Masalah Adanya Hubungan dengan Jaringan Al-Qaeda dan Taliban

45 AS mulai merasa panas-dingin. Menurut Saddam, apa yang dilakukan AS di Afghanistan hanya akan melahirkan instabilitas dan kekacauan yang lebih besar di dunia, agresi AS akan lebih meluas ke negara-negara lain , tutur Saddam seperti dikutip kantor berita Reuters pada tanggal 8 Oktober 2001. Jelaslah, komentar Saddam yang terlampau pedas itu membuat gerah para petinggi AS ketika itu. Mereka yang sejak semula ingin sekali menggempur Irak seperti mendapatkan momentum yang cocok untuk melaksanakan niatnya. Apalagi setelah mendapat informasi dari perdana menteri PM Ceko, Millos Zeman, yang tengah berkunjung ke Washington. Kepada Colin Powell Menteri Luar Negeri AS, Zeman mengatakan bahwa Muhammad Atta, salah seorang kelompok pemimpin pembajak pesawat yang digunakan untuk menabrak menara kembar WTC, pernah berkunjung ke Praha pada bulan April 2001. Saat itu ia berunding dengan intelijen Irak, Ahmad Ani, salah seorang staf Kedutaan Besar Irak di Praha. Mereka berusaha menyerang kantor pusat radio Free Europe karena telah menyiarkan program-program anti Saddam ke Irak. Namun belakangan ini pernyataan Millos Zeman itu semuanya tidak benar. 32 Sepertinya apa yang sering dialamatkan oleh AS untuk Irak semuanya itu tidak berdasar. Bukti-bukti yang disodori oleh AS semua hanya sebuah alibi yang tidak berasalan. Apa yang dikemukakan oleh George Walker Bush beserta kroni- kroninya di Gedung Putih ini membuktikan hanya sebuah agenda politik hegemoni dan agresi Amerika Serikat untuk menekan ambisinya melancarkan aksi perangnya agar sesuai dengan harapannya. Memang banyak alasan mengapa penulis katakan bahwa George Walker Bush biang keladi dari semua perang ini. 32 Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish Jakarta: Kompas,2005, h. 64- 66. 46 Oleh sebab itu pada Oktober 2001 AS meluluhantahkan Afghanistan terlebih dahulu dengan dalih tadi. Pada 21 Maret 2003 tentara AS melancarkan agresi terhadap negara Irak tanpa dikutuk apalagi dicegah PBB. Presiden Bush Jr yang didukung sepenuhnya oleh negara multinasional yaitu Inggris, Australia, dan Spanyol sama sekali tidak menghiraukan kecaman serta keberatan dari negara- negara yang antiperang. Sejak awal Bush Jr tidak punya opsi lain selain mengumandangkan genderang perang. AS bahkan tidak perlu menunggu hasil sidang DK PBB yang semula hendak memperdebatkan rancangan resolusi kedua yang mereka buat bersama Inggris. Pasalnya, Prancis dan Rusia yang memiliki hak veto di DK PBB sudah dipastikan akan menjegal rancangan resolusi yang memberikan wewenang penggunaan kekuatan militer terhadap Irak ketika itu. 33 Pada tahun 2004, Komisi Nasional tentang serangan terorisme terhadap AS yang lebih dikenal dengan sebutan Komisi 911 menyimpulkan, tidak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa Saddam memberikan bantuan kepada Al-Qaeda untuk membantu penyerangan terhadap gedung WTC dan Pentagon pada 11 September 2001. Kesimpulan Komisi 911 itu diperkuat oleh kesimpulan yang diungkapkan CIA. Dinas intelijen AS ini, menyatakan tidak pernah menemukan bukti yang meyakinkan bahwa rezim Saddam Hussein memberikan perlindungan terhadap Abu Musab al-Zarqawi. Sebelumnya para petinggi AS, termasuk presiden Bush dan wakil presiden Dick Cheney bahwa al-Zarqawi ada hubungan dengan Osama bin Laden dan mendapat perlindungan dari Saddam. Jauh sebelumnya Menteri Luar Negeri AS, Colin Powell, saat menjelaskan tentang Irak di Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 5 Februari 2003, 33 M. Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah Jakarta: Mizan, 2007, h. 144-145. 47 mengatakan bahwa al-Zarqawi melakukan rihlah ke Irak pada bulan Mei 2002 untuk menjalani perawatan. Ia tinggal dua bulan di sana, sepanjang masa itu hampir dua lusin pengikutnya berada di Irak. Presiden Bush berpandangan bahwa perang di Irak terkait dengan perang melawan Al-Qaeda dengan tujuan yang lebih luas menanamkan demokrasi di Irak. Presiden Bush menyampaikan pidatonya pada tahun 2003; penjaminan untuk membentuk sistem demokrasi di Irak sebagai langkah pertama menuju untuk mempromosikan demokrasi liberal di seluruh Timur Tengah. Demokrasi Irak akan berhasil dan sukses jika semua pembantu telah mengirim berita, dari Damaskus ke Teheran-kebebasan yang dapat menjadi masa depan setiap bangsa. Bush dalam hal ini mengatakan dalam sebuah pidatonya di National Endowment pada tanggal 6 November 2003, Washington, DC: mengenai demokrasi yang telah diterapkan Amerika Serikat akan diterapkan pula di jantung Timur Tengah yaitu pembentukan Negara Irak secara Demokrasi, dalam acara itupun Bush menyampaikan, AS akan melakukan revolusi demokrasi secara global. Dalam khotbahnya itu bermaksud tidak hanya Irak yang akan menjadi negara berdemokrasi. Namun, AS juga mencoba untuk membangun adanya model demokrasi bagi negara-negara Arab lainnya. 34 Apalagi yang hendak dijadikan dasar oleh AS untuk membenarkan serangan menginvasi Irak dan menyingkrikan Saddam Hussein? Ini semua hanya tipuan belaka untuk mengelabui masyarakat dunia demi memperlancar keinginannya menggempur negara-negara Timur Tengah di antaranya Afghanistan dan Irak 34 Christopher Preble, Exiting Iraq:Why The US Must End The Military Occupation and Renew The War Againts Al-Qaeda Washingthon DC, Cato Institute, 2004, h. 27. 48 terlebih dahulu. Politik intervensi menjadi sebuah keniscayaan bagi AS untuk melakukan pendudukan pada suatu negara. Akan tetapi apa yang kita lihat sebenarnya, lagi-lagi tiadanya bukti-bukti pendukung keterlibatan Irak dengan serangan teroris maupun jaringan Al-Qaeda itu sama sekali tidak menyurutkan keinginan George Walker Bush dan jajaran kaum Hawkishneo-konservatifberwatak keras. Tidak adanya bukti bahwa Irak mempunyai senjata pemusnah massal juga tidak menjadi hal penting bagi Washington. Mereka ingin tetap menggempur Irak. Sungguh ironis sekali, di saat dunia menolak aksi main hakim sendiri yang dilakukan AS, tetapi ia tetap merealisasikannya. 35

C. Masalah Saddam Hussein Dianggap Pemimpin Diktator

Apakah layak sekiranya Saddam Hussein dianggap sebagai pemimpin diktator? Masalah ini menjadi dilematis jika kita tidak pandai menganalisis secara tajam dan komprehensif. Layaknya pisau bermata dua yang siap menikam kita jika kita menelaah sebuah kasus hanya berdasarkan bukti-bukti yang tidak jelas arahnya, mengakibatkan kita terjerembab dalam kubangan subyektivitas. Maka dari itu sebagai akademisi, sejatinya, ketika menemukan sebuah kasus jangan hanya melihat dari satu sisi saja, tetapi kita tilik dari pelbagai sisi, dari yang pro hingga kontra, simpati dan antipati, mendukung serta mengecam, dst. Saddam Hussein kecil merupakan petarung antar gangnya yang banyak ditakuti musuh-musuhnya. Kehidupan keras yang membuatnya jadi begini, dari kecil ia hidup dalam kesengsaraan di mana ia tinggal bersama ayah tirinya yang 35 Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish, h. 80-81. 49 dikenal lumayan kejam dalam mengurus Saddam kecil. Hingga ketika itu, Saddam sampai memohon kepada ayah tirinya agar menyekolahkannya. Sang ayah bernama Hassan al-Ibrani yang juga merupakan pamannya dikenal sangat keras memperlakukan Saddam. Hingga dipastikan kurang begitu bersahabat layaknya orang lain dengan musuh meskipun dengan anak tirinya sendiri, suka memaki- maki hingga menolak permintaan itu. Saddam lalu nekat meninggalkan rumah pada malam hari menuju pamannya yang lain yang menyayanginnya. Khairullah Tuflah adalah pamannya yang berasal dari daerah Tikrit. Di mana itu adalah tempat tinggal dari paman Saddam yang menyayanginya. Dengan tempat tinggal barunya itu jelas di sana Saddam mendapatkan apa yang ia inginkan untuk melanjutkan sekolahnya. 36 Sehingga sifat yang kurang mengenakan yang dimiliki Saddam memang faktor lingkunganlah yang sangat menentukan. Ketertindasan, kezaliaman, dan intimidasi menjadi suatu hal yang biasa dialami Saddam. Mungkin berangkat dari itu semua Saddam mengalami apa yang disebut sindrom, trauma, shock yang begitu mendalam hingga ia melampiaskan dendam kesumatnya itu kepada orang lain setelah ia berkuasa. Salah seorang pengamat Timur Tengah yang begitu kenamaan dalam bidangnya yaitu Bernard Lewis dalam bukunya The Crisis of Islam, mengemukakan bahwa selama ini Saddam merupakan pemimpin yang gemar mempropagandakan serta menautkan antara masa lalu dengan masa sekarang, antara Perang Qadisiya 637 M dan peristiwa Karbala 680 M. Perang Qadisiya dimenangkan oleh pasukan Muslim Arab. Muslim Iran melawan tentara Syah 36 June Cahyaningtyas, Saddam The Untold Story, Jakarta: PT Mizan Publika, 2007, h. 12. 50 Persia yang belum memeluk Islam dan menurut orang Islam masih menyembah berhala-berhala maka ia layak disebut kafir. Kemudian kedua belah pihak mengklaimnya sebagai kemenangan mereka, bagi Saddam Hussein merupakan kemenangan pasukan Arab atas Persia. Sementara bagi Ayatullah Khomeini, kemenangan Muslim atas orang-orang kafir. Hingga sama-sama mengklaim maka perseteruanpun terjadi, mengakibatkan salah satu penyebab terjadinya Perang Teluk I pada 4 September 1980 antara Irak dan Iran merupakan propaganda dan skenario Saddam untuk menguasai minyak di Iran. 37 Banyak alasan Saddam ketika sedang memasuki masa-masa keemasannya, ia pun ketika mengagresi Kuwait pada Perang Teluk II beralasan sama dengan melihat masa klasik lalu bahwa Kuwait di zaman Mesopotamia hingga Dinasti Abbasyiah merupakan bagian dari negara Irak yang berpusat di Baghdad. Padahal banyak pengamat menyatakan itu hanya rekayasa politik agar kilang minyak yang berada di Kuwait itu menjadi miliknya. Apalagi ketika Saddam Hussein menjadi presiden Irak yang kuat ia pernah melakukan hal-hal yang sangat menyakitkan yaitu detribalisasi kejam terhadap suku Kurdi. Suku Kurdi yang berada di Irak Utara merasa tidak pernah aman, lantaran ancaman dan teror pemerintah Saddam Hussein. Kendaraan tank dan helikopter berarakan berdatangan. Seperti angin gunung bertiup dingin menyapu wilayah Zakhu, begitulah yang terjadi kemudian. Kedatangan mesin perang itu menebarkan hawa dingin ke seluruh Zakhu, sebuah kota yang dihuni 70.000 jiwa suku Kurdi di perbatasan Suriah dan Turki. Dalam beberapa jam, ratusan wanita, anak-anak, dan orang tua histeris sambil berlarian meninggalkan desa mereka 37 Bernard Lewis, The Crisis of Islam Surabaya: JP Press, 2004, h. 8. 51 yang terletak di Zakhu Selatan. Mereka tidak menyangka bahwa angin dingin yang berembus itu adalah gas mematikan yang disebarkan oleh tentara Irak. Khalil Ibrahim 30 tahun mengaku bahwa ia adalah orang Kurdi dan bekas tentara Irak yang desersi, buru-buru berlari ke rumahnya. Ia mendapati istrinya sedang menangis sambil memeluk ketujuh anaknya. Tanpa pikir panjang, Khalil Ibrahim, anak, istri, dan kerabat lainnya segera meninggalkan kampungnya berlari mencari selamat ke daerah pegunungan untuk menghindarkan diri dari serangan tentara Irak. Khalil Ibrahim beserta keluarganya seperti para pengungsi lainnya, terbawa arus mencari selamat. Eksodus besar-besaran yang terjadi pada tahun 1991 itu merupakan eksodus kedua orang-orang Kurdi dari Irak Utara. Pertama terjadi pada tahun 1988, hari itu, Jum ‟at 16 Maret 1988. Pesawat-pesawat tempur Irak membombardir Halabja. Sebuah kota yang berada di Provinsi Sulaymaniya, sekitar 260 kilometer timur laut Baghdad. Letak Halabja dekat perbatasan Iran, sekitar 11 kilometer. 38 Ini memunculkan hipotesa kuat bahwa ambisi kekuasaan Saddam sebagai diktator dibaluti dengan kekejaman. Tetapi bagaimanapun harus kita ketahui bahwa banyak sumbangan Saddam terhadap Irak di antaranya memiliki berkah minyak yang banyak dan program NBC yang luar biasa. Semua itu ia lakukan demi kesejahteraan rakyatnya baik yang tentara maupun rakyat sipil. Dalam koran Kompas diceritakan, untuk memenuhi kebutuhan dan sumber air di Irak, presiden Saddam Hussein membangun sebuah dam cukup luas di wilayah Mosul, Irak Utara. Dam yang disebut Sadd Saddam atau Dam Saddam itu kini menjadi sebuah panorama wisata 38 Trias Kuncahyono, Bulan Sabit di atas Baghdad .h. 164-165.