Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Medis RSSH

No Bermanfaatcocok Jumlah Prosentase 3. Ragu-ragu 10 41,6 Jumlah 24 100 Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa 58,3 pasien berpendapat bahwa obat yang diberikan cocok untuk kesembuhan mereka, dan 41,6 pasien berpendapat bahwa mereka ragu terhadap obat yang diberikan dokter. Hal tersebut disebabkan tingkat imunitas seseorang yang berbeda.

3. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Medis RSSH

Data mengenai pendapat pasien tentang rumah sakit dapat terlihat dari tabel di bawah ini: Tabel 15 Rumah Sakit Memenuhi Hak-hak Pasien No Terpenuhi Jumlah Prosentase 1. Ya 13 54,2 2. Tidak 4 16,6 Jumlah 17 70, 8 Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa 54,2 berpendapat bahwa rumah sakit telah memenuhi hak mereka sebagai pasien, 16,6 pasien berpendapat bahwa rumah sakit tidak memenuhi hak mereka sebagai pasien, dan 29,2 pasien menyatakan rumah sakit terkadang saja dapat memenuhi hak-hak mereka. Tabel 16 Terpenuhikah Standart Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Pasien No Terpenuhi Jumlah Prosentase 1. Ya 14 58,3 2. Tidak 3. Jawaban pribadi 10 41,6 Jumlah 24 100 Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa 58,3 berpendapat bahwa rumah sakit telah memenuhi standar pelayanan terhadap pasien dan 41,6 pasien memiliki jawaban pribadi tentang hal ini yaitu tidak sepenuhnya standart pelayanan medis terpenuhi oleh rumah sakit. Tabel 17 Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Dokter dan Rumah Sakit Syarif Hidayatullah RSSH No Tingkat Jumlah Prosentase 1. Memuaskan 13 54,2 2. Kurang memuaskan 11 45,8 3. Sangat tidak memuaskan Jumlah 24 100 Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa 54,2 pasien berpendapat bahwa pelayanan RSSH memuaskan, 45,8 pasien berpendapat bahwa bahwa pelayanan RSSH kurang memuaskan. Berdasarkan data yang telah penulis paparkan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa komunikasi yang terbangun antara dokter dan pasiennya kurang efektif. Untuk memperkuat kesimpulan diatas penulis juga melakukan kroscek dengan cara mewawancarai Dr. Yudanarso Dawud, MHA selaku dokter spesialis paru yang praktek di RS. Syarif Hidayatullah dan menurut beliau komunikasi yang terbangun cukup baik walaupun belum efektif, dikarenakan waktu yang tersedia tidak mencukupi untuk wawancara kesehatan yang mendetail. Berikut petikan wawancara penulis dengan Dr. Yudanarso Dawud, MHA mengenai cara dokter melayani pasien : “Ketika pasien memasuki ruang praktek saya, hal pertama yang saya lakukan adalah mempersilahkan duduk dan menayakan apa keluhannya. Walaupun saya tidak bisa membiarkan pasien menyatakan keluhannya secara panjang lebar karena waktu yang saya miliki tidak cukup panjang untuk mendengarkan lebih lanjut serta tidak bisa pula menerangkan secara mendetail mengenai penyakit pasien, saya menjelaskan secara garis besarnya saja sebab pasien yang mengantri cukup banyak, apabila pasien yang mengantri tidak banyak saya dapat mengobrol lebih lama dengan pasien. Tapi walaupun demikian sejauh ini pasien saya cukup puas dengan pelayanan saya…. . ” 2 Dari keterangan di atas sudah cukup menggambarkan bagaimana bentuk komunikasi dokter dan pasiennya, gaya komunikasi dokter, dan perlakuan dokter terhadap pasien. Sebab komunikasi yang terjadi tidak haya komunikasi verbal tetapi juga komunikasi non verbal berupa sentuhan, ekspresi dan mimik wajah dokter ketika melayani pasien sebagai suatu proses sugesti dokter 2 ibid terhadap pasien yang sangat mempengaruhi proses penyembuhan sang pasien itu sendiri. Walaupun pada hakekatnya kesembuhan itu datangnya dari Allah SWT, tetapi peran dokter sebagai seseorang yang mengobati healer, tugasnya adalah untuk menerapkan pengetahuannya tentang pengobatan penyakit terhadap pasien pada umumnya, sehinnga dokter diharapkan dapat bersikap idealis artinya mengupayakan agar mencapai kondisi yang sebaik mungkin dari sang pasiennya. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan