BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik fisik maupun psikis adalah kebutuhan akan kesehatan
1
. Kesehatan memang sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk berbagai tujuan.
Dengan kesehatan manusia dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa adanya hambatan. Dalam hubungan ini, rumah sakitpoliklinik merupakan
salah satu sarana yang dapat membantu manusia untuk memenuhi dan melayani kebutuhan akan kesehatan yang diperlukan tersebut.
Rumah sakit sebagai wadah sosial yang hidup dalam bentuk organisasi merupakan wadah masyarakat, tempat hidup dan berkembang
dengan hubungannya yang bersifat timbal balik. Artinya bahwa rumah sakit dan masyarakat terdapat hubungan yang tak terpisahkan.Keduanya
terdapat hubungan saling memberi dan saling menerima. Dalam proses hubungan timbal balik tersebut muncul sebuah komunikasi yang biasa
terjadi antara dokter dan para medis dengan pasien. Dalam hubungan ini dokter dan para medis memberikan sarannasehat yang didiskusikan
bersama pasien dan pasien diharapkan aktif memutuskan apa yang akan dilakukan demi kesembuhan dan kebaikan diri sendiri, yang juga dapat
diistilahkan dengan konseling.
1
Erik P.Eckholm, Masalah Kesehatan Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit, Jakarta: Gramedia, 1981, h 2
1
Unsur yang paling penting dalam hubungan antara dokter dan paramedis dengan pasien adalah komunikasi. Komunikasi itu sendiri
merupakan kebutuhan kodrati manusia merupakan persyaratan mutlak bagi perkembangan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat.
2
Dengan Komunikasi, manusia menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat, sikap dan informasi kepada sesamanya secara timbal balik.
Komunikasi merupakan kegiatan kehidupan manusia yang dengan cara ini membentuk kegiatan bersama dengan lainnya dimana-mana, yang
mempunyai predikat zoon politicon makhluk yang selalu hidup bersama.
3
Pada dasarnya komunikasi yang terbentuk dalam pelayanan medis adalah komuniasi antar pribadi, tetapi terkadang dokter dan perawat tidak
menyadari bahwa pesan yang mereka sampaikan pada saat memberikan pelayanan medis tidak dapat diterima dengan baik oleh pasien,
dikarenakan cara berkomunikasi yang digunakan mereka kurang efektif. Dalam perannya sebagai seorang yang mengobati healer, tugas
utama seorang dokter dan paramedis adalah untuk menerapkan pengetahuannya tentang pengobatan penyakit terhadap pasien pada
umumnya. Dokter dan paramedis diharapkan bersikap idealis, artinya
2
F. Rahmadi, Perbandingan Sistem Pers:Analisis Deskriptif Sistem Pers di Berbagai Negara, Jakarta: Gramedia, 1990, h 2
3
Komaruddin, Yooke Tjupamah S, Komaruddin, Kamus Istilah Karya tulis Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, h.301.
mengupayakan mencapai kondisi sebaik mungkin dari si pasien.
4
Meskipun dokter dan paramedis menganggap dirinya mengetahui aspek medis yang menjadi spesialisasinya, tetapi kebanyakan pasien,
apalagi yang sangat percaya kepada keahlianya, menganggap dokternya sebagai orang yang tahu tentang semuanya dan dapat menjawab segala
pertanyaan dan menyembuhkan segala penyakit. Terlebih di Negara- negara berkembang, dimana tingkat pendidikan dan pengetahuan
masyarakat tentang penyakit sangat terbatas. Pasien yang sangat berterimakasih kepada dokternya akan menganggap dokter tidak lagi
terbatas sebagai hubungan professional, melainkan menjadi hubungan pribadi yang membaur.
5
Dalam tugasnya di lapangan, seorang dokter dan paramedis tidak hanya menghadapi masalah yang dipelajarinya di bangku kuliah,
melainkan juga memecahkan segala masalah sosial dan kemanusiaan. Masyarakat membedakan apakah keluhan yang dideritanya merupakan
masalah medisfisik ataukah karena masalah sosial. Tugas-tugas dokter
dan paramedis pun kadang-kadang memaksa mereka memperlakukan
pasienya secara berbeda, tergantung dari tingkat sosial si pasien. Sukses
dokter dan paramedis dalam menangani keluhan-keluhan pasiennya tidak saja terletak pada hasil pendidikan dan kemahiran dalam bidang
kedokterannya melainkan ditentukan oleh unsur-unsur pribadi dokter dan
4
Solita Sarwono, Sosiologi kesehatanBeberapa Konsep Beserta Aplikasinya Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 1997, h.42.
5
Ibid, h.43
paramedis itu sendiri seperti kecakapan empatik dan kemampuan berkomunikasi secara aktif terhadap para pasiennya dan
harapanpandangan atau masyarakat yang dilayaninya.
6
Dalam pengobatan terhadap pasien seorang dokter dibantu paramedis perawat. Perawat yang bertugas sebagai mitra kerja dokter
dalam melaksanakan prakteknya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh dokter untuk membantu pekerjaan klinis dokter.
7
Selain dari yang disebutkan di atas, pelayanan yang diberikan oleh paramedis terhadap pasien sebelum
berkonsultasi dengan dokter haruslah dapat memberikan sugesti terhadap sang pasien untuk mempercepat proses kesembuhan . Karena pelayanan
yang baik sangat mempengaruhi psikologis pasien.Karena sebagian besar
rumah sakit di Negara kita belumlah memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien.
Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, dalam memberikan pelayanan medis dokter dan perawat terkesan sangat cuek dan masa
bodoh terhadap keluhan-keluhan pasien, misal pada saat seorang pasien sedang menderita cedera otot, sehingga tidak dapat berjalan bahkan
menggerakkan anggota tubuh pun sudah sangat kesakitan, pasien itu diminta untuk ronsen, pasien dibawa menggunakan brangkar menuju
ruang ronsen. Tiba disana kami dipersilahkan masuk, lalu kami memberikankan surat rujukannya, kemudian seorang perawat menyuruh
6
Ibid, h.44
7
Benyamin Lumeta, Perawa Citra, Peran dan Fungsi, Tinjauan Fenomena Sosial, Yogyakarta:Kanisius, 1989, h.99.
pasien untuk berpindah ke meja ronsen, kami menjelaskan bahwa pasien tidak dapat bergerak, karena sangat sakit, tetapi perawat tidak
menggubris, sedangkan kami mendengar dengan jelas bahwa di ruang sebelahnya beberapa perawat sedang bersenda gurau tanpa mempedulikan
ada pasien yang butuh pertolongan. Tetapi tentu saja bukan di Rumah Sakit ini. Berdasarkan ilustrasi di atas maka penulis tertarik ingin
membahas masalah ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Komunikasi Dokter Dengan Pasien Dalam Pelayanan Medis di RS. Syarif
Hidayatullah”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah