Kebijakan Politik Dalam Negeri Saddam Hussein
30 dan mengembargo Baghdad. Pencabutan sanksi tersebut akan mengisyaratkan
basis kekuasaan Saddam bahwa pemimpin Irak tidak dapat ditundukkan ataupun dikalahkan kemudian muncul sebagai pihak yang menang. Dalam pengertian
material, pencabutan sanksi akan meningkatkan sumber daya rejim Baath dan memungkinkan Saddam membangun kembali kekuatan konvensionalnya.
Untuk jangka panjang, Saddam menuntut hegemoni regional dan pengakuan sebagai pemimpin Arab. Propaganda Irak dan upaya Saddam untuk
memperluas pengaruhnya melalui kekuatan terhadap Iran dan Kuwait, memperlihat pemimpin yang mempunyai komitmen untuk melakukan ekspansi.
Untuk mengakhiri ini semua. Irak membangun berbagai kekuatan konvensional setelah perang Iran-Irak dan membangun pasukan terbesar ke empat di dunia
sebelum sebagian besar pasukannya dihancurkan dalam perang Operasi Badai Gurun. Bagi Sadam dan partai Baath , keberhasilan Pan-Arab di luar negeri yang
menegaskan hegemoni Irak dianggap sebagai meningkatnya pengaruh mereka di dalam negeri.
Memiliki persenjataan NBC melengkapi ambisi Saddam tingkat regional. Pertama, persenjataan ini memberikan pada Irak sebuah instrument
militer untuk membuktikan kekuataannya. Ia dapat mengancan negara-negara tetangganya atau, bila perlu menggunakan senjata ini untuk mencaplok wilayah
dalam medan perang seperti yang dilakukannya pada tahun-tahun terakhir perang antara Irak dan Iran. Baik Saddam maupun basis kekuasaannya meyakini,
persenjataan kimia memainkan peranan penting dalam kemenangan Irak atas Iran pada perang antara Irak dan Iran. Kedua persenjataan NBC memberikan potensi
untuk melakukan perlawanan atas superioritas konvensioanl Amerika Serikat di
31 kawasan ini. Ketiga persenjataan ini adalah symbol status, sebagai sebuah negara
NBC, khususnya senjata nuklir, Irak di bawah rejim Saddam dapat mengancam Israel dan harus ditanggapi secara serius oleh pihak Barat. Oleh karena itu
kebijakan luar maupun dalam negeri yang dilakukan banyak menuai kontroversi.
21
D.Kondisi Kehidupan antar EtnisMazhabSekte.
Segera setelah terjadi perang Irak antara Kuwait itu selesai tahun 1991. Kondisi keadaan etnismazhabsekte tidak adanya tanda-tanda kehidupan yang
membaik. Segera pasca Operasi Badai Gurun, suku minoritas Kurdi Irak memberontak terhadpa rejim Baath. Pada 22 maret 1991, rejim ini melakukan
serangan balasan terhadap rejim Saddam yang otoriter semenjak awal karir ia menjadi presiden pada tahun 1970-an.
Yang melakukan serangan-serangan terhadap suku minoritas Kurdi di Irak Utara. Angkatan Darat Irak menyerang para pemberontak dan warga sipil di Irak
Utara yang menyebabkan jatuh korban dalam jumlah yang besar dan penderitaan di antara suku Kurdi Irak. Puluhan ribu suku Kurdi meninggalkan daerahnya
ketika pemrintahan pusat dapat mengambil alih kekuasaan di sana dan lebih dari satu juta suku Kurdi meninggalkan desa-desa mereka ke arah Iran dan Turki.
Banyak di antara mereka hidup tanpa makanan atau perlindungan yang memadai di gunung-gunung Irak Utara.
Untuk meringankan krisis dan beban suku Kurdi. AS mulai memanfaatkan situasi dengan mengirim pasukan pada bulan April 1991 untuk menciptakan rasa
aman agar para pengungsi kembali ke kampung halaman mereka. Resolusi DK
21
Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf, ed., h. 33-34.