Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 perlawanan berarti. Emir Kuwait sempat melarikan diri ke Saudi Arabia. Raja
Fahd ibn Abdul Aziz mengecam tindakan invasi Irak atas Kuwait.
3
Tidak hanya itu, Riza Sihbudi dalam bukunya Bara Timur Tengah pun memiliki asumsi lain terkait Perang Teluk II terjadi bukan hanya sengketa lahan.
Dikatakannya, pemerintah Baghdad menderita kerugian sekitar US 450 milyar akibat perang Iran-Irak dan terjerat utang US 80 milyar sebagian besar dari
negara-negara GCC Gulf Cooperation Council, khususnya Saudi Arabia dan Kuwait. Padahal pendapatan tertinggi Baghdad diperkirakan hanya US 12 milyar
per tahun. Artinya, untuk kembali membangun negaranya, Saddam Hussein sedikitnya harus memiliki waktu 40 tahun lamanya. Bagi Saddam menyerbu dan
mencaplok negara Kuwait merupakan jalan pintas mengatasi masalah ekonomi negaranya.
Hingga saat itu kecaman dari seluruh dunia pun berdatangan. Dewan Keamanan PBB pun ikut andil mengesahkan Resolusi 661, yang memberlakukan
sanksi terhadap Irak. Ekspor minyak Irak pun mulai terhenti akibat Irak menganeksasi Kuwait. Mulailah pasukan udara AS tiba di Saudi Arabia bergerilya
menyerang Irak sambil menunggu pasukan multinasional untuk mendukungnya. Pada 21 Agustus 1990 melihat konflik ini Eropa melakukan pertemuan negara-
negara Eropa Barat di Paris untuk sepakat mendukung pengiriman pasukan multinasional, di antaranya Inggris, Perancis, dan Belanda ke Teluk Persia Arab.
Gempuran bertubi-tubi pun mulai terdengar keras di bumi Irak ketika itu. Irak melakukan aksi perlawanan sendiri terhadap serangan pasukan multinasional.
beberapa ladang minyak Baghdad di antaranya ludes terbakar akibat sasaran rudal
3
Satrio Arismunandar, Catatan Harian Dari Baghdad Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991, h. 174-175.
5 yang dilancarkan AS. Pada 25 Januari 1991 dinyatakan Irak, pesawat pasukan
multinasional menembak dua tanker minyak, yang menghasilkan kebocoran minyak di perairan Teluk. Terindikasi kuat dilakukan oleh pasukan koalisi
multinasional. Dengan begitu tidak hanya Saddam yang gerah akan serangan dari AS maupun multinasional tetapi rakyat yang menjadi korban pun menjadi sasaran
dari penyerbuan tersebut. Hal ini mengakibatkan rakyat tetap mempercayai kepemimpinan Saddam Hussein sebagai presiden Irak, yang begitu piawai dan
tangguh dalam menghadapi serangan dari negara-negara adikuasa seperti AS dan Eropa. Dengan begitu Saddam pun memanfaatkan dukungan sebagian besar
rakyat Irak untuk tetap bertahan menjadi presiden Irak.
4
Perang Teluk II ini merupakan cikal bakal terjadinya invasi pasukan Amerika Serikat AS terhadap Irak. Ini merupakan babak baru konflik Irak-AS
yang menjadi topik proposal skripsi ini. AS melobi Perserikatan Bangsa Bangsa PBB agar memberikan embargo ekonomi kepada pemerintahan Irak di bawah
Saddam Hussein. Dampak dari kezaliman para elite politik AS itu, seperti: George W. Bush presiden, Robert Dick Cheney wakil presiden, Colin Powell
menteri luar negeri Condoleezza Rice penasihat keamanan nasional, Donald Rumsfeld menteri pertahanan, Paul D. Wolfowitz wakil menteri pertahanan
yang dikenal sebagai kelompok Hawkish, membuat bahaya kelaparan pangan bagi kelangsungan hidup masyarakat sipil Irak.
Pemilihan presiden AS 4 November 2000 dimenangkan secara kontroversial oleh George Walker Bush, yang tidak lain merupakan anak dari George H. W.
Bush presiden AS 1988-1992. Sejak pertama kali menginjakan kakinya di
4
Satrio Arismunandar, h. 177-197.
6 Gedung Putih sebagai seorang presiden pada 1 Januari 2001, Bush Jr sudah
bertekad untuk menyerbu Irak dan menggulingkan Saddam Hussein dari jabatan presiden Irak. George H. W. Bush gagal menggulingkan Saddam Hussein, dan ia
pun bahkan gagal terpilih kembali sebagai presiden AS dalam pemilihan tahun 1992. Keadaan ini oleh Bush Jr dianggap bahwa Saddam Hussein telah
mempermalukan ayahnya, Bush Sr. Di samping itu juga karena ada lantai sebuah hotel termewah di Baghdad yang bergambar wajah Bush Sr yang dengan
sendirinya setiap hari terinjak-injak oleh kaki para tamu hotel itu. Tentu bukan hanya itu, Bush Jr sejak awal telah menyebut dirinya sebagai “seorang presiden
perang”.
5
Sejak tahun 2001, situasi politik internasional tidak menentu. Terutama setelah terjadinya dua peristiwa penting. Pertama, terjadinya tragedi penyerangan
terhadap gedung kembar pencakar langit World Trade Centre WTC di New York serta gedung Pentagon di Washington DC, Amerika Serikat pada 11
September 2001. Meskipun bukti-bukti yang disodorkan masih kontroversial, pemerintah AS bersikeras menuduh jaringan terorisme internasional, Tanzhim al-
Qaeda pimpinan Osama bin Laden yang berbasis di Afghanistan sebagai pelaku utamanya. Kedua, invasi dan pendudukan AS atas Irak sejak April 2003. Invasi
dan pendudukan AS terhadap Irak ini didasarkan atas tuduhan bahwa rezim yang berkuasa di negara tersebut merupakan pendukung jaringan terorisme
internasional dan memiliki senjata pemusnah massal yang dikembangkan rezim Saddam Hussein. Invasi tersebut tidak hanya berdasarkan pada tujuan mengambil
senjata pemusnah massal dan adanya konspirasi mesra antara rezim Saddam
5
Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah Jakarta: Mizan, 2007, h. 144-145.
7 dengan kelompok Al-Qaeda dan Taliban. Namun menurut Riza Sihbudi peneliti
LIPI dalam bukunya Menyandera Timur Tengah mengatakan bahwa semua tuduhan tersebut adalah sebuah rekayasa politik yang dilancarkan AS agar bisa
melegitimasi perang terhadap Irak, walaupun mendapat kecaman dari berbagai negara yang tidak menyetujui aksi penyerbuan terhadap Irak, hingga PBB pun
menolak memberikan legitimasi dan restunya terhadap invasi tersebut. Yang lebih ironisnya lagi, semua dokumen menjadi dasar semua tudingan itu pun ternyata
diyakini banyak kalangan tidak lebih daripada tipuan belaka, dari kalangan intelijen AS. Menurut sumber lain yaitu buku Blood Money Membuang Jutaan
Dolar, Menewaskan Ribuan Jiwa, Perusahaan Rakus di Irak karya tim
investigasi perang Irak yang berasal dari AS bernama Christian Miller pada halaman xviii secara kronologis dijelaskan bahwa, pada tanggal 8 Maret 2003
pasukan bersenjata AS menganugerahkan kontrak senilai US 7 milyar kepada perusahaan Halliburton untuk merehabilitasi industri minyak di Irak dan setelah
itu pada tanggal 22 April 2003 perusahaan Halliburton memperoleh kucuran minyak Irak untuk pertama kalinya sejak invasi.
6
Ini mengakibatkan adanya indikasi yang kuat bagaimana latar belakang pendudukan AS atas Irak yang
sebenaranya: tidak lain ingin menguasai minyaknya, karena kita tahu bahwa negara Irak merupakan penghasil minyak terbesar ketiga di dunia.
Dalih untuk menghentikan terorisme dan menghancurkan senjata pemusnah massal di Irak itu semua terbantahkan setelah David Kay pimpinan inspektur
persenjataan AS di Irak pada tanggal 28 Januari 2004, mengatakan kepada seluruh anggota DPR dan senat AS bahwa mereka tidak pernah menemukan senjata
6
Christian Miller, Blood Money Membuang Jutaan Dolar, Menewaskan Ribuan Jiwa, Perusahaan Rakus di Irak.
h. xviii-xix.
8 pemusnah massal yang selalu menjadi alasan dari peperangan ini, dan hasilnya,
bahwa intelijen praperang telah keliru.
7
Di masa transisi perpolitikan ini paling tidak ada dua skenario yang akan diterapkan pada Irak jika AS menginvasinya tanpa dukungan dunia internasional
karena Irak dianggap tidak terbukti melanggar dan menabrak aturan main yang telah diratifikasi oleh PBB melalui Resolusinya No. 1441, yakni memiliki senjata
pemusnah massal, seperti nuklir, senjata kimia, dan biologi. Sejak saat itu invasi dan pendudukan AS terhadap Irak tetap saja
berlangsung, akibatnya gelombang anti invasi AS pun merebak di mana-mana. Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa PBB pun menolak memberikan legitimasi
atas invasi AS ke Irak.
8
Semuanya berdampak buruk bagi kedamaian rakyat sipil Irak yang semula aman terkendali, menjadi menakutkan. Karena akibat invasi AS di Irak, ratusan
ribu rakyat Irak menjadi korban dan Negeri 1001 Malam itu jadi carut marut oleh berbagai aksi kekerasan dan pertikaian antar sektarianmazhabetnis, masalah
kematian warga sipil yang sia-sia, masalah listrik air, tempat-tempat rumah sakitIbadah dan tempat perlindungan lainnya.Yang telah direnggut dengan
ledakan-ledakan bom yang dilancarkan AS dan sekutunya. AS bukan hanya harus menarik seluruh tentaranya dari Irak, tapi Bush juga harus dimintai pertanggung
jawabannya atas pelanggaran HAM berat, jika perlu di hadapan Mahkamah Internasional.
Aksi penolakan pun digelorakan oleh Organisasi Konferensi Islam OKI dan Liga Arab sebagai jembatan perdamaian bagi kelanggengan hidup rakyat
7
Christian Miller, h. xxi.
8
M. Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah Jakarta: Mizan, 2007, h. 283.
9 Timur Tengah. Juru bicara Liga Arab, Hisyam Yusuf, menegaskan, sikap resmi
negara-negara Arab tidak akan pernah berubah, yakni menolak aksi militer AS ke Irak seperti yang direkomendasikan Konferensi Tingkat Tinggi KTT Arab di
Beirut pada bulan Maret 2002. Menurut Yusuf , tidak ada alasan yang kuat dan layak untuk menyerang Irak selama Baghdad melaksanakan resolusi DK PBB
serta menghormati legalitas internasional.
9
Akibatnya masa depan rakyat Irak sampai tahun 2007 bisa dikatakan tidak kondusif.