Pengaruh Terhadap Kehidupan Politik
71 Osama bin Laden dan menghancurkan Al-Qaeda. Padahal itu tujuan perang
Afghanistan. Selain itu, kemenangan perang di Irak yang cepat belum tentu juga memenangkan damai, yaitu menjadikan Irak kekuatan baru yang memperkuat
kepentingan AS dalam segala bidang. Sekarang AS selalu mengatakan bahwa setelah melikuidasi Saddam Hussein, Irak akan dijadikan negara demokrasi yang
makmur dan maju yang menjadi kekuatan damai di Timur Tengah dan teladan bagi negara lain di kawasan itu. Akan tetapi sama sekali tidak ada jaminan bahwa
mudah untuk menciptakan gambaran ideal itu, sekalipun Saddam Hussein sudah tersingkirkan. Berbagai masalah politik akan timbul karena kepentingan yang
berbeda dari rakyat Irak. Pertentangan baru antara etnis Kurdi dan penguasa Irak, mudah terjadi kalau kaum Kurdi tidak mendapat bagian yang mereka anggap
sepadan dalam susunan politik baru. Demikian pula pertentangan kaum Shiah dan Sunni mungkin sekali berkobar, karena masing-masing ingin memperoleh tempat
yang lebih baik dalam susunan Irak baru, dan masalah-masalah lain yang akan menimbulkan banyak persoalan bagi stabilitas politik.
Demikian pula kepentingan Rusia dan Prancis, yang tidak akan begitu saja menerima penguasaan AS atas Irak, tidak akan membuat usaha stabilisasi mudah.
Padahal, stabilisasi politik amat diperlukan, karena sudah jelas dari semula AS begitu gigih hendak menyerang Irak, terutama untuk penguasaan minyaknya yang
kedua terbesar di Timur Tengah setelah Saudi Arabia.
57
Dengan demikian sudah dan akan terbukti akibat invasi AS ke Irak akan mengalami stabilitas politik yang
tidak kenal arah. Suasana baru perpolitikan Irak akan mengalami masalah- masalah baru yang nantinya akan lebih rumit.
57
Sayidiman Suryodiprodjo, Akibat Perang Irak yang Perlu diwaspadai, artikel diakses pada 24 Februari 2003 http:www.suarapembaruan.comNews.
72 Ketika demokrasi mulai digalakkan di Irak, sistem perpolitikan pun
berubah. Pemilu dimulai ketika rezim Saddam roboh di antara tahun 2005. Walaupun di Irak terjadi pemilihan umum yang dilaksanakan di Baghdad. Tetapi
minat masyarakat sipil Irak ternyata tidak mengalami defisit, justru mengalami signifikasi yang lumayan luar biasa. Karena sederhana saja, kondisi politik dan
sosial Irak di saat itu sedang tidak menentu bahkan terbilang kacau sejak penyerbuan AS ke Irak. Maka dari itu, rakyat membutuhkan figur seorang
pemimpin yang ia harapkan. Tidak lain dengan jalan demokrasilah segala keinginan masyarakat untuk memilih pemimpin yang mereka rasa pantas. Layak
untuk dijadikan pemimpin Negara Irak bisa terealisasikan. Sekalipun menuai pro- kontra masalah ini menjadi sungguh yang menakjubkan, di mana partisipasi warga
sipil dalam pemilu di Irak yang ternyata cukup tinggi, di atas 60 persen. Walau memang di daerah segitiga Sunni, termasuk Ramadi, banyak TPS
yang kosong akibat serangan yang bertubi-tubi antara pihak militer AS dan pemberontak ataupun para Mujahidin Irak ketika itu. Ledakan demi ledakan pun
menjadi hal yang sudah sering terdengar. Hampir setiap hari Pemilihan Umum itu dikabarkan dalam acara konferensi pers sejauh mana perolehan suara itu
dilakukan. Sayangnya, proses penghitungan dilakukan sangat tertutup, tidak seperti di Indonesia, kita bisa melihat secara langsung perolehan suara di TPS-
TPS. Alasannya, demi keamanan dan keselamatan para penghitung suara menghindari mereka dari sabotase dilakukan pihak-pihak yang tidak
menghendaki adanya pemilu karena pemilu adalah hasil rekayasa dan produk AS. Walhasil, penghitungan suara tidak transparan dan masyarakat sipil serta para
73 jurnalis yang sedang meliput pun tidak bisa betul-betul yakin penghitungan suara
dilakukan secara jujur dan adil ataupun tidak. Di sebuah pasar di kota Baghdad terlihat hanya beberapa toko yang buka.
Menurut para pedagang, sambil menuggu hasil pemilu diumumkan, masyarakat lebih memilih tidak keluar rumah akibat khawatir akan adanya perlawanan dari
kelompok-kelompok yang tidak senang dengan pemilu sehingga trauma akan mengalami kembali korban rakyat sipil menjadi sasaran amuk kelompok militan
Irak. Jadi, pasar tidak terlihat ramai seperti biasa-biasanya, hingga terkesan sepi, dan para penjual pun tidak merasa bergairah.
Lebih menyedihkan lagi, rakyat Irak yang dulunya terkenal ramah dan selalu hormat dengan tamu-tamu dari manapun mungkin hampir sama dengan
rakyat Indonesia, namun sekarang hal itu tidak lagi. Kini mereka lebih banyak dihantui rasa ketakutan bila melihat orang asing bertebaran di kawasan Irak.
Tatapan mereka selalu curiga dan tidak bersahabat. Tetapi mungkin dengan bicara baik-baik hati mereka akan lunak.
58
Karena harus kita sadari pula mereka begini bukan karena kemauannya sendiri, tetapi akibat perang dan konflik yang melanda
mereka serta trauma mendalam yang menghujami psikologis mereka.