6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BAKTERI Klebsiella pneumoniae
Gambar 1. Bakteri Klebsiella pneumoniae Sugoro, 2004 . Klasifikasi :
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Suku : Escherichiae
Genus : Klebsiella
Spesies : Klebsiella pneumoniae
Klebsiella pneumoniae pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang
membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri K.
pneumoniae dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena
jasanya, K. pneumoniae sering pula disebut bakteri Friedlander. Bakteri K. pneumoniae tumbuh di bawah kondisi aerob pada suhu 12-43
C dengan pertumbuhan optimum pada suhu 35-37
C dan minimum di bawah kondisi anaerob. pH optimum untuk pertumbuhan adalah 7,2. Umumnya, bakteri ini
dapat menggunakan sitrat dan glukosa sebagai sumber karbon satu-satunya dan ammonia sebagai sumber nitrogen Sugoro, 2004.
K. pneumoniae adalah bakteri Gram negatif berukuran 0,3-1,5 μm ×
0,6-6,0 μm yang berbentuk batang basil. K. pneumoniae tergolong bakteri
yang tidak dapat melakukan pergerakan non motil. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, K. pneumoniae merupakan bakteri fakultatif
anaerob. K. pneumoniae dapat memfermentasikan laktosa. Pada uji dengan indol, K. pneumoniae akan menunjukkan hasil negatif. K. pneumoniae dapat
mereduksi nitrat. K. pneumoniae banyak ditemukan di mulut, kulit, dan saluran usus, namun habitat alami dari K. pneumoniae adalah di tanah.
Mastitis dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu ternak itu sendiri, mikroorganisme penyebab mastitis, dan faktor lingkungan. Penyebab utama
mastitis disebabkan oleh infeksi bakteri koliform, diantaranya Enterococcus aureus, E. faecium, E. faecalic, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan
Yersinia enterocolitica. Bakteri ini dapat menginfeksi kelenjar susu akibat adanya kontak antara kelenjar susu dengan feses, dimana feses merupakan
sumber bakteri koliform Sugoro, 2004. Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri yang dominan setelah Escherichia coli Sugoro, 2007.
Penyakit mastitis yang disebabkan oleh bakteri koliform, seperti K. pneumoniae, E. coli, dan yang lainnya terjadi pada jangka waktu pendek,
15 dari binatang yang terinfeksi menunjukkan infeksi kronis. Mastitis yang disebabkan bakteri koliform umum terjadi di alam tetapi banyak hewan
yang terinfeksi kurang menunjukkan tanda-tanda sistemik dari penyakit. Gejala klinis yang berhubungan dengan infeksi bakteri koliform adalah hasil
dari endotoksin bebas dari dinding sel bakteri gram negatif. Sangat jarang ditemukan akibat jangka panjang dari infeksi bakteri koliform Ruegg, 2001.
K. pneumoniae mampu memproduksi enzim ESBL Extended Spektrum Beta Lactamase yang dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis
antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal dan menjadi sulit dilumpuhkan. Beberapa jenis K. pneumoniae dapat diobati dengan antibiotik,
khususnya antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam. Contoh antibiotik tersebut adalah ampisilin, karbenisilin, amoksisilin, dll Sugoro, 2004.
Bakteri yang resisten dapat mengancam kehidupan manusia atau hewan karena dapat meningkatkan morbiditas penyakit dan mortalitas akibat
kegagalan pengobatan. Selain itu, biaya pengobatan juga meningkat karena harus menggunakan antibakteri dosis tinggi atau lebih dari satu macam
antibakteri, atau menggunakan antibakteri baru yang harganya lebih mahal Soeripto, 2002.
K. pneumoniae memiliki dua tipe antigen pada permukaan selnya yang dapat menyebabkan penyakit serta meningkatkan patogenitas K. pneumonia,
yaitu lipopolisakarida antigen O yang terdapat dalam sembilan varietas dan kapsul polisakarida yang dikelilingi oleh kapsula dengan lebih dari 80
varietas disebut sebagai antigen K. Kedua jenis antigen ini berperan dalam patogenisitas tersebut Umeh and Geffen, 2006.
2.2 MASTITIS