Sosialisasi BAZIS DKI Jakarta dalam pembayaran zakat melalui

Jadi, mekanisme yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta dalam pembayaran zakat via payroll system yaitu: surat pengantar untuk kesediaan pemotongan gaji dari BAZIS DKI yang ditujukan oleh para karyawan dan stafnya, surat keterangan yang ditujukan dari karyawan untuk BAZIS DKI Jakarta perihal kesediaan pemotongan gaji, dan formulir kesediaan membayar zakat profesi.

2. Contoh Perhitungan Zakat Profesi

Ada dua pendapat ulama tentang zakat penghasilan: Pertama, ada yang menghitung dari pendapatan kasarbruto dimana zakat dikeluarkan dan dihitung dikali 2,5 dari total pendapatan tanpa dikurangi hutangkebutuhan dan kedua, ada yang menghitung dari pendapatan bersihnetto dimana zakat dikeluarkan dan dihitung sikali 2,5 dari total pendapatan setelah dikurangi hutangkebutuhan. Menurut Dr. Yusuf Qardhawi kita boleh menggunakan salah satu pendapatan tersebut, dan disarankan bagi mereka yang berpendapatan sangat tinggiberkecukupan rizkinya dengan bruto. Sebaliknya, bagi mereka yang berpendapatn rendah jika hartanya cukup nishab, maka boleh berzakat dengan netto. Dalam hal ini, Imam Abu Hanifah menjelaskan di antara syarat adanya kewajiban zakat yaitu kepemilikan atas harta penuh dan bebas adanya hutang. 5 Contoh: Jika si A berpenghasilan Rp 5.000.000,00 setiap bulan dan kebutuhan pokok perbulannya sebesar Rp 3.000.000,00 maka besar zakat 5 Muhammad Zen, 24 Hours Of Contemporary Zakat, Jakarta: IMZ, cet. Ke-1 Agustus 2010, h. 77. yang dikeluarkannya adalah: 2,5 x 12 x Rp 2.000.000,00 atau sebesar Rp 600.000,00 per tahunRp 50.000,00 perbulan. Perhitungan zakat untuk penghasilan dari gaji, upah, honorarium dan sejenisnya di tetapkan sebesar 2,5 seperempat sepuluh dari penghasilan bersih, yaitu penghasilan bruto dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh penghasilan tersebut, utang, dan kebutuhan pokok minimum. Jadi dasar pengenaaan zakatnya dan nisabnya dihitung dari sisa. Untuk jelasnya berikut ini diberikan contoh: 6 Tabel 4.3 KETERANGAN SUB-JUMLAH RP JUMLAH RP Penghasilan: 1. Gaji dan tunjangan setahun 2. Bonus 3. Royalty Total penghasilan 36.000.000 10.000.000 4.000.000 50.000.000 Pengeluaran: 1. Biaya transportasi 2. Biaya makan dan kesehatan Total biaya yang dikeluarkan 3.000.000 6.000.000 9.000.000 Penghasilan bersih sebelum utang dan kebutuhan minimum 41.000.000 Pengurangan lain: 1. Utang cicilan rumah dan lainnya 2. Kebutuhan keluarga Total 6.000.000 18.000.000 24.000.000 penghasilan bersih setelah utang dan kebutuhan minimum 17.000.000 Zakat 2,5 X Rp 17.000.000 425.000 6 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Juni 2003, h. 154 Atas dasar keterangan tersebut diatas, jika seorang konsultan mendapatkan honorarium misalnya lima juta rupiah setiap bulan, dan ini sudah mencapai nishab, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen sebulan sekali. Demikian pula misalnya seorang pegawai perusahaan swasta yang setiap bulannya menerima gaji sepuluh juta rupiah, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen sebulan sekali. Sebaliknya, seorang pegawai yang bergaji satu juta rupiah setiap bulan, dan ini belum mencapai nishab, maka ia tidak wajib berzakat. Akan tetapi kepadanya dianjurkan untuk berinfak dan bersedekah, yang jumlahmya bergantung pada kemampuan dan keikhlasannya. 7

B. Efektivitas Penghimpunan Dana Zakat Profesi Melalui Payroll System

Sebagaimana yang telah penulis ungkapkan pada bab sebelumnya, bahwa suatu usaha dapat dikatakan ekeftiv jika usaha tersebut mencapai target atau tujuannya. Dalam setiap lembaga pasti ada target yang harus dicapai sesuai dengan perencanaan dalam waktu satu tahun kedepan, begitu pula BAZIS DKI Jakarta juga menentukan target penerimaan ZIS-nya setiap tahun. Yang menentukan target penerimaan zakat, infak, dan shadaqah pada BAZIS DKI Jakarta adalah wilayah yang ditetapkan dalam rapat kerja yang dihadiri oleh kepala-kepala BAZIS di tingkat wilayah, kemudian para camat, lurah dan BAZIS DKI Jakarta sebagai fasilitator, kemudian tiap wilayah menetapkan sendiri target atau kemampuan mereka mengumpulkan 7 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, cet. Ke-3 Februari 2004, h. 94-96. zakatnya. 8 Adapun tujuan yang dicapai dapat sesuai dengan sasaran yang setiap perusahaanlembaga inginkan. Agar rencana penghimpunan dana zakat menjadi efektiv setidaknya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Kegunaan, yakni agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana. Pada BAZIS DKI Jakarta tidak mengalami penurunan dalam menghimpun dana zakat setiap tahunnya. Semua dapat dilihat dari laporan keuangan keseluruhan untuk 3 tahun terakhir 2011-2013 adapun perolehan ZIS tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011 yaitu sebesar Rp64.780.812.886 meningkat sebesar Rp12.011.993.951 dan untuk tahun 2012 perolehan dana ZIS sebesar Rp81.453.310.876, maka untuk tahun 2013 naik sebesar Rp16.342.568.394 menjadi Rp97.795.879.270. Untuk penghimpunan dana zakat pada BAZIS DKI Jakarta tidak stabil karena setiap tahunnya penerimaan dana zakat mengalami peningkatan. Bahwasanya dana zakat yang dikumpulkan oleh BAZIS dari tahun 2011-2013 memiliki sifat yang berkesinambungan dalam hal penghimpunan dana zakat baik menggunakan payroll system maupun tidak, karena dana zakat keseluruhan tidak dapat mencapai target jika tidak adanya dana dari payroll system. Semuanya dapat 8 Hasil wawancara bersama bapak Sukiyana Kasubag. Umum BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 5 Mey 2015 jam 13:30.