C. Ekonomi Masyarakat Muslim Melayu Singapura
Sungai dan laut merupakan sumber perekonomian bagi masyarakat pesisir Asia Tenggara. Sungai dimanfaatkan sebagai sumber mata pencaharian dan sarana
kehidupan sehari-hari. Sungai membentuk suatu bagan sosial, politik dan aktivitas ekonomi masyarakat pesisir.
26
Sungai-sungai di Singapura telah dimanfaatkan oleh suku Orang Laut dalam perdagangan regional dan global; sebagai sarana
transportasi, serta pusat perdagangan yang berkembang di tepi sungai.
27
Di bawah kesultanan Melayu Malaka dan Johor, populasi Melayu di Singapura tumbuh menjadi etnis terbesar hingga kedatangan Inggris. Hingga
tahun 1860, Melayu adalah etnis terbesar kedua di Singapura. Mereka tinggal di perkampungan dalam menjalankan kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Kampong Glam adalah salah satu kampung yang menjadi pusat aktivitas ekonomi dan pembelajaran ilmu agama Islam masyarakat Melayu abad ke-19.
1. Jenis Perekonomian Masyarakat Melayu telah memegang peranan dalam perekonomian selat
sejak zaman Sriwijaya. Mereka berprofesi sebagai nelayan dan pedagang serta bertugas sebagai penjaga keamanan laut. Loyalitas mereka sangat tinggi terhadap
keturunan raja Sriwijaya. Ketika Parameswara pindah ke Singapura hingga ke Malaka, mereka tetap setia dan turut membangun Malaka menjadi emporium
terbesar pada abad ke-15. Hingga abad ke-16, etnis Melayu mempunyai sejumlah besar golongan
pedagang dalam perdagangan internasional dan lokal yang berpusat di Malaka dan
26
Stephen Dobbs, The Singapore River : A Social History 1819-2000, Singapore : Singapore Unversity Press, h. 3.
27
Dobbs, The Singapore River, h. 4.
beberapa pelabuhan di Jawa. Mereka menguasai perkapalan antar pulau dan berada di kota-kota niaga Asia Tenggara dengan menggunakan bahasa Melayu
sebagai bahasa niaga. Pada abad ke-17 golongan ini mulai terhapuskan karena perjanjian raja-raja setempat dengan kolonial Eropa yang melarang mereka
menjalankan perdagangan antarbangsa ataupun menjual hasil-hasil produk lokal kepada para pedagang yang tidak mempuyai kuasa di wilayah tersebut.
28
Sistem politik kesultanan Johor yang menganut sistem desentralisasi, menyebabkan wilayah-wilayah kekuasaan diperintah oleh kepala daerah, di bawah
otoritas Sultan. Di Singapura, Temenggong adalah pemimpin lokal yang berhak mendistribusikan dan mengelola sumber daya alam dan perekonomian.
29
Ketika Raffles berlabuh di Singapura, terdapat 150 orang Melayu yang tinggal dalam 100 pondok kecil di pinggir Sungai Singapura. Temenggong tinggal
di dalam rumah yang besar. Terdapat pula beberapa pondok Orang Laut di ujung Kampong Glam. Sebagian besar Orang Laut bertempat tinggal di dalam perahu
sampan. Mereka mengendalikan berbagai sektor strategis dengan profesi sebagai petani, pedagang, nelayan, pelaut, pengrajin dan buruh upah.
30
2. Komoditi Perekonomian Perekonomian Kesultanan Islam terpusat pada pelabuhan yang tersebar di
abad ke-13 hingga ke-18. Jalinan hubungan perdagangan dengan para pedagang internasional mendorong arus distribusi komoditi perdagangan ekspor dan impor
untuk diperjual-belikan dalam perairan Asia Tenggara. Selain itu perikanan laut
28
Anthony Reid, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450 – 1680, terj. Jilid I., Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1992 h. 10.
29
Braddell, One Hundred Years, h. 341.
30
Ibid, h. 341-2.
merupakan salah satu mata pencaharian yang sangat vital bagi masyarakat yang bermukim di wilayah sepanjang pantai.
Hasil-hasil hutan, seperti damar, kayu cendana, dan rotan, serta kekayaan pertambangan bumi dan rempah-rempah sebagai komoditi ekspor internasional.
Timah adalah satu-satunya kekayaan bumi Malaya yang diekspor sejak abad ke- 15 dari Kesultanan Malaka. Sedangkan komoditi impor, semisal perak dan kain
dari India serta porcelain dari Cina, mencapai puncaknya pada abad ke-17.
31
Pembentukan jaringan perdagangan para pedagang internasional didorong oleh kemajuan teknologi perkapalan. Kapal yang dikendalikan oleh layar adalah
bentuk kapal perniagaan yang sesuai dengan navigasi kelautan berdasarkan angin monsoon. Kapal-kapal “Dhow” Arab di Samudera Hindia, kapal-kapal “Junk”
Cina di Laut Cina Selatan, dan kapal-kapal “Galley” Eropa di Laut Mediterrania, adalah jenis perkapalan yang mendominasi jalur perdagangan.
32
Para pedagang Muslim dan para pedagang Asia Timur adalah katalisator perkembangan perdagangan internasional di Asia Tenggara. Jaringan perdagangan
para pedagang Muslim terbentuk sejak kedatangan para pedagang Arab pada abad ke-7, secara berangsur-angsur hingga abad ke-15 terbentuk berbagai jaringan
perdagangan Muslim lainnya : India, Persia, dan Turki. Jaringan perdagangan para pedagang Asia Timur berkembang pesat melalui para pedagang Cina di abad ke-
13 dan para pedagang Jepang abad ke-14.
33
31
Anthony Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, terj., Jakarta : Pustaka LP3ES, 2004, h. 10.
32
J. W. Kathirithamby, The Politics Commerce In South East Asia, Kuala Lumpur : University of Malaya, 1992 h. 6-7
33
Nicholas Tarling, ed., The Cambridge History of South East Asia, Vol. I, United Kingdom : Cambridge University Press, 1992, h. 463-8
Komoditi-komoditi ekspor Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab dan Cina melintasi Atlantik dan memperkenalkannya kepada orang-orang
Eropa, sehingga mereka mengenal Asia Tenggara sebagai produsen rempah- rempah.
34
Hal tersebut menyebabkan orang-orang Eropa mengadakan ekspedisi pelayaran dan berlomba-lomba mengukuhkan dominasi mereka atas monopoli
perdagangan di Asia Tenggara. Kedatangan bangsa Eropa ke Asia Tenggara mendorong pembukaan lahan
untuk pertanian dan perkebunan, serta pertambangan dalam skala besar, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi komoditi internasional yang berimbas
kepada peningkatan perekonomian dan pendapatan bangsa-bangsa Eropa.
34
Tarling, The Cambridge History, h. 183.
29
BAB III AWAL KEDATANGAN INGGRIS
DI SEMENANJUNG MALAYA
A. Faktor-faktor kedatangan Inggris