46
BAB IV Pelayaran dan Perdagangan Masyarakat Muslim Melayu
Singapura Dari Tahun 1800-1824
A. Pelayaran dan Perdagangan Masyarakat Muslim Melayu Singapura
Hingga Awal Abad ke-19
Peningkatan jaringan para pedagang global di wilayah perniagaan India, Cina, hingga Asia Tenggara memberi dampak kepada peningkatan ekonomi bagi
wilayah dan penduduk Nusantara. Masyarakat Melayu di Semenanjung Malaya adalah salah satu penduduk pribumi yang berprofesi sebagai pedagang. Mereka
memfokuskan perhatian kepada perdagangan regional untuk memenuhi kebutuhan komoditi Asia Tenggara dalam perdagangan internasional.
Aktivitas perdagangan orang Melayu yang telah berlangsung sejak masa kerajaan Sriwijaya, didorong oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
disebabkan keahlian dalam navigasi kelautan, bentuk perkapalan, dan kebutuhan terhadap komoditi perdagangan. Faktor eksternal disebabkan oleh komersialisasi
perdagangan yang berdampak kepada perubahan sosio-politik Asia Tenggara hingga awal abad ke-19.
Letak geografi sebagian besar wilayah Asia Tenggara yang terhubung oleh lautan melatarbelakangi terjadinya aktivitas perdagangan maritim. Perdagangan
laut berperan penting dalam pendistribusian komoditi perdagangan ke berbagai wilayah Asia Tenggara dan wilayah di Samudera Hindia. Pelayaran orang Melayu
telah mencakup skala regional dan internasional. Sebutan kunlun bagi orang Asia
Tenggara di Cina pada abad ke-3, mengindikasikan bahwa pelayaran mereka di Samudera Hindia telah mencapai Cina dan India.
1
Orang Melayu merupakan navigator handal dengan pengetahuan navigasi kelautan serta ilmu pelayaran tentang arah angin dan arus di lautan. Aktivitas
perdagangan internasional orang Melayu berdampak kepada perkembangan ilmu pelayaran mereka dan perdagangan internasional di Asia Tenggara. Penggunaan
kompas Cina dalam pelayaran merupakan hasil interaksi dengan pedagang Cina.
2
Bentuk perkapalan dalam pelayaran di lautan yaitu kapal bercadik, dikenal dalam beberapa jenis : perahu, sampan, balok, pangajawa, dan junk. Cadik adalah
alat pengapung di kanan-kiri kapal yang berfungsi sebagai penjaga keseimbangan. Ciri-ciri khususnya terletak kepada bentuk lambung kapal yang terbuat dari
papan-papan yang disambungkan pada lunas dan saling disambungkan dengan pasak kayu, haluan dan buritan kapal yang menonjol, dua kemudi berbentuk
dayung, serta layar segi empat.
3
Kapal junk adalah jenis kapal yang mendominasi jalur perdagangan, yang dapat mengangkut berbagai muatan hingga berpuluh ton.
Keberadaan berbagai para pedagang asing dan komoditi perdagangannya sejak abad ke-15, sebagai faktor utama perkembangan perdagangan internasional
di Asia Tenggara. Jenis komoditi impor utama adalah tekstil, emas dan perak. Penggunaan perak sebagai alat pembayaran dalam transaksi dagang mendorong
terbentuknya komersialisasi perdagangan. Hingga abad ke-17, terdapat berbagai
1
Nicholas Tarling, ed., The Cambridge History of South East Asia, Vol. I, United Kingdom : Cambridge University Press, 1992, h. 185-6
2
Anthony Reid, Dari Ekspansi Hingga Krisis II: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara 1450-1680, terj., Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1999, h. 57-59
3
Ibid., h. 48-49
mata uang dari emas, timah dan perak yang digunakan sebagai alat pembayaran dalam perdagangan.
Para pedagang Jepang dan Eropa merupakan pengimpor perak terbesar. Pasokan perak dari Jepang diserap oleh Cina yang mendorong komersialisasi dan
perluasan kota dinasti Ming akhir. Pada abad ke-17 pedagang Portugis, Belanda, Inggris dan Spanyol membawa mata uang dalam jumlah besar, terutama perak
Amerika, ke wilayah timur. Secara umum, komoditi perak dieksport ke wilayah Cina, India, hingga Asia Tenggara untuk ditukarkan dengan tekstil India, logam
dan rempah-rempah.
4
Kehadiran bangsa-bangsa Eropa mentransformasikan sistem perdagangan merkantilisme berbentuk perusahaan dagang yang dilengkapi kekuatan militer dan
dikelola oleh pemerintah pusat. Kepemilikan administrasi dan octrooi piagam dari pemerintah pusat sebagai dasar kekuatan politik dagang untuk penguasaan
monopoli perdagangan dan wilayah-wilayah perniagaan. Pendirian basis perdagangan bangsa-bangsa Eropa di berbagai wilayah
pantai sepanjang Samudera Hindia dan Laut Cina terbentuk melalui penaklukkan wilayah dan perjanjian dagang, yang bertujuan untuk mengambil-alih ruang gerak
perdagangan. Basis perdagangan Portugis di abad ke-16 yang terletak di wilayah Goa, India, terbentuk melalui penaklukkan.
5
Pada abad ke-17 hingga abad ke-18, basis perdagangan Belanda VOC dan Inggris EIC terbentuk melalui perjanjian
dagang dengan kesultanan Mughal di India, Persia, Cina dan Jepang.
6
4
Reid, Dari Ekspansi, h. 32-34
5
K. N. Chauduri, Trade And Civilisation In The Indian Ocean; An Economic History From The Rise of Islam to 1750, United Kingdom : Cambridge University Press, 1985, h. 66
6
Ibid., h. 87
Penguasaan terhadap berbagai kota niaga di Asia Tenggara diawali oleh bangsa Portugis yang menguasai Malaka pada tahun 1511. Dalam kurun waktu
hingga awal abad ke-19, Belanda dan Inggris merupakan dua kekuatan Eropa yang bersaing dalam memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Tenggara,
yang terletak di wilayah kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaya. Peranan wilayah Semenanjung Malaya dalam perdagangan internasional
terletak kepada letak geografis yang dilalui Selat Malaka dan sebagai penghasil timah. Wilayah Tavoy hingga Selangor adalah produsen timah terbesar. Secara
umum wilayah penghasil timah di Asia Tenggara terletak mulai perbukitan Birma Timur ke Semenanjung Malaya hingga kepulauan Bangka dan Belitung.
7
Wilayah Semenanjung Malaya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan- kerajaan Melayu, yang secara berkesinambungan diawali oleh kerajaan Sriwijaya
pada abad ke-13, kesultanan Malaka pada abad ke-15, dan kesultanan Johor pada abad ke-16. Perkembangan pelabuhan-pelabuhan di Semenanjung ; Patani, Kedah,
dan Singapura, bergantung kepada perdagangan kerajaan Melayu sebagai kota niaga dan simbol kekuasaan etnis Melayu. Faktor perkembangan perdagangan
kerajaan-kerajaan Melayu didukung oleh peranan suku Orang Laut sebagai salah satu etnis Melayu di Semenanjung.
Orang Laut memiliki loyalitas tinggi terhadap penguasa-penguasa Melayu dari keturunan raja Sriwijaya, dengan profesi sebagai nelayan, pedagang, serta
penjaga keamanan laut. Mereka berdomisili di pulau-pulau perairan Selat Malaka sepanjang daerah Singapura hingga Palembang. Orang Laut adalah masyarakat
7
Anthony Reid, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450 – 1680, terj. Jilid I., Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1992 h. 132
nomaden lautan, yang sebagian besar kehidupannya berada diatas perahu sampan sebagai tempat tinggal mereka.
8
Kesultanan Johor adalah suksessor kekuasaan Melayu pasca kejatuhan Malaka, dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Semenanjung Malaya hingga
kepulauan Riau. Sistem pemerintahan dikepalai oleh Sultan dan beberapa pejabat pemerintahan : Bendahara, Temenggong, dan Laksamana.
9
Konflik eksternal dan internal pemerintahan dari awal pembentukan hingga abad ke-19, menyebabkan
kemunduran perdagangan dan pengaruh Johor atas wilayah-wilayah kekuasaan. Konflik eksternal kesultanan Johor disebabkan konflik kekuasaan atas
Selat Malaka antara kesultanan Johor, Aceh, dan Portugis di Malaka. Konflik eksternal juga disebabkan perluasan pengaruh dan penguasaan Belanda di wilayah
Semenanjung sebagai dampak pembentukan alliansi Johor – Belanda. Konflik internal disebabkan oleh pergolakan politik yang diawali dengan pembunuhan
Sultan Johor, Mahmud II, oleh Bendahara Abdul Jalil di tahun 1699. Peristiwa ini berlanjut dengan pembunuhan Bendahara di tahun 1719 oleh Raja Kechil, anak
dari Sultan Mahmud II; dan berakhir dengan perebutan kekuasaan antara Raja Kechil dengan Sultan Sulaiman, anak dari Bendahara.
10
Konflik internal berdampak kepada terpecahnya wilayah kekuasaan Johor dalam dua bagian. Wilayah kekuasaan Johor di Sumatera, Bengkalis dan sekitar
termasuk dalam wilayah kesultanan Siak Sri Indrapura yang didirikan Raja Kechil
8
Roland, Braddell., One Hundred Years of Singapore, London : John Murray, Albemarle Street, W., 1921, h. 342
9
Carl A. Trocki, Prince of Pirates : The Temenggongs and The Development of Johore and Singapore 1784-1885, Singapore : Singapore University Press, 1979, h. 5
10
Masudul Hassan, History of Islam : Classical Period 1206-1900 C.E., Vol.II, India : Adam Publishers Distributers, 1995, h. 420
pada tahun 1723 dan berpusat di Siak. Wilayah kekuasaan kesultanan Johor pada masa Sultan Sulaiman yang berpusat di pulau Penyengat, Riau, meliputi wilayah
Semenanjung Malaya dan sebagian kepulauan Riau.
11
Perkembangan Johor pasca konflik internal mengalami kemunduran pesat. Intervensi golongan Bugis adalah faktor utama kemunduran pemerintahan Johor.
Awal perluasan pengaruh Bugis dalam kesultanan dimulai dengan dukungan politik kepada Sultan Sulaiman pada masa konflik kekuasaan. Golongan Bugis
mengambil-alih peranan Melayu dalam perdagangan, militer serta peranan dalam pengambilan keputusan pemerintahan.
12
Hal ini menimbulkan konflik antara etnis Melayu dan Bugis dalam kesultanan.
Pada pertengahan abad ke-18, Sultan Johor sebagai penguasa de facto menerapkan sistem pemerintahan desentralisasi. Wilayah kekuasaan Johor terbagi
dalam beberapa kepala pemerintahan. Wilayah Pahang dan sekitarnya dibawah kekuasaan Bendahara; wilayah Riau berada dibawah kekuasaan Yam Tuan Muda;
wilayah Johor, Singapura dan sekitarnya berada dibawah kekuasaan Temenggong. Bendahara dan Temenggong merupakan representasi dari kekuasaan golongan
Melayu, sedangkan Yam Tuan Muda adalah representasi dari kekuasaan Bugis.
13
Temenggong adalah suksesssor kepemimpinan Melayu atas suku Orang Laut. Jangkauan wilayah kekuasaan yang strategis memberikan prioritas bagi
Temenggong untuk mengkontrol seluruh lalu lintas perdagangan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Pusat kekuasaan Temenggong terletak di Singapura.
11
J. Kennedy, A History of Malaya A.D. 1400 – 1959, London : MacMillan CO LTD, 1962, h. 61
12
Ibid., h. 62
13
Trocki, Prince of Pirates, h. 9-12.
Keutamaan Singapura terletak kepada geografis yang berada di akhir bagian selatan dari Selat Malaka, lebih dekat dengan berbagai pelabuhan dan kota niaga
yang tersebar di wilayah kepulauan. Kayu hitam atau kayu ros sebagai komoditi dagang eksport utama Singapura yang telah diperdagangkan sejak abad ke-15 di
kota niaga Malaka.
14
Pusat aktivitas perdagangan Singapura terletak kepada keberadaan sungai- sungai yang mengalir di wilayah ini, yang dapat dilewati oleh berbagai jenis dan
ukuran perkapalan yang berlayar di lautan. Orang Laut adalah pribumi Singapura yang tinggal di sepanjang garis pantai pulau Singapura hingga awal abad ke-19.
Orang Kallang, Orang Seletar, Orang Selat dan Orang Gelam merupakan suku Orang Laut yang tinggal di Singapura.
Orang Kallang berdomisili di daerah rawa-rawa sungai Kallang. Mereka menggantungkan kehidupan dari berbagai komoditi hasil laut dan hasil hutan.
Orang Seletar berdomisili di tepi sungai Seletar dan pulau-pulau kecil di sekitar Singapura. Orang Selat berdomisili di perairan pelabuhan Keppel Singapura.
Mereka adalah para pedagang hasil-hasil laut dan buah-buahan di wilayah ini. Orang Gelam adalah suku pendatang dari pulau Batam, yang dibawa Temenggong
di awal abad ke-19. Mereka berdomisili di sepanjang Sungai Singapura dengan profesi sebagai tukang dan pedagang perkapalan.
15
Penguasaan wilayah Singapura oleh Inggris sejak tahun 1819, berdampak kepada perubahan kehidupan Orang Laut. Perencanaan kota Singapura yang
diterapkan oleh Raffles di tahun 1822, merelokasi pemukiman suku Orang Laut
14
Trocki, Prince of Pirates, h. 44
15
Barbara Leith Le Poer, ed., Singapore : A Country Study, 2
nd
Ed., Washington : Library of Congress, 1991, h. 13-14
dalam berbagai perkampungan untuk menjalankan kehidupan beragama dan bermasyarakat. Kampong Glam adalah salah satu pusat aktivitas ekonomi dan
pembelajaran ilmu agama Islam masyarakat Melayu abad ke-19.
B. Kebijakan Inggris Di Singapura Tahun 1819-1824