Masalah Pengincaran Minyak Irak

55 Kita bisa melihat lebih dalam betapa sulitnya AS ketika permasalahan minyak buminya yang mengalami angka defisit. Hingga mengakibatkan AS mengalami kebingungan dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonominya. Dengan melihat negara Irak yang menjadi penguasa minyak dunia, AS mulai melakukan aksi lobi-lobi terselubung agar cadangan minyaknya itu stabil, bagaimanapun ini dilakukan demi kesejahteraan negaranya yang sudah tidak berdaya karena menurunnya persediaan minyaknya. Sudah sangat jelas bahwa tujuan utama perang AS terhadap Irak bukanlah seperti apa yang digembar-goemborkan oleh presiden Bush. Perang itu dilakukan bukan untuk melucuti senjata pemusnah massal yang dikembangkan oleh rezim Saddam Hussein, yang dianggapnya sebagai ancaman serius bagi dunia internasional dan negara Timur Tengah, terutama bagi negara I srael “anak emasnya”. Namun semata-mata untuk kepentingan strategis jangka panjang AS sendiri. Target dan tujuan ini merupakan prioritas AS. Hal ini mereka lakukan adalah untuk mencari solusi dari ancaman kebangkrutan ekonomi yang semakin nyata. Dengan langkah ini AS memprediksi bahwa dengan melakukan intervensi dan menguasai secara langsung negara-negara yang kaya dengan sumber daya minyaknya seperti Saudi Arabia dan Irak, maka mereka akan selamat dari ancaman krisis tersebut. Intervensi atau penjajahan secara langsung kepada Irak akan mempermudah AS menguasai sumber daya alamnya. Dengan begitu, AS dengan mudah dapat mempermainkan harga minyak dunia. Selama ini, penentuan harga minyak masih dikuasai oleh OPEC, bukan oleh salah satu negara tertentu. Di sisi lain, 56 bargaining politik AS juga akan semakin kuat. Karena semua tahu bahwa minyak merupakan kekuatan yang sangat vital dan dominan dalam kancah pergumulan politik dunia untuk berebut pengaruh. Nampaknya, kekuatan minyak akan terus berlanjut sampai 100 tahun ke depan. Hasil penelitian yang mencoba mencari energi alternatif pengganti minyak ternyata belum terbukti efektifitasnya. 42 Mulai dari sini AS melancarkan aksinya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan minyak di Irak, khususnya dengan mengalihkan opini publik, membuat pernyataan palsu yang menyatakan bahwa Irak itu sumber dari pada negara teroris dan mempunyai senjata pemusnah massal. Tidak lebih dan tidak bukan AS ingin menduduki Irak untuk mengeksploitasi minyaknya. Terbukti dalam sebuah surat kepada PBB, anggota parlemen Irak menuduh AS telah mencuri sekitar 17 miliar dolar dana minyak Irak setelah invasi tahun 2003 ke negara tersebut. Dalam sebuah surat resmi ke kantor PBB di Baghdad bulan lalu, Komite Integritas Parlemen Irak meminta bantuan lembaga itu untuk memulihkan harta negara yang hilang, yang diambil dari Dana Pembangunan Irak DFI menyusul invasi AS tahun 2003 ke negara itu. Semua indikasi menunjukkan bahwa lembaga-lembaga Amerika Serikat melakukan korupsi keuangan dengan mencuri uang rakyat Irak, yang dialokasikan untuk pembangunan Irak, dan dana itu sekitar 17 miliar US, lapor Reuters. Sebelumnya pada bulan Juni, auditor AS memperingatkan sebanyak 6,6 miliar US dana rekonstruksi Irak mungkin telah dicuri dalam pencurian terbesar dalam sejarah dana nasional. Audit yang dilakukan oleh Inspektur Jenderal 42 Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf, h. 157-158. 57 Khusus untuk Rekonstruksi Irak, Stuart Bowen, menyalahkan Pentagon karena tidak melacak dana, situs antiwar.com melaporkan pada 14 Juni. Tuduhan pencurian uang yang telah dijelaskan oleh komite parlemen sebagai kejahatan finansial dicurigai dicuri oleh AS. Informasi ini datang sementara Irak tidak berwenang untuk membuat tuntutan terhadap AS sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB. DFI didirikan pada tahun 2003 atas perintah Otoritas Koalisi Sementara CPA untuk mendanai proyek-proyek rekonstruksi dan membayar gaji pegawai pemerintah Irak. CPA dipimpin oleh Paul Bremer yang dipercaya oleh pemerintah Bush dengan tugas mengawasi rekonstruksi pasca-invasi ke negara itu. Tidak seorang pun di sisi Irak yang memiliki otoritas untuk mengontrol Paul Bremer pada waktu itu. Jadi menurut hemat saya pemerintah AS perlu memberikan jawaban ke mana dan bagaimana uang tersebut digunakan, kata jurubicara pemerintah Irak Ali al-Dabbagh seperti dikutip oleh Reuters pada hari Minggu 196. Kita tidak bisa menuntut AS secara Hukum karena tidak memungkinkan kita untuk melakukan itu. Yang kami inginkan adalah untuk membawa masalah ini ke PBB, kata kepala Komite Integritas Parlemen Irak, Bahaa al-Araji. Jika berhasil, maka akan membuka jalan bagi Irak untuk mendapatkan kembali uang curian tersebut, tambahnya. 43 Sudah begitu mulai ketahuan semua belang dari AS, karena masalah perang ini banyak rakyat dari militer hingga rakyat sipil menjadi sasaran dari amuk militer AS yang mengatasnamakan perang melawan teroris dan menjaga perdamaian dunia. Apalagi di sini pun Saddam menjadi korban dari keganasan 43 AS Dituduh Merampok Uang Minyak Irak, artikel diakses Senin, 20062011 08:03 WIB dari http:www.eramuslim.comberitaduniaas-dituduh-merampok-uang-minyak-irak.htm. 58 Bush beserta kroni-kroninya dia dituduh telah menghancurkan negaranya sendiri, padahal kita tahu diapun juga menjadi korban. Dalam sebuah artikel koran Kompas , Saddam menegaskan, sama sekali tidak mempunyai niat menghancurkan negerinya, antara lain dengan membakar kilang minyak, jika AS melancarkan serangan. Ia pun menegaskan, tidak akan pernah meninggalkan Irak. sementara itu AS justru memperingatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB bahwa George Walker Bush menegaskan, AS bisa bertindak tanpa mandat PBB. Hanya ada satu cara, yaitu pelucutan senjata penuh, tegas Bush. Perang adalah pilihan saya terakhir. Itulah mengapa dunia bersatu untuk meyakinkan Saddam soal perlunya melucuti senjata, lanjutnya. 44 Beginikah apa yang dilakukan Bush. Sungguh sangat ironis sekali, dengan berdalih menjaga perdamaian tetapi ia berulang kali melakukan perusakan dan penghancuran terhadap negara lain khususnya negeri seribu satu malam, Irak. 44 Saddam: Tak ada Niat Saya Membakar Kilang Minyak , Kompas, 27 Februari 2003, h. 2. 59

BAB IV DAMPAK PENYERBUAN AMERIKA SERIKAT ATAS IRAK

A. Pengaruh Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

Setelah perang di Irak yang dikomandoi oleh Amerika Serikat mulai berakhir, dampaknya ialah korban nyawa yang terus berjatuhan. Tidak hanya itu saja hak sipil rakyat Irak yang tidak berdosa itupun ikut terdegradasi. Hidup pun semakin menderita ketika semuanya hancur, harta benda serta semua yang dimiliki hilang tanpa tersisa. Perang ternyata tidak hanya membawa luka tetapi juga petaka yang mengakibatkan trauma yang berkepanjangan. Kehidupan sosial masyarakat pun semakin tidak terkendali akibat konflik yang berkepanjangan itu. Sekali lagi penulis katakan bahwa masyarakat sipillah yang menjadi korban keberingasan kedua belah pihak yang ingin merealisasikan ambisi dan kepentingannya di atas penderitaan orang lain. Dilaporkan pula bahwa korban tewas maupun luka tidak hanya dari pihak militer Irak yang berperang melawan invasi AS, tetapi juga warga sipil Irak yang hendak melakukan aktivitas sebagaimana biasanya. Salah satu contohnya ialah korban bom nyasar yang diinvestigasi langsung oleh wartawan Tempo yang meliput langsung di medan perang tersebut. Menurutnya, Kareem adalah contoh korban bom nyasar dalam penyerbuan AS atas Irak. Ia tidak tahu apa-apa soal perang itu. Ia hanyalah warga sipil yang kampungnya di daerah Nahrawan, sekitar 15 kilometer dari pusat kota, porak-poranda karena perang. Mata Kareem terus tertuju ke kakinya. Ia menghela nafas panjang. Ia mencoba menenteramkan diri. 60 Alhamdulillah, saya masih hidup , ujar pasrahnya. Tetapi kepasrahan itu belum cukup karena kakinya mesti dirawat sampai bekas operasi itu kering. Namun, dokter RS al-Kindi menyuruhnya mencari rumah sakit lain. Karena rumah sakit itu tidak cukup lagi menampung korban yang terus berjatuhan serta banyak menampung korban perawatan pascaoperasi. Dokter menyuruh saya pindah rumah sakit, selain itu juga karena di sini tenaganya sangat kurang , katanya. 45 Selain RS al-Kindi, rumah sakit lain yang kebanjiran korbanpasien adalah RS Yarmuk, RS Alawy, dan RS di Kadhimiyah. Hanya RS Qadissiyah dan RS Saddam yang masih bisa menerima pasien. Kedua rumah sakit itulah Asma Shaleh merekomendasikan pasiennya untuk pindah. Selain persoalan daya tampung, rupanya kematian pasien menyebabkan trauma tersendiri bagi para dokter dan pasien. Terdapat anak usia 3 dan 6 tahun yang meninggal ketika kami rawat , ujar Shaleh. Laporan dari salah satu rumah sakit di kota Baghdad itu menggambarkan betapa perang telah menelan korban-korban tidak berdosa. Ini di luar kerusakan bangunan yang ditimbulkan akibat peluru kendali pasukan koalisi pimpinan AS yang menghujani wilayah Irak. Di hari-hari pertama perang berlangsung, sejumlah bangunan strategis dan vital milik pemerintah Irak ketika itu telah porak-poranda rata dengan tanah, salah satu contohnya: istana presiden, Markas Besar Angkatan Udara Irak, kantor Menteri Pertahanan, Markas Pusat Intelijan, dan kantor Menteri Penerangan. 46 Semuanya itu habis rata dengan tanah oleh keganasan bom pasukan AS, rakyat sipil pun tidak berdaya dibuatnya. Kecaman demi kecaman 45 Rommy Fibri dan Ahmad Taufik, Detik-Detik Terakhir Saddam Kesaksian Wartawan Tempo Dari Baghdad Jakarta: Tempo, 2008, h. 27-28. 46 Rommy Fibri dan Ahmad Taufik, h. 29-30. 61 dari dunia internasional terus dilancarkan tetapi tetap saja tidak dihiraukan oleh AS dan sekutunya. Harapan yang terus diinginkan rakyat sipil Irak tampaknya menjadi sebuah mimpi yang tidak akan pernah terwujud. Sebab kedamaian serta keamanan yang selalu dinanti itu telah direnggut oleh penyerbuan AS atas Irak. sejatinya AS harus lebih arif dan bijak dalam melakukan serangannnya. Alih-alih AS berdalih ingin menangkap Saddam Hussein dan perang melawan teroris di Irak, yang ada warga sipil tidak berdosa menjadi tumbal dari kebiadabannya, sehingga beban psikilogis sosial masyarakatnya pun menjadi taruhannya. Rakyat Irak, paling khususnya warga Baghdad, merasakan bahwa penyingkiran Saddam tidak menyelesaikan masalah. Penyingkiran Saddam, untuk beberapa waktu, tidak memberikan kedamaian, ketenteraman, keamanan, dan kenyamanan hidup. Aktivitas di Baghdad mulai hidup ketika matahari muncul dari ufuk timur, jalan-jalan pada siang hari padat, dan pada saat mentari persis di puncak langit, panasnya begitu terasa, betapa kegiatan transaksi jual beli di pasar di sana cukup terlihat ramai walaupun kondisi was-was selalu menghantui warga sipil yang hendak berdagang ataupun membeli. Lebih ironis lagi, yaitu ketika malam tiba, bahkan ketika saat maghrib berlalu, orang-orang segera meniggalkan jalanan kota. Makin malam makin terasa sepi dan mencekam. Di saat itu, bahkan setelah enam bulan patung Saddam dirobohkan masih terdengar suara letusan dan tembakan. Penduduk Kota Seribu Satu Malam itu sadar benar suara ledakan, dan tembakan itu tidak berasal dari suatu tindakan kriminal. Tidak pula dilakukan oleh pencuri atau perampok. Melainkan hasil dari serangan bersenjata yang dilakukan para pejuang Irak yang 62 terus gigih melawan pasukan pendudukan AS. 47 Ternyata memang diketahui kondisi malam sepi itu akibat semua warga sipil tidak ingin menjadi sasaran amuk militer yang menyerang warga Irak secara sporadis. Dengan begitu rakyat sipil mulai melindungi dirinya dengan melakukan aksi diam di rumah masing-masing dan tidak melakukan aktivitas sebagaimana mestinya di siang hari. Di dalam buku karya George Walker Bush yang berjudul Decision Points yang dikutip oleh koran Kompas, Bush pada awalnya menentang invasi AS ke Irak. Bush mengaku memberikan argumentasi berbeda soal rencana serangan ke Irak yang telah memakan banyak korban baik warga sipil Irak hingga tentara Irak dan AS pun terkena imbasnya. Bush pun mengatakan dalam penyerbuan atas Irak: Saya tidak ingin menggunakan kekerasan. Saya waktu itu mencoba memberikan kesempatan untuk melakukan diplomasi berjalan. ujar Bush dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi NBC senin 811. 48 Lebih mengejutkan lagi, mengapa Bush mengatakan bahwa ia tidak akan melakukan kekerasanserangan terhadap Irak, sedangkan korban tewas warga sipil Irak sudah begitu banyak ? Akan tetapi yang paling menghebohkan lagi, Bush merasa terkejut dan marah ketika ternyata tidak ditemukan senjata pemusnah massal yang digunakan sebagai dalih dari serangannya terhadap Irak. Dalam pemaparannya dia mengatakan: saya merasa mual ketika setiap kali saya memikirkan dan mengingat masa kelam itu, sampai sekarang , kata presiden AS yang ke-43 ini. 49 Meski demikian ia terang-terangan menolak meminta maaf atas tidak ditemukannya senjata pemusnah massal tersebut ataupun kekacaun yang terjadi di 47 Trias Kuncahyono, Bulan Sabit di atas Baghdad Jakarta: Kompas, 2005, h. 95-96. 48 Bush Tak Setuju Perang Irak Buku Memoar, Kompas, 10 November 2010, h. 8. 49 Kompas, 10 November 2010, h. 8.