murtad. Jadi tegasnya tidak ada hukuman bagi pelaku apostasi didunia, hukumannya diserahkan kepada Tuhan dihari akhirat nanti.
103
D. Hukuman Murtad di Negara-negara Islam.
Hampir seluruh Negara-negara Muslim Arab dalam konstitusinya mereka menjamin kebebasan beragama. Undang-undang pertama Mesir tahun 1923, pasal
12 disebutkan kebebasan beragama adalah mutlak. Pasal 46 UU 1947 yang sekarang berlaku di Mesir, berbunyi Negara menjamin kebebasan beragama dan
kebebasan menjalankan ibadah. Pasal 35, alinea pertama, Undang-undang Syiria Tahun 1973
menyebutkan kebebasan beragama itu dijamin dan Negara menghormati semua agama.
Pasal 14 UU Yordania tahun 1952 menyatakan Negara melindungi kebebasan memperaktikan agama dan kepercayaan sesuai dengan tradisi
kerajaan dengan ukuran semua itu tidak mengganggu keteraturan masyarakat atau kesusilaan.
Bunyi pasal ini hamper sama dengan bunyi pasal 9 UU Libanon, pasal 35 UU Kuwait, pasal 25 UU Irak sebelum perang Irak, pasal 32
Uni Emirat Arab, dan pasal 22 UU Bahrain.
104
Konstitusi terbaru Negara-negara Arab tidak secara tegas menyebutkan kebebasan beragama, hanya secara tersirat saja, seperti pasal 35 UU Aljazair
103
Mahmoud Ayoub, Religious Freedom And The Law of Apostasy in Islam Roma, Islamochistiana,1994, h. 39
104
Ayang Utriza, Kebebasan Beragama Dalam Islam dan Praktiknya di Negara-negara Islam
, mimbar agama dan budaya, vol 2, 2005 No 4 h. 364
menyebutkan kebebasan berfikir dan kebebasan berpendapat tidak bisa diganggu gugat.
Pasal 35 UU Yaman tahun 1990 menyatakan tempat ibadah tidak boleh diganggu demikian juga rumah dan tempat-tempat penelitian ilmu
pengetahuan, dan dilarang mengontrolnya atau menggeledah diluar hal-hal yang telah diatur dalam undang-undang.
Pasal 10 UU Mauritania 1991, Negara menjamin semua warga Negara, umum dan pribadi, kebebasan berpendapat,
berfikir, dan kebebasan berekspresi. Pasal 6 UU Maroko, menyatakan Islam
adalah agama Negara yang menjamin menjalankan semua bentuk ibadah. Dan
posisi Indonesia dalam kebebasan beragma adalah dalam pasal 28 UUD 1945 ayat 1 dan 2, menyatakan bahwa Negara menjamin warga negaranya dalam
beragama.
105
Hampir semua Negara-negara Islam Timur Tengah dalam konstitusinya menyatakan kebebasan beragama, walaupun ada beberapa Negara yang tidak
secara eksplisit menyebutkan kebebasan beragama dalam konstitusinya. Tetapi, apakah murtad termasuk dalam delik pidana dalam Undang-undang Negara-
negara Islam tersebut. Negara-negara muslim Arab tidak memasukan delik murtad dalam UU
pidana mereka, kecuali tiga Negara, Sudan, Mauritania, dan Maroko. Seperti pasal 126, ayat 1,2 dan 3, UU pidan Sudan tahun 1991, menyebutkn bahwa
orang-orang murtad dari Islam dihukum mati, pasal 36 UU pidana Mauritania
105
Moeljatno, Undang-undang Dasar Negara Repoblik Indonesia.,Jakarta, Bumi Aksara, 2006, cet ke 20, h. 15
tahun 1988 mnyebutkan semua kelakun baik perkatan maupun perbuatan yang mengandung kemurtadan diancam dengan hukuman mati.
Bahkan mereka yang menolak kewajiban shalat, jika tidak taubat diancam hukuman mati pula, dalam
pasal-pasal berikutnya.
106
Sementara pasal 220, Alinea 2, UU pidana Maroko tidak menyebutkan secara langsung hukuman orang murtad, tetapi, bagi mereka yang menyebabkan
murtadnya seseorang dikenai hukuman penjara 6 bulan hingga 3 tahun dan denda 100 hingga 500 Dirham.
107
Tampak jelas dalam Undang-undang pidana Sudan dan Mauritania hukuman pidana murtad adalah hukuman mati, sementara di
Maroko hukumannya hanya dipenjarakan dan didenda, jelas ini sudah menjadi perbedaan dalam menghukum pelaku murtad, ini artinya tidak adanya hukuman
yang konkrit dari sumber-sumber asli Islam tentang Murtad. Indonesia, hingga hari ini tidak ada pasal mengenai murtad dalam undang-
undang pidana Indonesia, jika ada tentu akan sangat mengerikan bagi kebebasan beragama, tidak ada UU pidana tentang murtad saja kelompok-kelompok Islam
radikal-fundamentalis sudah banyak menghalalkan darah orang, yang mungkin hanya berbeda faham tentang keagamaan, dianggap keluar dari Islam dan
dihakimi secara radikal hal ini banyak terjadi dinegara-negara Islam, diIndonesia
106
Ayang Utriza, Kebebasan Beragama Dalam Islam dan Praktiknya di Negara-negara Islam
, mimbar agama dan budaya, vol 2, 2005 No 4 h. 364
107
Ayang Utriza, Kebebasan Beragama Dalam Islam dan Praktiknya di Negara-negara Islam
, mimbar agama dan budaya, vol 2, 2005 No 4 h. 365
hanya ada pasal tentang penghinaan dan penistaan agama dalam pasal 156 UU Pidana Indonesia, yang menyebutkan bahwa:
Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 tahun, barangsiapa dengan sengaja dimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:
a. Yang ada pada pokoknya bersifat permusuhan, penylahgunaan atau
penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia. b.
Dengan maksud agar orang tidak menganut agam apapun juga yang bersendikan keTuhanan yang maha-Esa.
108
Walau kebebasan berfikir dan beragama sudah ada dalam konstitusi Negara-negara Islam. Tetapi, pada kenyataannya banyak kasus-kasus murtad
yang ditujukan pada pemikir-pemikir Islam yang dianggap sesat dan menyeleweng dari Al-Quran dan Asunnah, dan dengan mengatas namakan Tuhan
mereka membunuh saudaranya sendiri hanya karena tidak sependapat dengan kelompok yang massif, seperti kasus meninggalnya pemikir Islam Libanon
Mustafa Guha, pada 1992. Ia membayar keberanian dan kecerdasan dalam berfikir dengan tembakan dikepalanya yang ditembakan oleh Islam fundamentalis
Libanon.
109
Yang paling teragis dari semua kasus di Mesir, adalah kasus Farag Fawda, pemikir sekuler Mesir, tokoh partai Wafd dan seorang dosen di Universitas Kairo.
Fawda dituduh murtad karena pemikirannya dalam buku Al-Haqiqah Al-Gaibah kenyataan yang tersembunyi, yang isinya mengkritik politikus Islam dan
praktiknya sepanjang masa Khalifah. Ia ditembak didekat rumahnya oleh seorang
108
Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia, KUHPJakarta, Bumi Aksara 2006, cet ke, 25, h. 59
109
http:www islamlib.com, Tentang Islam Liberal, 23 januari 2008
muslim radikal. Al-Gazali ulama yang disegani di Mesir pada saat itu, dan beliau mengatakan membunuh orang yang murtad adalah kewajiban seorang muslim
ketika Negara tidak memenuhi tugas ini.
110
Di Indonesia kasus tuduhan murtad pernah menimpa Nurcholish Madjid, pada tahun 1970-80-an, kasus Ulil Absar Abdalah tahun 2003, Kasus Musdah
Mulia yang terkena ancaman murtad karena memasukan kesamaan hukum laki- laki dan perempuan, membolehkan pernikahan beda agama, legislasi nikah
kontrak dan lain-lain yang dituangkan dalam legal draf KHI di Indonesia.
111
Kebebasan beragama dan kebebasan berfikir memang adalah problem klasik yang terus muncul dimasyarakat Islam, tantangan yang dihadapi kaum
muslim adalah bagaimana mereka dapat menghargai pilihan keberagamaan seseorang dan menghargai pendapat orang lain. Sehingga mereka tidak dengan
cepat menuduh murtad kepada orang yang punya pendapat lain. Tidak ada kebenaran tunggal dan pasti. Hanya pemilik alam, akhir dari sebuah kebenaran.
Dan seperti yang dikatakan oleh Bertrand Russel,
112
seorang filosof dan juga ilmuan yang humanis, Pertumpahan darah dan kekerasan bukan sarana untuk
meningkatkan keyakinan. Karena keyakinan dibentuk oleh pemikiran,
pengetahuan, ketulusan, dan keiklasan.
110
http:www islamlib.com, Tentang Islam Liberal, 23 januari 2008
111
Majalah Mingguan Tempo edisi 11-17 Oktober 2006.
112
Bertrand Russel, Serpih-serpih Pemikiran, Ed. Robert E. Egner, Yogyakarta, Sadasiva, 2003, cet. 1, h. 36.
E. Analisis Kritis terhadap Hukuman Murtad.