41
surah dan ayat di dalam Alquran: Surah Al-Anaam ayat 165. Surah Al- Faathir ayat 18 Surah Az-Zumar ayat 7, Surah An-Najm ayat 38, Surah Al-
Muddatstsir ayat 38. Sebagai contoh pada ayat 38 Surah Al-Muddatstsir Allah menyatakan bahwa setiap orang terikat kepada apa yang dia
kerjakan, dan setiap orang tidak akan memikul dosa atau kesalahan yang dibuat oleh orang lain.
c. Asas Praduga Tak Bersalah
Asas praduga tak bersalah adalah asas yang mendasari bahwa seseorang yang dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak
bersalah sebelum hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan menyatakan dengan tegas kesalahannya itu. Asas ini diambil dari ayat-ayat Alquran
yang menjadi sumber asas legalitas dan asas larangan memindahkan kesalahan pada orang lain yang telah disebutkan.
3. Ruang Lingkup Hukum Pidana Islam
Ruang lingkup hukum pidana Islam meliputi pencurian, perzinaan termasuk homoseksual dan lesbian, menuduh orang yang baik-baik berbuat zina
alqadzaf, meminum minuman memabukkan khamar, membunuh danatau melukai seseorang, pencurian, merusak harta seseorang, melakukan gerakan-
gerakan kekacauan dan semacamnya berkaitan dengan hukum kepidanaan. Hukum kepidanaan dimaksud disebut jarimah. Jarimah terbagi dua, yaitu
1 jarimah hudud dan jarimah tazir. Kata Hudud berasal dari bahasa Arab adalah jamak dari kata had. Had secara harfiah ada beberapa kemungkinan arti
42
antara lain batasan atau definisi, siksaan, ketentuan atau hukum. Had dalam pembahasan fikih hukum Islam adalah ketentuan tentang sanksi terhadap pelaku
kejahatan, berupa siksaan fisik atau moral; sedangkan menurut syariat Islam, yaitu ketetapan Allah yang terdapat di dalam Alquran, danatau kenyataan yang
dilakukan oleh Rasulullah saw. Tindak kejahatan dimaksud, baik dilakukan oleh seseorang atau kelompok, sengaja atau tidak sengaja, dalam istilah fikih disebut
dengan jarirnah. Jarimah hudud adalah tindak kejahatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih seorang yang menjadikan pelakunya dikenakan sanksi had.
11
Jenis-jenis had yang terdapat di dalam syariat Islam, yaitu rajam, jilid atau dera, potong tangan, penjarakurungan seumur hidup, eksekusi bunuh,
pengasingandeportasi, dan salib. Adapun jarimah, yaitu delik pidana yang pelakunya diancam sanksi had, yaitu zina pelecehan seksual; qadzaf tuduhan
zina; sariqah pencurian, harabah penodongan, perampokan, teroris; Khamar minuman dan obat-obat terlarang; bughah pemberontakan atau subversi; dan
riddahmurtad beralih atau pindah agama. Selain jarimah hudud dalam hukum pidana Islam, ada juga jarimah tazir. Jarimah tazir secara harfiah bermakna
memuliakan atau menolong. Namun, ta zir dalam pengertian istilah hukum Islam adalah hukuman yang bersifat mendidik yang tidak mengharuskan pelakunya
dikenai had dan tidak pula harus membayar kaffarah atau diat. Tindak pidana yang dikelompokkan atau yang menjadi objek pembahasan ta zir adalah tindak
pidana ringan seperti pelanggaran seksual yang tidak termasuk zina, tuduhan
11
Zainal Ali dan Tarmizi, Hukum Pidana Islam, Jakarta; Sinar Grafika, 2007, h. 75
43
berbuat kejahatan selain zina, pencurian yang nilainya tidak sampai satu nisab harta.
12
Jenis hukuman yang termasuk jarimah ta zir antara lain hukuman penjara, skorsing atau pemecatan, ganti rugi, pukulan, teguran dengan kata-kata, dan jenis
hukuman lain yang dipandang sesuai dengan pelanggaran dan pelakunya. Dalam hukum Islam jenis hukuman yang berkaitan dengan hukuman tazir diserahkan
sepenuhnya kepada kesepakatan manusia. Menurut Imam Abu Hanifah, pelanggaran ringan yang dilakukan oleh seseorang berulang kali dapat dilakukan
atau dapat dijatuhi oleh hakim hukuman mati. Misalnya pencuri yang dimasukkan lembaga pemasyarakatan, lalu masih mengulangi untuk mencuri ketika ia sudah
dikenai sanksi hukuman penjara, hakim berwenang menjatuhkan hukuman mati kepadanya.
Keputusan mengenai sanksi hukum dan pihak yang diberi kewenangan untuk menetapkan jenis hukuman dan pelaksanaan ta zir adalah pihak pemerintah
kecuali guru dalam rangka mendidik muridnya-muridnya, orang tua dalam rangka mendidik anak-anaknya, suami dalam rangka mendidik istrinya. Ketentuan
dimaksud, perbuatan yang dilakukan oleh guru, orang tua, suami, hakim, sebatas sesuai dengan kepatutan dan bersifat upaya mendidik, bukan sengaja untuk
menyakiti atau mencederai. Selain itu, perlu diungkapkan bahwa dalam hukum pidana Islam dikenal
delik pidana qishash. Secara harfiah qishash artinya memotong atau membalas.
12
Ibid, h. 78
44
Qishash yang dimaksud dalam hukum pidana Islam adalah pembalasan setimpal yang dikenakan kepada pelaku pidana sebagai sanksi atas perbuatannya. Lain
halnya diat. Diat berarti denda dalam bentuk benda atau harta berdasarkan ketentuan yang harus dibayar oleh pelaku pidana kepada pihak korban sebagai
sanksi atas pelanggaran yang dilakukannya. Sanksi hukum bagi orang yang membunuh diserahkan kepada manusia,
dalam arti manusia sebagai subjek hukum diberikan kewenangan untuk memilih sanksi hukum dan dua alternatif, yaitu a pembunuh itu diberikan hukurnan yang
setimpal, yaitu dibunuh bagi pembunuhan yang disengaja, dan b pembunuh membayar diat kepada keluarga korban bagi pembunuhan yang tidak disengaja.
Oleh karena itu, Ibnu Rusyd seperti yang dikutip oleh Arif Furgan menge- lompokkan qishash menjadi dua, yaitu qishash an-nafs pembunuhan dan qishash
ghair an-nafs bukan pembunuhan. Qishash an-nafs, yakni qishash yang membuat korbannya meninggal. Qishash ghairu an-nafs yaitu qishash yang
berkaitan dengan pidana pencederaan atau melukai, namun korbannya tidak sampai meninggal. Kelompok pertama disebut al-qatlu pembunuhan dan
kelompok kedua disebut al-jarhu pencederaan.
13
4. Jenis Hukuman