Pendekatan Terhadap Efektifitas Teori Efektivitas
Kedua, Seruan Presiden Republik Indonesia pada peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, pada tanggal 26 Oktober
1968 tentang perlunya intensifikasi pengumpulan zakat sebagai potensi yang besar untuk menunjang pembangunan.
Dua hal inilah yang melatarbelakangi pendiian BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya, secara resmi, Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ali
Sadikin mengeluiarkan Surat Keputusan No. Cb. 1481868 tertanggal 5 Desember 1968 tentang pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan
syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan keputusan tersebut, maka susunan organisasi BAZ
dibentuk mulai tingkat Provinsi DKI Jakarta hingga tingkat kelurahan, tugas utamanya adalah pengumpulan zakat di wilayah DKI Jakarta dan
penyalurannya terutama ditujukan kepada fakir miskin. Sejak berdiri dan tahun 1968 hingga tahun 1973, Badan Amil Zakat
BAZ DKI Jakarta telah berjalan dengan cukup baik. Hanya saja pada aspek penghimpunan zakat yang terlihat belum optimal. Jumlah dana zakat
yang terhimpun masih jauh dan potensi ZIS yang dapat digali dari masyarakat. Hal ini disebabkan lembaga ini membatasi diri pada
penghimpunan dana zakat saja. Oleh sebab itu, untuk memperluas sasaran operasional dan karena
semakin kompleknya permasalahan zakat di Provinsi DKI Jakarta maka Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada 1973 melalui keputusan No.
D.IIIB14673 tertanggal 22 Desember 1973, menyempurnakan BAZ ini
menjadi Badan Amil Zakat dan infakshadaqah yang selanjutnya disingkat menjadi BAZIS. Dengan demikian, pengelolaan dan pengumpulan harta
masyarakat menjadi luas, karena tidak hanya mencakup zakat, akan tetapi lebih dan itu, mengelola dan mengumpulkan infaqshadaqah serta amal
sosial masyarakat lain.
2