38
B. Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Hukum Pidana Islam
Hukum pidana Islam merupakan terjemahan dari kata fiqh jinayah. Fiqh jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau
perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf orang yang dapat dibebani kewajiban, sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil
hukum yang terperinci dan Alquran dan hadis.
7
Tindakan kriminal dimaksud, adalah tindakan-tindakan kejahatan yang mengganggu ketenteraman umum
serta tindakan melawan peraturan perundang-undangan yang bersumber dari Alquran dan hadis.
Hukum Pidana Islam merupakan syariat Allah yang mengandung kemaslahatan bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun akhirat. Syariat
Islam dimaksud, secara materiil mengandung kewajiban asasi bagi setiap manusia untuk melaksanakannya. Konsep kewajiban asasi syariat, yaitu.
menempatkan Allah sebagai pemegang segala hak, baik yang ada pada diri sendiri maupun yang ada pada orang lain. Setiap orang hanya pelaksana yang
berkewajiban memenuhi perintah Allah. Perintah Allah dimaksud, harus ditunaikan untuk kemaslahatan dirinya dan orang lain.
Alquran merupakan penjelasan Allah tentang syariat, sehingga disebut al-Bayan penjelasan. Penjelasan dimaksud secara garis besar mempunyai
7
Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1992, h. 86
39
empat cara dan salah satu di antaranya adalah Allah memberikan penjelasan dalam bentuk nash tekstual tentang syariat sesuatu, misalnya orang yang
membunuh tanpa hak, sanksi hukum bagi pembunuh tersebut adalah harus dibunuh oleh keluarga korban atas adanya putusan dari pengadilan. Orang
berzina harus dicambuk 100 kali bagi pelaku yang berstatus pemuda dan pemudi. Namun bagi pelaku yang berstatus janda atau duda danatau sudah
menikah hukumannya adalah rajam.
2. Asas-Asas Hukum Pidana.
8
Asas-asas hukum pidana Islam adalah asas-asas hukum yang mendasari pelaksanaan hukum pidana Islam, di antaranya:
a. Asas Legalitas
Asas legalitas adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang
mengaturnya. Asas ini berdasarkan Alquran Surah Al-Israa 17 ayat 15 dan Surah Al-Anaam 6 ayat 19. Hal itu diungkapkan sebagai berikut.
ارـس إأ ١٧
: ١
Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah, maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk keselamatan dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi kerugian dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa
8
Zainuddin Ali, MA, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h.5
40
orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. QS. Al-Isra17:15
9
ماعـن أا :١٩
Katakanlah: Siapakah yang lebih kuat persaksiannya? Katakanlah: Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Alquran ini
diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Alquran kepadanya.
Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah? Katakanlah: Aku tidak mengakui. Katakanlah:
Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dengan Allah QS. Al-
An‟am6:19 .
10
Kedua ayat yang diungkapkan di atas, mengandung makna bahwa Alquran diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad supaya menjadi
peringatan dalam bentuk aturan dan ancaman hukuman kepadamu. Asas legalitas ini telah ada dalam hukum Islam sejak Alquran diturunkan oleh
Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. b.
Asas Larangan Memindahkan Kesalahan Kepada Orang Lain Asas ini adalah asas yang menyatakan bahwa setiap perbuatan
manusia, baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang jahat akan mendapatkan imbalan yang setimpal. Asas ini terdapat di dalam berbagai
9
Yayasan Penyelenggaran Penterjemah, Dep. Agama RI, Al- Qur‟an dan Tejermahnya,
Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al- Qur‟an, 1985, h. 426
10
Ibid, h. 189
41
surah dan ayat di dalam Alquran: Surah Al-Anaam ayat 165. Surah Al- Faathir ayat 18 Surah Az-Zumar ayat 7, Surah An-Najm ayat 38, Surah Al-
Muddatstsir ayat 38. Sebagai contoh pada ayat 38 Surah Al-Muddatstsir Allah menyatakan bahwa setiap orang terikat kepada apa yang dia
kerjakan, dan setiap orang tidak akan memikul dosa atau kesalahan yang dibuat oleh orang lain.
c. Asas Praduga Tak Bersalah
Asas praduga tak bersalah adalah asas yang mendasari bahwa seseorang yang dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak
bersalah sebelum hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan menyatakan dengan tegas kesalahannya itu. Asas ini diambil dari ayat-ayat Alquran
yang menjadi sumber asas legalitas dan asas larangan memindahkan kesalahan pada orang lain yang telah disebutkan.
3. Ruang Lingkup Hukum Pidana Islam