Pandangan Islam Liberal Terhadap Orang yang Murtad

☺ ⌧ ⌧ ﺮ ﺰ ا : Artinya: Katakanlah: Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui barang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkannya. QS. Azumar: 46.

B. Pandangan Islam Liberal Terhadap Orang yang Murtad

Meskipun seluruh umat Islam terikat dengan ajaran-ajaran dasar Al- Quran, tetapi para teologi muslim tradisional, dengan alasan-alasan historis, terkadang tidak merefleksikan semangat Al-Quran, mereka terlalu mengekang kebebasan manusia padahal sudah jelas-jelas Tuhan menciptakan manusia yang bebas dalam segala hal karena manusia bisa mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Sebgai contoh, mari kita buktikan dalam kasus dzimmi, yaitu penganut minoritas dalam kerajaan Islam pada abad pertengahan, dan kasus Riddah Murtad. 87 Pertama. Orang-orang dzimmi, kalaupun semua wilayah Islam dikuasai dengan kekuatan atau jihad, untuk memberi jalan bagi Islam, Islam sendiri tidak pernah dikemukakan dengan pemaksaan. Dari sudut pandang ini Al-Quran 87 Ayang Utriza, Kebebasan Beragama Dalam Islam dan Praktiknya di Negara-negara Islam , mimbar agama dan budaya, vol 2, 2005 No 4 h. 1 dicermati bahwa, ajaran-ajaran Al-Quran tersebut melindungi kaum dzimmi dari bentuk intoleransi agama. Yaitu dengan dua atau tiga pengecualian, kaum dzimmi tidak pernah dihalang-halangi untuk mengikuti keyakinan agamanya, dari segi ibadah, atau mengatur komunitasnya dengan hukum mereka sendiri. Keadaan merekapun ditingkatkan oleh penaklukan Islam, mereka lama menikmati perlakuan baik dan kesejahteraan yang nyata, bahkan ada yang menduduki posisi penting dalam administrasi, diperadilan dan dalam kegitan ekonomi. Akan tetapi, adalah fakta bahwa mereka pernah mengalami perlakuan- perlakuan yang diskriminatif, dari sebagian masa kejayaan Islam, keadaan terburuk bagi mereka setelah masa pemerintahan Al-Mutawakkil 847-861. Diskriminasi, khususnya dalam berpakaian. Dan pada masa pemerintahan Al- Hakim 66-1021 di Mesir, dizaman ini banyak terdapat penindasan terhadap kaum dzimmi. 88 Dan pada zaman abad pertengahan ini, diskriminasi penguasa terhadap kaum dzimmi selalu didukung oleh atau didukung kuat oleh para teolog. Tetapi, kita harus ingat tidak lantas menjadi baik, menurut mentalitas abad pertengahan manapun untuk menganggap semua manusia setara, maka bagaimana menganggap yang benar dan yang salah sama, dan bagaimana menganggap orang yang beriman dan orang-orang yang berbuat bidah adalah benar. 88 Charlez Khurzman ed, Wacana Islam Liberal : pemikiran Islam kontemorer tentang Isu-isu Global, Penerjemah, Bahrul Ulum, et, al,. Jakarta:Paramadina, 2001, cet ke -1, h. 257 Oleh karena itu, dalam menilai masa lalu, kita harus mempertimbangkan situasi, yang tepenting kita harus berjuang menjauhi situai-situasi kesalahan- kesalahan yang sama. Sebetulnya pada kasus apapun Al-Quran telah menetapkan garis yang jelas dan benar, dan pada perisipnya ajaran tersebut mengajarkan kita untuk menghormati martabat dan kebebasan orang lain. 89 Kembali pada masalah pokok, yaitu kasus Riddah murtad. Pada aspek ini teolog tradisional juga tidak bersandar pada prinsip dasar Al-Quran, karena telah membatasi kebebasan seseorang untuk menentukan agamanya sendiri. Berdasarkan teolog ini, umat Islam tidak boleh mengkonversi agamanya, meskipun Al-Quran menyebutkan tidak ada paksaan dalam beragama, tetapi pada prakteknya tidak mungkin sekali, didalam Islam, untuk keluar dari Islam, artinya konversi dari Islam menuju agama lain dianggap sebagai pengkhiantan, dan pelakunya dijatuhi hukuman mati. Untuk masalah interpretasi teolog tradisional mengemukakan dalil-dalil dari khalifah pertama Islam, yaitu Abu Bakar memerintah, 632-634, yang dengan semangat memerangi suku-suku yang menolak otoritasnya setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, dan memerangi mereka yang tidak membayar zakat. Abu Bakar menyamakan pembangkangan suku-sukunya tersebut dengan kemurtadan apostasy. Dan para teolog mengutip hadits Nabi yang tidak cukup kuat: Siapapun yang mengubah agamanya, maka bunuhlah ia. Padahal pada kenyataannya mereka masih melakukan shalat, puasa, 89 Charlez Khurzman ed, Wacana Islam Liberal : pemikiran Islam kontemorer tentang Isu-isu Global, Penerjemah, Bahrul Ulum, et, al,. Jakarta: Paramadina, 2001, cet ke -1, h. 257 haji dan lain-lainnya. Pembangkangan terhadap Khalifah Abu Bakar dapat ditafsirkan. 1. Sebagai bentuk perlawanan terhadap hegemoni suku Qurais dan kepada Abu Bakar secara individu. 2. Mereka masuk Islam hanya dibibir saja, karena keterpaksaan oleh keadaan saat itu, oleh karena itu, hukuman mati pada kasus murtad adalah tak lebih dari fenomena politik dari pada Khalifah pada saat itu. 90 Analisis ini, menunjukan hukuman murtad lebih kearah politik ketimbang agama, dipertegas dengan kenyataan bahwa dalam kitab-kitab fiqih klasik tidak ada teks tentang bagaimana prosedur dan pembuktian kasus murtad, bahkan menurut ulama mazhab Hanafi dan Hambali mengatakan bahwa kita tidak bisa membedakan kafir atau tidak seseorang. Hanya Allah yang tahu dalam hati seseorang kafir atau pun tidak. 91 Tetapi, mengapa orang yang murtad harus dihukum mati. Mazhab Hanafi, yang lebih rasional dalam memberikan alasan, berdasarkan alasan sosiologis dan politis, kenapa orang murtad harus dihukum mati, tidak lain alasannya adalah orang yang murtad mempunyai akibat yang berbahaya bagi masyarakat Islam yaitu keteraturan sosial akan kacau, oleh karena itu, membunuh satu orang lebih baik dari pada masyarakat menjadi berantakan. 90 Fazlur Rahman, Hukum dan Etika Dalam Islam, Jakarta: Al-Hikmah, 1993, cet. 1, h. 39-56 91 Syekh al-Allamah Muhammad bin abdurahman ad-Dimasyiqi, diterjemahkan oleh: Abdullah Zaky Alkaf, Fiqih Empat Mazhab, Hasyimi, Bandung,2004, cet ke. 2, h. 450 Lagi-lagi alasan untuk membunuh orang murtad bukan pada Al-Quran tetapi alasan politis dan sosiologis. Seperti, tahun1970-an di Mesir, para Islamis telah gagal menerapkan hukuman ini bagi kelompok koptik yang masuk Islam, yang hanya untuk mengawini wanita-wanita muslim, dan yang jika gagal artinya berbalik pada agama sebelumnya koptik. Padahal alasan para pemikir Islam Mesir untuk keteraturan sosial. 92 Jadi, kasus apostasi dalam Islam, meskipun umumnya bersifat teoritis perlu untuk diperjelas. Hadis yang digunakan para teolog dalam hubungannya dengan hukuman mati sedikit banyak telah tercampur, dalam kitab-kitab hadis, dengan masalah pemberontakan dan perampokan. Kasus-kasus orang-orang murtad yang dibunuh pada zaman Nabi ataupun pada zaman sesudah Nabi wafat, adalah, tanpa terkecuali, orang-orang yang sebgai konsekuensi kemurtadan mereka yang memerangi umat Islam yang pada masa itu umat Islam merupakan komunitas kecil dan lemah, jika kita cermati hukuman mati dalam kasus seperti ini adalah hukuman bela diri. Maka, tak mengherankan bahwa mazhab fiqih Hanafi tidak menetapkan hukuman mati pada kaum wanita yang murtad. Alasannya karena wanita tidak sama dengan laki-laki wanita tidak cocok untuk berperang. 93 92 Charlez Khurzman ed, Wacana Islam Liberal : pemikiran Islam kontemorer tentang Isu-isu Global, Penerjemah, Bahrul Ulum, et, al,. Jakarta:Paramadina, 2001, cet ke -1, h. 259. 93 Syekh al-Allamah Muhammad bin abdurahman ad-Dimasyiqi, diterjemahkan oleh: Abdullah Zaky Alkaf, Fiqih Empat Mazhab, Bandung : Hasyimi, ,2004, cet ke. 2, h. 450 Ketika ayat Al-Quran tidak ada yang jelas dalam hukuman mati bagi pelaku murtad, Fuqaha mencari landasan hukuman mati orang murtad pada hadis, a. Pada hadis Ikl dan Arinah yang murtad setelah masuk Islam. Tetapi sebenarnya mereka dibunuh karena memerangi Islam, b. Hadis Aisyah dan Ibn Abbas Tiga orang yang darahnya halal, orang yang membunuh, zinah muhshan, dan orang yang murtad HR. Bukhari Muslim, Nasai, Ibn Madjah, dan Abu Dawud, menurut Ibnu Taimiyah hadis ini bukan membicarakan orang yang murtad, tetapi mereka yang memerangi Islam. c. Hadis Barangsiapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah ia, HR. Bukhari, Ibn Madjah, NasaI, Malik Tirmizi, Abu Dawud dan Hanbal, hadis ini hanya diriwayatkan oleh Ibn Abbas, yang terkenal dengan hadis ahad, hadis yang diriwayatkan oleh satu orang, 94 menurut mantan Syekh Al- Azhar, Mahmud Syaltut, mengatakan bahwa kebanyakan ahli hukum Islam berpendapat, hadis ahad tidak dapat diterima sebagai landasan hukum dan hadis seperti ini tidak bisa menjadi landasan untuk menghalalkan darah seseorang. Yang lebih meragukan lagi Ibnu Abbas pada waktu meriwayatkan hadis ini berumur 13 tahun. 95 Oleh sebab itu, hadis-hadis diatas tidak sah dijadikan landasan hukuman mati bagi orang murtad. Dan alasan-alasan kenapa hadis tersebut tidak bisa 94 Muhammad Salim Alwwa, fi Usul Anizam al-JinaI al-Islami Kairo: Daar Al-Maruf ,1979 cet, 1. h. 146. 95 Muhammad Syaltut, Al-Islam Aqidah wa SyariahMesir: Dar Al-Kalam t.t, cet. 1, h. 293 dijadikan dasar hukum, apalagi dijadikan dasar untuk menghalalkan darah seseorang, adalah sebagai berikut: a. Menurut al-Shawkani dalam Nayl Al-Autar, Sanad mata rantai hadis tersebut tidak sah valid, dan tidak ada kepastian dari Rasulullah telah menghukum orang murtad dengan hukuman mati. b. Terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim mengatakan bahwa ada seorang Arab, Qayis Ibn Hazim yang menyatakan keluar dari Islam pada Rasulullah, tetapi Rasulullah tidak menghukumnya. Sehingga ia bebas keluar dari Madinah tanpa sedikitpun hukuman. c. Dan ada juga sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas Ibn Malik yang menyatakan bahwa ada seorang Nasrani yang masuk Islam, lalu keluar lagi murtad, tapi, Rasul tidak menghukumnya. d. Sebab turunya surat Ali Imran ayat 72, karena Murtadnya orang-orang Yahudi di Madinah, ketika itu, pemerintah Islam sudah tegak dan Rasulullah bertindak sebagai kepala Negara. Namun, Rasul tidak menghukum orang murtad tersebut. 96 e. Dari sudut pandang modern, hadis tersebut bisa dan harus dipertanyakan. Menurut pendapat Mohammed Talbi kita mempunyai beberapa alasan yang baik untuk mengnggap hadis itu palsu. Hadis tersebut mungkin dipalsukan dibawah pengaruh Leviticus, pasal 24, ayat 16, dan Deuteronomi, pasal 13, 96 Muhammad Salim Alwwa, fi Usul Anizam al-JinaI al-Islami Kairo, Daar Al-Maruf ,1979 cet, 1, h. 152-153 ayat 2-19, dimana orang-orang Israil diperintahkan untuk merajam orang yang murtad sampai mati, hal ini sama dengan hadis yang menjadi dasar dari pemidanaan murtad bagi para teolog tradisional. 97 Bagimanapun, hadis tersebut tidak sejalan dengan ajaran-ajaran Al- Quran, karena dalam Al-Quran tidak pernah disebutkan perintah hukuman mati, terhadap orang-orang yang murtad. Sepanjang masa Nabi, Apostasi muncul di berbagai daerah, Al-Quran menyebutkan hal ini, vonis terhadap orang yang murtad yang bersiteguh menolak Islam diserahkan sepenuhnya pada hukuman Tuhan dihari akhir. Kasus-kasus yang disebutkan dalam Al-Quran dan para penafsirnya menyangkut, disatu sisi, individu-individu dan suku-suku yang berubah haluan, dan dipihak lain orang-orang yang tertarik pada Ahli Kitab ahl al-kitab , Yahudi dan Kristen. Tertarik pada Iman mereka dan masuk pada ajaran ahli kitab, hal ini disebutkan dalam AL-Quran: ☺ ⌧ ⌧ ⌦ Artinya: Sebahagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, Karena 97 Charlez Khurzman ed, Wacana Islam Liberal : pemikiran Islam kontemorer tentang Isu-isu Global, Penerjemah, Bahrul Ulum, et, al,. Jakarta:Paramadina, 2001, cet ke -1, h. 259 dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya 98 Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan dalam Surat Ali-Imran ayat 99-100, mnyebutkan: ☯ ☺ ⌧ لا ناﺮ : - Artinya: Katakanlah: Hai ahli kitab, Mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang Telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?. Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Ali Imron: 99-100. Dengan mempertimbangkan situasi-situasi khusus Al-Quran memperingatkan, menyatakan, atau merekomendasikan sikap yang harus diambil ketika berhadapan dengan kasus murtad, tetapi Al-Quran tidak memerintahkan hukuman mati yang mutlak bagi pelaku murtad tersebut. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang dengan bahasa yang baik menasihati agar kaum muslim tidak terpengaruh untuk mengganti agamanya 98 Maksudnya: keizinan memerangi dan mengusir orang Yahudi seperti mengganti pakaianya, karena zaman demi zaman atmosfir ketegangan antara umat beragama sangat tajam, dalam keadaan seperti ini Al-Quran memerintahkan orang-orang yang menganut Islam untuk berpegang teguh pada ajaran-ajaran Islam hingga mati. Dan bagi mereka pelaku apostasi telah diingatkan, bahwa mereka yang memilih murtad setelah meyakini dengan ikhlas bahwa Islam adalah kebenaran, lalu mereka keluar dari Islam, maka mereka adalah orang-orang yang zalim, dan dengan demikian mereka kehilangan petunjuk Tuhan, karena Tuhan tidak akan memberikan petunjuk pada orang-orang yang zalim, bagaimana Tuhan memberikan petunjuk pada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman, dan bersaksi bahwa Rasul itu nyata dan bukti-bukti yang jelas telah datang kepada mereka. Maka Tuhan tidak akan memberikan petunjuk hudan, pada orang-orang yang zalim, Q. 3: 86-87 dan 91. Karena orang murtad itu bisa bertaubat dan tidak ada sanksi hukuman mati baginya, sebab Tuhan telah memberikan kebebasan sepenuhnya kepada individu. 99

C. Implikasi Pemikiran Islam Liberal Terhadap Kemurtadan