Kebijakan Inggris Di Singapura Tahun 1819-1824

dalam berbagai perkampungan untuk menjalankan kehidupan beragama dan bermasyarakat. Kampong Glam adalah salah satu pusat aktivitas ekonomi dan pembelajaran ilmu agama Islam masyarakat Melayu abad ke-19.

B. Kebijakan Inggris Di Singapura Tahun 1819-1824

Kedatangan Inggris di Singapura pada tahun 1819 dengan tujuan pendirian basis perdagangan, memberi dampak positif bagi perluasan dominasi perdagangan Inggris di Asia Tenggara. Pada tahun 1819 hingga tahun 1824, perkembangan pulau Singapura mengarah kepada pembangunan pelabuhan bebas dengan disertai pemberlakuan kebijakan dan penerapan hukum untuk menjaga stabilitas wilayah. Penetapan kebijakan Inggris di Singapura didorong oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal disebabkan persaingan dominasi perdagangan antara Inggris dengan Belanda. Faktor internal disebabkan oleh aktivitas perdagangan mulitrasial serta keberagaman etnis yang datang dan menetap di Singapura. Kondisi perdagangan di Nusantara pada abad ke-16 hingga abad ke-19, dipengaruhi persaingan dominasi perdagangan antar perusahaan dagang Eropa. Penguasaan monopoli perdagangan hingga abad ke-18 dipegang oleh perusahaan dagang Belanda, VOC. Penggabungan antara perluasan jaringan perdagangan dan penguasaan kota-kota niaga yang membentang dari Aceh hingga Moluccas, sebagai faktor keberhasilan VOC dalam menekan ruang gerak para kompetitor dagang mereka. 16 Pengaruh kuat monopoli perdagangan Belanda memberikan kesulitan bagi Inggris untuk mengembangkan jaringan perdagangan. Kesulitan ini disebabkan 16 David Joel Steinberg, ed., In Search of Southeast Asia : A Modern History, New York : Praeger Publisher, 1971, h. 55-6 juga oleh letak daerah koloni Inggris di Penang dan Bengkulu yang jauh dari rute utama perdagangan. Hal ini mendapat perhatian Raffles, gubernur Bengkulu, yang berinisiatif mencari daerah baru sebagai basis perdagangan dan koloni Inggris. Kesepakatan perjanjian pendirian basis perdagangan antara Raffles dan penguasa Singapura, Temengong Abdul Rahman dan Sultan Hussein, menetapkan Singapura sebagai wilayah koloni Inggris pada awal abad ke-19. Singapura adalah harapan Raffles sebagai solusi bagi pengembangan jaringan perdagangan Inggris dan merusak monopoli perdagangan Belanda di Nusantara. Pemilihan Singapura didasari pertimbangan Raffles tentang letak wilayah yang strategis dalam perdagangan. Raffles berpendapat Singapura berpotensi sebagai pelabuhan bebas bagi perdagangan regional dan internasional. Potensi ini terletak kepada geografis yang berada dalam rute utama perdagangan Eropa,Cina dan India; keberadaan Sungai Singapura yang dapat dilewati berbagai jenis kapal dagang; serta ketersediaan suplai air untuk kebutuhan hidup. 17 Pada tahun 1819 hingga tahun 1823, gubernur EIC di Madras menyetujui bahwa Singapura sebagai wilayah yuridiksi Raffles selaku gubernur Bengkulu. Raffles menetapkan seorang Residen sebagai kepala pemerintahan Singapura dan mengkontrol pertumbuhan Singapura dari Bengkulu. William Farquhar adalah Residen pertama Singapura yang diangkat pada tanggal 7 Februari 1819. Pertumbuhan Singapura sebagai pelabuhan bebas diawali oleh penerapan kebijakan tentang pembebasan cukai pelabuhan dan cukai komoditi dagang bagi kapal-kapal yang berlabuh. Kehadiran Singapura mendapat respon positif dari para pedagang multirasial, Cina, India, Arab dan Bugis, untuk berlabuh dengan 17 Statement of The Service of Sir Stamford Raffles, Kuala Lumpur : Oxford University Press, 1978, h. 55 membawa berbagai komoditi dalam jumlah besar. Mereka menghindari tekanan kebijakan monopoli dagang Belanda yang menerapkan tingginya cukai pelabuhan dan cukai komoditi dagang di berbagai pelabuhan Nusantara. 18 Dalam menjaga stabilitas perdagangan Singapura, Farquhar menerapkan kebijakan tata letak kota dan membentuk badan kepolisian. Perencanaan tata letak kota diterapkan dengan pembangunan pusat perdagangan dan pemukiman para pedagang yang terletak di Sungai Singapura. Dalam mengatasi berbagai masalah kebersihan dan kesehatan kota, Farquhar menggalakan pemberantasan hama tikus dan kelabang yang menjadi sumber penyakit. Pembentukkan badan kepolisian bertujuan untuk mengatasi berbagai kejahatan yang beredar. 19 Ketika Raffles mengunjungi Singapura pada bulan Mei 1819, ia mendapati kondisi Singapura sebagai kota dagang yang mengambil-alih peran perdagangan Riau dan Penang. Kemajuan aktivitas perdagangan Singapura mengandalkan tiga jaringan utama perdagangan yang terbentuk di Asia Tenggara : jaringan Cina; menghubungkan Singapura dengan pelabuhan-pelabuhan di Laut Cina Selatan, jaringan Asia Tenggara; menghubungkan Singapura dengan pelabuhan-pelabuhan Asia Tenggara, jaringan Eropa dan Samudra Hindia; menghubungkan Singapura dengan pelabuhan-pelabuhan Eropa dan Samudra Hindia. 20 Raffles melaporkan keuntungan perdagangan Singapura pada tahun 1820 mencapai lima juta dollar Spanyol. Keuntungan ini dihasikan dari 2.889 kapal dagang yang berlabuh; 383 kapal dagang Eropa dan 2506 kapal dagang asing, dengan membawa berbagai komoditi dagang mencapai 200.000 ton. Komoditi 18 Statement of The Service, h. 54 19 Barbara, A Country, h. 28 20 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore 1819-1869, JMBRAS : 33, no.3, 1960, h. 25-7 dagang di pelabuhan Singapura pada tahun 1822 mencapai 130.629 ton dan menghasilkan keuntungan perdagangan mencapai 8.568.171 dollar Spanyol. Pada tahun 1823, komoditi dagang di pelabuhan Singapura mencapai 151.991 ton dengan keuntungan perdagangan mencapai 13.628.397 dollar Spanyol. 21 Kemajuan perdagangan Singapura berdampak kepada pertumbuhan pesat populasi penduduk. Pada tahun 1821, terdapat 5.000 penduduk yang tinggal di Singapura. Mereka berasal dari berbagai etnis, diantaranya : Melayu, Cina, Bugis, India, Arab, dan Eropa. Populasi penduduk Singapura mengalami peningkatan pada setiap tahun. Pada tahun 1824, populasi penduduk kota meningkat hingga mencapai sekitar 11.000 jiwa. 22 Pada kunjungan ketiga Raffles ke Singapura di tahun 1822, ia berpendapat bahwa kemajuan Singapura tidak diimbangi dengan tata letak kota yang tidak beraturan. Sungai Singapura sebagai pusat perdagangan dipadati dengan berbagai bangunan; pemukiman, pertokoan, dan gudang, tidak mencerminkan keindahan dan kebersihan kota. Raffles memprakarsai sejumlah kebijakan dan perencanaan dalam hal tata letak kota, reformasi birokrasi pemerintahan dan hukum. Kebijakan tentang tata letak kota di tahun 1822 diimplementasikan dengan pembentukan Badan Pertanahan dan Komite Rencana Kota. 23 Organisasi tersebut menghasilkan keputusan tentang reklamasi sepanjang tepi Sungai Singapura yang dilakukan dengan pembangunan sejumlah pengelompokkan bagi pemukiman pedagang, pusat pemerintahan dan dermaga. 21 Statement of The Service, h. 56 22 Barbara, A Country, h. 29 23 Stephen Dobbs, The Singapore River : A Social History 1819-2000, Singapore : Singapore Unversity Press, 2002, h. 22 Tepi utara sungai dialokasikan untuk pusat pemerintahan dan daerah perdagangan yang terletak di sekitar Teluk Ayer. Wilayah tepi sungai sepanjang Teluk Ayer dan Tanjung Singapura dialokasikan sebagai daerah pemukiman berbagai etnis penduduk Singapura. Daerah pemukiman orang Eropa terletak di sekitar area pemerintahan. Kampung Cina adalah pemukiman orang Cina yang terletak berseberangan dengan area perdagangan. Kampong Chuliah merupakan pemukiman para pedagang yang berasal dari pantai Koromandel, terletak di atas Kampung Cina. 24 Kebijakan Raffles dalam reformasi pemerintahan diawali oleh pergantian Residen Singapura dari Farquhar ke John Crawfurd pada tahun 1823. Raffles juga membentuk beberapa pejabat pemerintahan yang tidak ada dalam pemerintahan Farquhar, yaitu dewan pemerintahan, pengadilan dan syahbandar pelabuhan. 25 Kebijakan Raffles dalam bidang hukum dilaksanakan dengan,penyusunan kitab perundang-undangan yang dikenal dengan Singapore Regulations. Kitab ini berisi tentang sistem hukum yang mendasar dan bersifat fungsional dengan penerapan hukum yang sama dan berlaku bagi semua penduduk. Raffles juga menerapkan hakim lokal yang keanggotaannya dipilih dari setiap etnis penduduk Singapura. Hakim ini berkedudukan di bawah legitimasi Residen yang bertujuan sebagai kontrol terhadap aktivitas kejahatan. 26 24 Dobbs, The Singapore River, h. 23-24 25 Kennedy, A History, h. 97 26 C. H. Wake, Raffles and Rajas, JMBRAS : 48, no.1, 1975. h. 67

C. Respon Masyarakat Muslim Melayu Singapura Terhadap Kebijakan