7
perkawinan itu semata-mata adalah pelanggaran pidana bukan kejahatan pidana sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 530 ayat 1 bahwa seorang petugas agama
yang melakukan upacara perkawinan, yang hanya dapat dilangsungkan di hadapan pejabat catatan sipil, sebelum dinyatakan kepadanya pelangsungan di
hadapan pejabat itu sudah dilakukan, diancam dengan pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Ayat 2 menyatakan bahwa jika pada
waktu melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena pelanggaran yang sama, pidana denda dapat diganti
dengan pidana kurungan paling lama dua tahun. Dari uraian di atas maka penulis mengkerucutkan pada dua titik
pertanyaan, yaitu : 1.
Bagaimana Pidana Nikah Sirri Menurut UU NO. 22 Tahun 1946 jo. UU NO. 32 Tahun 1954?
2. Bagaimana Klasifikasi Sanksi Pidana yang di Bebankan kepada Pelaku Nikah
Sirri?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari permasalahan-permasalahan tersebut maka tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pidana bagi pelaku nikah sirri berdasarkan
kepada UU 22 Tahun 1946. 2.
Untuk mengetahui apa rumusan yang tepat bagi sanksi pelaku nikah siri. Adapun manfaat dari tujuan penelitian ini adalah diharapkan hasil dari
penelitian ini sebagai acuan kepada seluruh masyarakat luas, khususnya kepada
8
orang atau lembaga yang berkepentingan dalam hal pengaturan tentang pernikahan di Indonesia.
D. Studi Terdahulu
Dari sekian banyak literature skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang ada di perpustakaan dan berbagai wacana yang berkaitan dengan pernikahan di
bawah umur. Penulis mengambil beberapa skripsi dan wacana tersebut untuk di
jadikan sebagai bahan perbandingan.Diantaranya adalah:
Itsbat Nikah Bagi Pelaku Nikah Sirri Study Kasus di PA Karawang- Jawa Barat
Oleh: Mu‟min Maulana Sidiq, SJAS 2010 skripsi ini membahas mengenai permintaan itsbat nikah di PA Karawang.
Perbedaannya Dalam skripsi yang penulis buat lebih memfokuskan kepada perlukah disahkannya RUU HMPA Hukum Materil Peradilan Agama
yang kiranya menimbulkan polemic dikalangan masyarakat.
E. Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian hukum ini, maka dalam penelitian hukum kita mengenal adanya penelitian secara yuridis. Penelitian yuridis dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan juga disebut penelitian kepustakaan, ini dimaksudkan untuk mengkaji tentang perlu
atau tidaknya RUU HMPA itu disahkan.
6
6
Ronny Hanitijo S, Metodologi Penelitian dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, h. 9
9
1. Metode Pendekatan
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis. Pendekatan yuridis digunakan untuk menganalisa
berbagai peraturan perundang-undangan dibidang hukum perkawinan dan hukum kekeluargaan islam.
2. Spesifikasi Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, maka hasil penelitian ini nantinya akan bersifat deskriptif analitis yaitu
memaparkan, menggambarkan
atau mengungkapkan
sistem hukum
perkawinan dan hukum kekeluargaan islam yang berlaku ataupun peraturan perundangan lain, eksistensinya, dalam kehidupan masyarakat, khususnya
dalam pernikahan yang dilakukan tanpa pencatatan nikah nikah sirribawah tangan. Hal ini kemudian dibahas atau dianalisa menurut ilmu dan teori-teori
atau pendapat sendiri, dan kemudian terakhir menyimpulkannya.
F. Sistematika Penulisan