Kriteria Efektivitas Organisasi Teori Efektivitas

2. Pendekatan Sumber System Resource Approach Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan system agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dalam lingkungan dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi. 3. Pendekatan Proses Internal Process Approach Pendekatan proses menganggap sebagai efesiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar diaman kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efesiensi serta kesehatan lembaga. 24 24 http:repository.usu.ac.idbitstream123456789291533Chapter20II.pdf diakses pada tanggal 19 Februari 2015 jam 16:42 42

BAB III PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT, INFAK, SHADAQAH

A. Profil BAZIS DKI Jakarta

1. Sejarah berdirinya BAZIS DKI Jakarta

Secara langsung menjadi latar belakang berdirinya BAZIS Provinsi DKI Jakarta, yaitu: pertama saran sebelas tokoh ulama nasional yang berkumpul di Jakarta pada 24 Desember 1968, untuk membahas beberapa persoalan umat, khususnya pelaksanaan zakat di Indonesia. Di antara rekomendasi hasil musyawarah tersebut adalah: 1 a. Perlunya pengelola zakat dengan sistem administrasi dan tata usaha yang baik sehingga bisa dipertanggungjawabkan pengumpulan dan pendayagunaannya kepada masyarakat. b. Bahwa zakat merupakan potensi yang sangat besar yang belum dilaksanakan secara maksimal. Karenanya, diperlukan efekivitas pengumpulan zakat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. Saran sebelas ulama itu ditanggapi secara serius oleh Presiden RI yang kemudian memberikan seruan dan edaran kepada para pejabat dan instansi terkait untuk menyebarluaskan dan membantu terlaksananya pengumpulan zakat secara nasional. 1 Tim Penyusun,”Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta,” Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006, h.11. Kedua, Seruan Presiden Republik Indonesia pada peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, pada tanggal 26 Oktober 1968 tentang perlunya intensifikasi pengumpulan zakat sebagai potensi yang besar untuk menunjang pembangunan. Dua hal inilah yang melatarbelakangi pendiian BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya, secara resmi, Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ali Sadikin mengeluiarkan Surat Keputusan No. Cb. 1481868 tertanggal 5 Desember 1968 tentang pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan keputusan tersebut, maka susunan organisasi BAZ dibentuk mulai tingkat Provinsi DKI Jakarta hingga tingkat kelurahan, tugas utamanya adalah pengumpulan zakat di wilayah DKI Jakarta dan penyalurannya terutama ditujukan kepada fakir miskin. Sejak berdiri dan tahun 1968 hingga tahun 1973, Badan Amil Zakat BAZ DKI Jakarta telah berjalan dengan cukup baik. Hanya saja pada aspek penghimpunan zakat yang terlihat belum optimal. Jumlah dana zakat yang terhimpun masih jauh dan potensi ZIS yang dapat digali dari masyarakat. Hal ini disebabkan lembaga ini membatasi diri pada penghimpunan dana zakat saja. Oleh sebab itu, untuk memperluas sasaran operasional dan karena semakin kompleknya permasalahan zakat di Provinsi DKI Jakarta maka Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada 1973 melalui keputusan No. D.IIIB14673 tertanggal 22 Desember 1973, menyempurnakan BAZ ini