spontan membicarakan salah satu soal yang bersifat kontroversial. Pada awalnya pembicaraan berjalan tenang, tetapi lambat laun tanpa disadari mereka terlibat dalam
diskusi. Masing-masing mengemukakan suatu penyelesaian. Pendapat-pendapat yang saling dipertukarkan akan menghasilkan masukan yang beragam dan simpang siur,
yang lambat laun akan menuju kepada satu pikiran yang bulat. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, menurut Sastropoetro 1990 :
109, terdapat tiga tahap pembicaraan sebagai berikut: Tahap 1
: masukan yang masih semrawut Tahap 2
: tahap pembicaraan mulai terarah, mulai membentuk pikiran yang jelas dan menyatu.
Tahap 3 : tahap dimana pendapat telah menyatu, bulat dan kuat.
Pendapat yang terbentuk itu tidak ditentang lagi oleh orang-orang yang berada dalam kelompok tersebut. Seterusnya publik itu bubar dan membicarakan masalah
lain. Pendapat yang telah dinyatakan dan tidak dipertentangkan itulah yang disebut dengan opini publik.
2.5.6. Kekuatan Opini Publik
Pada opini publik terdapat beberapa kekuatan yang dimilikinya, yaitu Sastropoetro, 1990 : 119-123:
1. Dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap seseorang atau sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut, misalnya rasa malu, rasa
dikucilkan, rasa dijauhi, rasa tak berarti lagi dalam masyarakat yang menimbulkan frustasi hingga putus asa dan sebagainya.
2. Sebagai pendukung bagi kelangsungan norma sopan santun dan susila, baik antara yang muda dengan sesamanya.
Universitas Sumatera Utara
3. Dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga atau menghancurkannya. 4. Dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu kebudayaan.
5. Dapat melestarikan norma sosial.
2.6.TV Publik
Kita harus ingat pasca reformasi, muncul keinginan untuk menjadikan TVRI sebagai TV publik. Sebuah lembaga penyiaran alternatif yang tidak menempatkan
dirinya di bawah intervensi negara ataupun subordinasi pasar, melainkan di bawah supervisi dan evaluasi publik.
Menjadikan TVRI sebagai lembaga penyiaran publik sebenarnya sudah mendapat legitimasi dalam UU penyiaran No. 32 tahun 2002. Pada UU penyiaran tersebut di
bagian keempat pasal 14 ayat 1 disebutkan Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat
independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Di ayat 2 dipertegas yang dimaksud Lembaga Penyiaran
Publik adalah Radio Republik Indonesia RRI dan Televisi Republik Indonesia TVRI.
Tentu saja, UU penyiaran ini lebih banyak berbicara di level normatif. Sementara teknis operasionalnya membutuhkan peraturan yang lebih rinci. Dalam
status persero misalnya, apakah mengizinkan adanya lembaga supervisi penyiaran publik yang dipertimbangkan oleh manajemen TVRI?. Sementara biasanya, yang
akan mengambil keputusan-keputusan yang mengikat manajemen adalah Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Kalau supervisi dan evaluasi hanya dilakukan oleh
segelintir pemodal atau elite manajemen saja, tentu masa depan TVRI sebagai TV publik menjadi hal yang utopis.
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman TV publik di hampir seluruh dunia menunjukkan keharusan adanya kontrol dari publik. Misalnya, ABC Australia mempunyai The National
Advisory Council NAC atau The Australian Broadcasting Corporation Advisory Council. Begitu juga NHK Nippon Hoso Kyokai dalam strukturnya memiliki Board
of Governors NHK yang bertanggung jawab dalam menentukan kebijakan-kebijakan penting seperti anggaran, rencana pengembangan stasiun penyiaran, standar program
acara dan lain-lain. TV publik sebetulnya sangat dimungkinkan untuk melakukan pencarian dana fund raising termasuk menggunakan daya tarik programnya seperti
melalui iklan atau sponsor. Dengan catatan kualifikasi, standarisasi, dan etika penempatannya harus tetap di bawah supervisi dan evaluasi publik bukan semata-
mata tunduk pada rating dan kemauan pengiklan. Makanya harus ada pembatasan- pembatasan yang jelas, untuk menghindari kekaburan makna TV publik. Harapan
normatif dari munculnya TV publik adalah public sphere yakni adanya suatu wilayah yang bebas dari intervensi negara dan juga dominasi pasar.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. yaitu metode yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini
tidak mencari hubungan atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi. Metode deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis
karakteristik populasi atau bidang-bidang tertentu secara faktual dan cermat tanpa mencari atau menjelaskan hubungan Rakhmat, 2004 : 24.
3.1. Deskripsi lokasi penelitian
Setiap tabel yang dipaparkan dibawah ini bersumber dari buku data kelurahan Sei Kambing B Kecamatan Medan Sunggal, kota Medan.
3.1.1. Letak geografis
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah warga Kelurahan Sei Kambing B Kecamatan Medan Sunggal, kota Medan. Letak geografis Kelurahan Sei
Sikambing B berada di pinggiran kota. Meskipun demikian arus transportasi cukup lancar. Hampir keseluruh penjuru kota Medan tersedia sarana angkutan, sehingga
mobilitas antar daerah cukup lancar.
Kelurahan Sei Sikambing B termasuk di dalam wilayah Kecamatan Medan Sunggal. Yang luasnya +784 Ha dengan batas-batas sebagai berikut:
■ Sebelah utara : berbatasan dengan Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal.
Universitas Sumatera Utara