2. Hubungan Dokter dengan Pasien sebagai bentuk Komunikasi
Antar Pribadi
Pada hakekatnya, hubungan antara dokter dengan pasien tidak dapat terjadi tanpa melalui komunikasi, termasuk dalam pelayanan
medis. Komunikasi merupakan proses timbal balik yang berkesinambungan yang menyangkut dua pihak.
39
Pihak-pihak yang bersangkutan secara bergantian berperan menjadi pemberi informasi pembicara dan penerima informasi
penerima. Secara umum, dalam berkomunikasi orang berusaha menyampaikan pandangan, perasaan dan harapannya kepada orang
lain. Komunikasi ini dapat terjadi antara dua individu, antar kelompok atau antara individu dan kelompok. Hal-hal seperti ini dapat
menimbulkan kerancuan dalam proses komunikasi, sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh kedua belah pihak tidak dapat mencapai
sasaran seperti yang diharapkan.
Menurut Persons yang dikutip oleh Solita Sarwono dalam
buku Sosiologi Kesehatan, bahwa antara dokter dengan pasien sukar terjalin komunikasi, sebab biasanya pasien berada dalam situasi
emosional: sakit, bingung, takut, depresif atau bahkan pasien itu sudah tidak dapat berkomunikasi lagi karena sudah dalam keadaan tidak
sadar.
40
39
Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik Persetujuan dalam Hubungan Dokter dan Pasien Suatu Tinjauan Yuridis , Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1999, h. 47.
40
Ibid., h. 46
Berdasarkan keterangan tersebut, jelas terlihat bahwa hubungan dokter dengan pasien dapat berbeda-beda sifatnya dan untuk
setiap model diperlukan teknik komunikasi yang berbeda pula. Jika dokter dan paramedis tidak memperhitungkan hal ini, maka
komunikasi dengan pasien tentu tidak efektif dan tidak optimal. Hal-hal yang dapat menghambat komunikasi antara dokter dan
paramedis dengan pasien, antara lain adalah :
41
a. Penggunaan simbol istilah-istilah medis atau ilmiah yang diartikan
secara berbeda atau sama sekali tidak dimengerti oleh pasien. b.
Pseudo-komunikasi tetap berkomunikasi dengan lancar padahal sebenarnya pasien tidak sepenuhnya mengerti atau
mempunyai persepsi yang berbeda tentang apa yang dibicarakan. Karakter-karakter dokter yang tidak tepat sehingga dapat
menghambat komunikasinya dengan masyarakat pasien, antara lain perbedaan status sosial, harapan masyarakat terhadap kemampuan
dokter serta kecenderungan sikap otoriter, terutama dalam rangka mengatasi penyebaran penyakit akut. Selain itu, di Indonesia sering
kali dokter ditempatkan di daerah yang keadaan sosial, budayanya, tidak sama dengan latar belakang sosial budaya dokter itu. Dengan
demikian kesulitan berkomunikasi bertambah, sebab dokter tidak menguasai bahasa setempat dan tidak mengenal budaya di sana. Untuk
itu diperlukan kemauan untuk mempelajari bahasa dan budaya
41
Ibid., h. 48
setempat, agar dokter tidak dianggap orang asing oleh penduduk asli dan supaya komunikasinya dengan masyarakat pasien dapat menjadi
lebih lancar.
42
.
42
Ibid., h. 53.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG
RUMAH SAKIT SYARIF HIDAYATULLAH RSSH
A. Sejarah Berdirinya RSSH