diantara seluruh jajaran makhluk, hanya manusia yang memiliki tugas dan kewajiban. Manusia merupakn makhluk pengeculian. Yang tidak bisa disederhanakan dengan bentuk fisik saja, karena manusia sebelum makhluk lain adalah sebuah spirit. Spirit yang diberi kekuatan untuk mengetahui yang absolut dan naik mencapai Tuhan, jika manusia menjadi makhluk yang istimewa di alam semesta itu karena Tuhan menghembuskan sesuatu dari spirit-Nya. Seperti ungkapan Al-Quran sebagai berikut: ⌧ ☺ ⌧ ﺪ ا : Artinya: Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh ciptaan-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi kamu sedikit sekali bersyukur . QS.As- Sajadah: 9 Seperti halnya makhluk lainnya tentu saja manusia adalah materi, mereka di ciptakan dari tanah liat yang baik, dan dari tanah yang mudah dibentuk. ☺ ☺ ﺮ ا : Artinya: Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk, QS.Al- Hijr:28 Manusia memiliki dua sisi, pertama sisi tanah yang membuat manusia rendah dan sisi Ruh Tuhan yang membuat manusia tinggi. Menurut A Yusuf Ali 1827-1052 Jika digunakan dengan tepat, akan memberikan manusia keunggulan dari makhluk-makhluk yang lain. 77 Posisi istimewa dalam tatanan alam, digambarkan Tuhan dalam Al- Quran dimana malaikat diperintahkan untuk sujud pada Adam. ⌧ ﺮ ا : Artinya : Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniupkan kedalamnya ruh ciptaan-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.QS. Hijr: 29. 78 Prototipe surgawi manusia, agaknya, dan asalkan manusia diposisikan sebagai makhluk, kita dapat mengatakan bahwa Islam sejalan dengan pewaris spiritual Ibrahim lainnya, yaitu umat Yahudi dan Kristen. Karena Tuhan menciptakan manusia dalm citra-Nya. Maka manusia bagaimanapun kemampuan, kecakapan fisik dan intelektualnya serta kecerdasannya, semua manusia sungguh- 77 Mohamed Talbi, Religius Liberty: A Muslim Persepective Liberty and conscience, Inggris: Committee for the defense of Religious Liberty, Musim Semi, 1998, penerjemah: Bahrul Ulum, Heri Junaedi, Kebebasan beragama, Jakarta:Paramadina,2003, cet 1, h. 252-253 78 dimaksud dengan sujud disini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan kepada Adam As. sungguh setara, karena manusia memiliki hembusan Ruh yang sama dari Tuhan. Dan dengan Ruh ini pula manusia mampu mencapai Tuhan dan menjawab panggiln-Nya dengan bebas. Konsekuensinya manusia memiliki martabat dan kesucian yang sama, dan oleh sebab itu manusia berhak menentukan dirinya sendiri di dunia dan di akhirat nanti. Dari perspektif Al-Qurn bahwa hak asasi manusia berakar pada sifat natural manusia, dan hal ini disebabkan oleh rencana dan ciptaan Tuhan. Jadi dari penjelasan diatas bahwa landasan bagi hak asasi manusia adalah kebebasan beragama. 79 Dari persepektif Islam, manusia diciptakan bukan hanya hasil dari rasio dan keniscayaan tetapi penciptaan mereka berdasarkan rencana dan tujuan. Melalui hembusan, mereka menerima kemampuan untuk menjdi satu dengan Tuhan manusia adalah makhluk yang istimewa dengan keunggulan sepiritual, seperti dikatakan dalam Al-Quran sebagai berikut: ⌧ ⌧ ☺ .⌧ ءﺮ ا : 79 Mohamed Talbi, Religius Liberty: A Muslim Persepective Liberty and conscience, Inggris, Committee for the defense of Religious Liberty, Musim Semi, 1998, penerjemah: Bahrul Ulum, Heri Junaedi, Kebebasan beragama, Jakarta Paramadina,2003, cet 1, h. 252-253 Artinya: Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, 80kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.QS.17:70 Manusia diciptakan tidak main-main, mereka mengemban misi dari Tuhan dan mereka wakil Tuhan dibumi ini. Dan dengan demikian Tuhan membebaskan manusia untuk memilih jalan hidupnya sendiri karena manusia adalah makhluk yang mampu berfikir dan mempunyai hati, untuk membedakan yang mana yang baik dan yang buruk, seperti yang telah diungkap oleh Al-Quran: ☺ ☯ . ﺎ ا : Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, Maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, Maka itu akan menimpa dirinya sendiri, Kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. QS. Al-Jaatsiah: 15. Ini sudah jelas bahwa manusia mesti memilih jalan hidupnya dengan bebas, tanpa paksaan, semua harus menjalankan takdir mereka secara sadar, Al- Quran dengan tegas menyatakan bahwa paksaan tidak sesuai dengan agama Islam: ⌧ ☺ ☺ 80 Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan. ⌧ ﺮ ا : Artinya: Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam; Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut 81 dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.QS. Al-Baqarah:256 . Menurut Mohammed Talbi bahwa hanya teks Al-Quran saja diantara wahyu-wahyu yang Tuhan kirimkan yang secara tegas menyatakan kebebasan beragama. Alasannya adalah iman agar benar dan diyakini, harus merupakan tindakan yang ikhlas. Dalam hubungan ini, bukanlah kesia-siaan untuk menggaris bawahi bahwa ayat yang telah dikutip telah digunakan untuk menegur beberapa orang Yahudi dan Keristen, yang baru saja memeluk Islam di Madinah yang juga hendak mengislamkan anak-anak mereka, sehingga semakin jelas bahwa iman urusan dan komitmen individual, dan bahwa orang tua pun tidak bisa mencampuri urusan ini. Iman sebagaimana dijelaskan dalam konteks dasar Islam dengan kata- kata yang jelas dan tidak dapat diragukan lagi, merupakan tindakan sukarela yang lahir dari keyakinan dan kebebasan. 82 Sesungguhnya, Tuhan pun tidak memaksakan kehendak-Nya. Hal ini juga dengan jelas digambarkan dalam Al-Quran. Iman adalah pemberian bebas, hidayah Tuhan kepada siapa saja, manusia hanya dapat menerima atau 81 Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t. 82 Mohamed Talbi, Religius Liberty: A Muslim Persepective Liberty and conscience, Inggris, Committee for the defense of Religious Liberty, Musim Semi, 1998, penerjemah: Bahrul Ulum, Heri Junaedi, Kebebasan beragama, Jakarta Paramadina,2003, cet 1, h. 254 menolaknya, manusia mempunyai kekuatan untuk membuka hati dan menerima pemberian Tuhan jika petunjuk hudan telah dikirimkan kepada mereka, dengan hangat, mereka diajak untuk mendengarkan panggilan Tuhan. Tuhan juga mengingatkan manusia dengan bahasa yang tegas dan jelas, sebagaimana telah digaris bawahi dalam teks Al-Quran yang telah dikutip yang menekankan kebebasan manusia, telah jelas perbedaan jalan yang benar dari yang salah. Maka terserah manusia untuk memilih jalan yang mana, dan inilah harga dan martbat manusia, bukan menjadi hal yang tabu bahwa manusia bisa melakukan kekeliruan dan kesalahan dalam memilih jalan yang menyimpang dari jalan yang lurus. Singkatnya, manusia mempunyai kapasitas untuk tidak menjawab panggilan Tuhan. Dan kapasitas ini menjadi kriteria kebebasan yang hakiki manusia. Bahkan Rasul saja yang misi dan tugasnya menyampaikan wahyu dari Tuhan tidak dapat membantu dalam masalah ini, karena memang manusia mempunyai kebebasan penuh, Rasul dengan jelas dan tegas diingatkan untuk menghormati kebebasan manusia dan misteri Tuhan dibalik hal tersebut, seperti yang telah diungkap oleh Al-Qur’an sebagai berikut: ⌧ ﻮ : Artinya: Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya QS. Yunus: 99 Dalam terjemahannya, A Yusuf Ali, berkomentar: orang-orang yang beriman harus bersabar dan tidak marah, jika mereka harus berjuang melawan orang-orang kafir, dan yang paling penting mereka harus bertahan dari godaan untuk memaksakan iman, yaitu dengan paksaan pisik, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain seperti tekanan social, atau rayuan-rayuan kesejahteraan atau jabatan, tau rayuan-rayuanlainnya kepada oarng lain. Karena iman yang dipaksakan bukanlah iman. Misi rasul, dan semua umatnya ditekankan untuk menasihati, memperingati, menyampaikan pesan, dan menegur tanpa paksaan. Ia diperintahkan seperti itu dalam Al-Quran: ⌧ ☺ ⌦ ⌧ . ☺ ﺎ ا : - Artinya: 21. Maka berilah peringatan, Karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. 22. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. QS. Al- Gaasiyyah:21-22. Dengan kata lain, Tuhan telah merancang manusia menjadi makhluk yang bebas dari apa yang dia inginkan, dengan kebebasan dan kesadaran yang penuh, keinginan dan jawaban yang patuh pada panggilan-Nya, dan itulah makna paling dasar dari Islam. Menurut Noviriantoni anggota Jaringan Islam Liberal, menyatakan bahwa manusia diciptakan dengan akal budi, yang bisa menentukan jalannya sendiri dengan pikiran dan hati nuraninya. Maka dengan demikian manusia menjadi makhluk yang bebas untuk menentukan jalan yang benar dan yang salah, tetapi Hal ini bukan berarti kita sebagai manusia menjadi tidak peduli dengan manusia disekitar kita, justru Al-Quran mengajarkan dan memerintahkan untuk menyampaikan pesan dari Tuhan dakwah Islamiyah, meneruskan apa yang telah Rasulullah Saw kerjakan. Bukan menjadi manusia yang acuh terhadap orang lain, tetapi menjadi manusia yang peduli atas orang lain, dengan tidak memaksa orang lain. selanjutnya Tuhan menyuruh manusia untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain, agar terjadi ineraksi yang harmonis antara manusia. Seperti yang telah di ungkap Al-Quran sebagai berikut: 83 ⌧ اﺮ ا : Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. Al-Hujrah: 13 Yusuf Ali menafsirkan, sebagai berikut: ini ditujukan pada semua umat manusia, tentunya tidak hanya pada umat Islam, walaupun dipahami didunia yang sempurna, keduanya akan menjadi sinonim, manusia diturunkan dari sepasang orang tua. Suku, ras dan bangsa-bangsa adalah label untuk memudahkan, yang dengannya kita dapat mengetahui karakteristik tertentu yang berbeda. Dihadapan Tuhan mereka adalah satu, dan 83 Noviriantoni, Anggota Jaringan Islam Liberal, Wawancara Peribadi, Jakarta, 20 Januari 2008 orang-orang yang mendapat kemulyaan tertinggi adalah manusia yang paling bertaqwa. 84 Dengan kata lain, manusia diciptakan tidak untuk individualitas, tetapi mereka diciptakan untuk komunitas, ibadah manusia terletak pada rekonsiliasi manusia dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Kita harus mendapatkan jalan, pada setiap kasus kehidupan, untuk mewujudkan dua rekonsiliasi tersebut, tanpa mengkhianati Tuhan dan tanpa merusak hubungan dengan orang lain. Yaitu dengan berdialog secara baik dengan sesama manusia, seperti yang telah diungkap dalam Al-Quran, sebagai berikut: ☺ ☺ ﻜ ا : Artinya: Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, 85 dan Katakanlah: Kami Telah beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami Hanya kepada-Nya berserah diri. QS. Al-Ankabut:46. 84 Charlez Khurzman ed, Wacana Islam Liberal : pemikiran Islam kontemorer tentang Isu-isu Global, Penerjemah, Bahrul Ulum, et, al,. Jakarta:Paramadina, 2001, cet ke -1, h. 257 85 yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim ialah: orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan. Kata نﻮ yang digunakan dalam ayat ini dan diterjemahkan menjadi kata kerja kalimah fiil, berserah adalah muslim, kerena seorang muslim adalah orang yang berserah diri kepada Allah Swt. Maka umat Islam bisa menjadi muslim sejati apabila hidup dalam hubungan dialog dengan cara terbaik dengan orang-orang yang berbeda iman dan ideologi, kecuali dengan orang-orang yang zalim dari golongan Ahlul kitab, karena pada ayat tersebut terdapat illa lil isti’na, “pengecualian”, sebab tidak semua Ahlul Kitab itu zalim dan tidak semua yang seiman tidak zalim. Akhirnya berserah diri pada Tuhan, dan kita harus memperlihatkan kepedulian kita terhadap tetangga karena manusia adalah makhluk sosial. Dari segi keislaman Islam Liberal, bahwa kebebasan manusia adalah mutlak yang diberikan Tuhan pada manusia yang harus dijungjung tinggi dan tidak boleh diabaikan, dan saling menghormati kebebasan-kebebasan manusia disekitar kita, apalagi kebebasan menyangkut agama dan keyakinan, karena Al- Quran telah dengan jelas menyatakan tidak ada paksaan dalam beragama, ini menjadi dasar pemikiran Islam Liberal dalam menyikapi masalah yang berbenturan dengan keyakinan seseorang. Kita harus ingat dengan sebuah hadits Nabi: orang yang beriman tidak pernah berhenti mencari kebijaksanaan, dan ketika ia mendapatkannya maka ia akan mengambilnya. 86 Dan sebuah teks Al-Quran menyatakan : 86 Mohamed Talbi, Religius Liberty: A Muslim Persepective Liberty and conscience, Inggris, Committee for the defense of Religious Liberty, Musim Semi, 1998, penerjemah: Bahrul Ulum, Heri Junaedi, Kebebasan beragama, Jakarta: Paramadina,2003, cet. 1, h. 256 ☺ ⌧ ⌧ ﺮ ﺰ ا : Artinya: Katakanlah: Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui barang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkannya. QS. Azumar: 46.

B. Pandangan Islam Liberal Terhadap Orang yang Murtad