Kepala lingkungan 13 : S. Remo
Kepala lingkungan 14 : Samsudin
Kepala lingkungan 15 : Basri
Kepala lingkungan 16 : Dani Rahman
Kepala lingkungan 17 : M. Amir
Kepala lingkungan 18 : Suyetno
Kepala lingkungan 19 : Yan Witarsah
Kepala lingkungan 20 : Suwarti
Kepala lingkungan 21 : Makmur Hutabarat
Kepala lingkungan 22 : Susanty
Sumber: Dokumentasi Kelurahan Sei Sikambing B tahun 2008
3.2. Sekilas tentang TVRI
Data sebagai berikut diperoleh dari www.dictum4magz.wordpress.com yang diakses tanggal 14 oktober 2009.
3.2.1. Sejarah singkat TVRI
Sejarah pertelevisian di Indonesia bermula pada 17 Agustus 1962. Hari itu, Televisi Republik Indonesia TVRI lahir dan untuk pertama kalinya beroperasi.
Dengan pemancar berkekuatan 100 watt, siaran pertama dilakukan untuk menyiarkan peringatan ulang tahun ke 17 proklamasi kemerdekaan bangsa
Indonesia dari halaman Istana Merdeka, Jakarta. Pada awalnya TVRI adalah proyek khusus untuk menyukseskan penyelenggaraan Asian Games ke 4 di Jakarta. Siaran
TVRI sehubungan dengan Asian Games dikoordinir oleh Organizing Comitte Asian
Universitas Sumatera Utara
Games IV yang dibentuk khusus untuk event olah raga itu, di bawah naungan Biro Radio dan Televisi Departemen Penerangan. Mulai 12 November 1962 TVRI
mengudara secara reguler setiap hari. Pada 1 Maret 1963 TVRI mulai menayangkan iklan seiring dengan ditetapkannya TVRI sebagai televisi berbadan hukum yayasan
melalui keputusan presiden RI nomer 215 tahun 1963. Namun pada tahun 1981 dengan berbagai alasan politis TVRI tidak diijinkan lagi menayangkan iklan.
3.2.2. Status hukum TVRI.
Membicarakan eksistensi TVRI sudah pasti terkait erat dengan berbagai perubahan status hukum yang terjadi selama stasiun penyiaran ini berdiri. Ada tiga
periodisasi status hukum, pertama era 1962 hingga 1975. TVRI yang terlahir secara formal 24 Agustus 1962, ditetapkan badan hukumnya sebagai Yayasan melalui
Kepres RI Nomor 2151963 pada 20 Oktober 1963. Dalam SKtersebut, terutama pasal 4 dan pasal 5 jelas-jelas disebutkan bahwa keberadaan TVRI ditunjukkan sebagai alat
hubungan masyarakat mass-communication media. Periode kedua, status hukum era 1975 hingga 1999. TVRI mulai memasuki
status hukum ganda. Di samping yayasan, juga ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Departemen Penerangan dengan terbitnya SK Menpen No 55B1975 yang
kemudian diperbaharui dengan SK Menpen No 230A 1984 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Penerangan. Pada dua periode status hukum ini, yang
dominan memanfaatkan TVRI adalah negara. Akses publik ke TVRI sangat minim, sementara kontrol negara begitu powerful. TVRI dijadikan ideological state apparatus
demi kepentingan pemeliharaan dan reproduksi struktur politik otoritarian yang telah dibangun. Tujuannya sangat jelas, memelihara power guna mengamankan ”stabilitas”
Universitas Sumatera Utara
dan ”kebudayaan nasional” yang selaras dengan mainstream berpikir dan bertindak yang ditasbihkan Orde Baru sebagai realitas objektif yang legitimed.
Periode ketiga, status hukum era reformasi. Setelah beberapa waktu statusnya mengambang seiring dengan dilikuidasinya Deppen, berdasarkan SK Presiden RI No.
335M1999 tentang pembentukan kabinet Persatuan Nasional. TVRI kembali mendapatkan kejelasan status hukum dengan terbitnya Peraturan Pemerintah PP No
362000 tentang Perusahaan Jawatan TVRI. Status hukum ini kembali berubah dengan keluarnya PP. No 92002 yang mengalihkan bentuk Perjan TVRI menjadi
Perseroan Terbatas PT.
3.3. Metodologi Penelitian.