4. Sekolah Lapang
SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan. Hamparan sawah milik petani. Kegiatan budidaya SL-PTT
dilaksanakan oleh petani pemilik dengan menerapkan teknologi PTT dan pendampingan sehari hari dilakukan oleh Pemandu lapangan yang terdiri dari :
PPL, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman POPT dan Pengawas Benih Tanaman PBT yang telah mendapat pelatihan SL-PTT.
Sekolah Lapang diadakan dengan tujuan untuk lebih mengenalkan PTT kepada petani. SL meliputi lokasi, waktu pelaksanaan SL, materi yang diberikan
dan tim pengajar.
a. Lokasi dan waktu pelaksanaan SL
Lokasi SL pada masing masing kelompok penerapan PTT dilahan petani secara bergantian di setiap kelompok tani.
b. Waktu Sekolah Lapang
Waktu SLPTT yang menerapkan komponen model PTT di desa Sambirejo setiap 2 minggu sekali.
c. Bantuan Pemerintah
Pelaksanaan komponen PTT diberikan bantuan pemerintah berupa benda seperti bibit yang berkualitas dan bersertifikat.
d. Materi Sekolah Lapang
Materi Sekolah Lapang adalah seluruh komponen dalam PTT misalnya pada pertemuan 1 memberikan materi tentang pemupukan
berimbang, penggunaan pupuk N dengan BWD, tanam dengan pola jajar legowo. Bahkan terkadang semua komponen dijelaskan. Dan pada
Universitas Sumatera Utara
pertemuan kedua dan seterusnya memberikan materi tentang masalah yang dihadapi petani padi sawah dan melihat hasil dari tanaman padi sawah
dengan teknologi PTT. Pihak BPTP juga menyediakan tenaga pendamping yang khusus
menetap di desa Sambirejo selam proses pengenalan dan penerapan teknologi PTT ini. Tenaga pendamping ini bertugas mendampingi petani
selama melakukan perubahan di dalam usahatani mereka, selain itu juga bertugas pendamping melakukan evaluasi Evaluasi teknologi PTT
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Evaluasi dilakukan melalui pengamatan, wawancara langsung, pengisian adopsi teknologi
yang seterusnya disampaikan kepada koordinator BPP kemudian disampaikan ke BPTP.
Perkembangan Penerapan Teknologi Model Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Perkembangan pengelolaan tanaman terpadu yang diteliti adalah tingkat produksi petani sampel dan produksi secara garis besarnya terutama yang
menerapkan teknologi model PTT di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 15. Tingkat Produksi di Desa Sambirejo
No Tingkat Produksiton
1 2009
2010 2011
2 3.055
3.290 3.760
Rerata 6.11
6.58 7.52
Sumber : BPP Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel diatas dilihat bahwa rata rata produksi padi sawah di desa Sambirejo yang khususnya menerapkan teknologi model PTT pada tahun 2009
adalah 3055 ton sedangkan 2010 adalah 3290 ton, hal ini dapat diketahui adanya peningkatan antara produksi tahun 2009 dengan 2010 yaitu meningkat 7.6 ,
sedangkan dari tahun 2010 jumlah produksi 3.290 ton dan 2011 adalah 3760 juga meningkat 14.2.
Dari data tersebut dapat dilihat adanya peningkatan produksi selama menerapkan pengelolaan tanaman terpadu. Sebagai sumber faktor yang
mempengaruhi peningkatan produksi ini adalah karena diterapkannya Varietas Unggul Baru, sistem legowo 4:1, dan pemupukan yang sesuai serta pemberian
pupuk kandang 2 ton ha pada pengolahan lahan serta PHT sesuai OPT. Dari data lampiran 4 diketahui rata rata produksi petani sampel dari tahun
2009-2011 mengalami peningkatan. Penerapan PTT pada tahun 2009 musim tanam 1 di daerah penelitian sudah dilaksanakan namun hanya varietas unggul
baru dan penggunaan bahan organik, karena petani masih memiliki keraguan di dalam penerapan teknologi PTT sebab petani belum melihat sendiri pada
usahatani mereka dan mereka masih melihat hasil dari percobaan pertama di desa lain yang sudah hampir menerapkan teknologi tersebut, setelah melihat hasil
semakin meningkat barulah mereka menerapkan teknologi PTT. Pada tahun 2009 musim tanam 1dan II tingkat produksi sama tidak ada peningkatan. Namun ada
peningkatan tahun 2009 musim tanam II yaitu 2.79 ton dan tahun 2010 musim tanam 1 adalah 3.39 ton, hal ini telah meningkat 0.6 berarti meningkat 21.5
sedangkan musim tanam II 3.70 ton, meningkat 0.31 ton berarti meningkat 9.14
Universitas Sumatera Utara
serta tahun 2011 musim tanam I adalah 4.35 ton hal ini meningkat 0.65 ton yang berarti meningkat 17.5.
Produksi petani sampel dari musim tanam 1 ke musim tanam II telah meningkat karena petani sampel sudah membuktikan adanya perubahan yang
positif dari hasil penerapan PTT sehingga di dalam menerapkan teknologi PTT ini petani menjadi lebih bersemangat dan melakukan teknologi dengan maksimal.
Tingkat Penerapan Komponen PTT Pada Usahatani Padi Sawah
Berdasarkan observasi dan wawancara dilapangan, penerapan komponen PTT oleh petani digolongan tinggi, ini dikarenakan bahwa petani menilai
teknologi tersebut dapat meningkatkan produksi, meskipun terlalu banyak memakan waktu dan tenaga, namun mereka percaya dan yakin, bahwa yang
disampaikan oleh PPL benar benar meyakinkan akan produksi meningkat. Budidaya tanaman padi sawah didaerah penelitian sebagian sudah bersifat
moderen, dari varietas unggul, pemilihan bibit, pengolahan tanah dan sebagainya. Penyuluhan yang ditugaskan di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupten
Langkat sudah dikoordinir dari Balai Penyuluhan Pertanian BPP , agar kegiatan penyuluhan di desa tersebut dapat terfokuskan pertemuan rutin kegiatan
penyuluhan tentang pengelolaan tanaman terpadu dilakukan 2 minggu sekali dan kunjungan ke lahan sawah hampir setiap hari penyuluh datang. Hal ini yang
membuat petani semakin yakin dan semangat untuk menjalani usahataninya. Sehingga penyuluh mengetahui kondisi dilapangan dan hal hal yang dihadapi
petani. Model PTT diperkenalkan di desa Sambirejo pada tahun 2008, namun mulai menerapkan pada tahun 2009 pada musim tanam 1 akan tetapi,
Universitas Sumatera Utara
mereka tidak semua menerapkan komponen PTT, karena petani masih mempelajarimelihat praktek di desa lain, juga petani masih merasa sulit dalam hal
pelaksanaan yang jauh berbeda dari kebiasaannya dalam mengelola tanaman padi. Hal ini dapa dilihat tingkat penerapan dari 12 komponen model
pengelolaan tanaman terpadu padi sawah berikut ini.
1. Tingkat Penerapan Pada Komponen Varietas Unggul