Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Sebelum Regulasi UU No. 40 Tahun 2007

4.2.1. Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Sebelum Regulasi UU No. 40 Tahun 2007

Pemahaman perusahaan tentang tanggung jawab sosial dan bagaimana menuangkannya dalam bentuk sebuah program atau kegiatan yang berkesinambungan cukup beragam. Hal ini dapat kita lihat dari masing-masing kebijakan internal perusahaan yang dijalankan dalam mengembangkan praktik tanggung jawab sosialnya, seperti halnya pengalaman pelaksanaan program CSR beberapa perusahaan di bawah ini sebelum berlakunya UU No. 40 Tahun 2007: 1. Pertamina sebagai salah satu BUMN terdepan dalam bidang pertambangan sudah memiliki program yang dinamakan PKBL Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang didasarkan atas UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Badan Usaha Milik Negara diwajibkan untuk mencadangkan maksimal 2 keuntungan penyisihan laba setelah pajak untuk kemitraan dan maksimal 2 untuk lingkungan. 2. PT Suryani Hutani Jaya PT SHJ melalui Eka Tjipta Fondation, PT Indominco Mandiri PT IM, maupun PT Kaltim Prima Coal PT KPC, pada umumnya perusahaan-perusahaan ini dalam praktik CSR-nya lebih mengedepankan program pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilakukan perusahaan tersebut secara sukarela sebagai wujud perhatian perusahaan terhadap masyarakat sekitar. www.cifor.cgiar.org Pemahaman pihak lain terhadap Tanggung Jawab Sosial juga beragam. Masayakat dan pemerintah daeah juga merasa memiliki hak untuk menuntut dan akhirnya bentuk tuntutannya berupa uang. Hal ini kemudian memberi dampak bagi implentasi program CSR perusahaan, sehingga dapat menyempitkan makna CSR itu sendiri karena lebih menitikberatkan pada aspek sosial saja. Disamping itu, muncul anggapan bahwa perusahaan mempunyai kewajiban membiayai pembangunan walaupun perusahaan tersebut telah membayar pajaknya. Sebaiknya semua pihak yang terkait juga sepatutnya mengerti kewajiban masing- masing sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan. Universitas Sumatera Utara Pada pelaksanaan penelitian lapangan di PTPN IV Persero sebagai salah satu BUMN yang bergerak di sektor perkebunan dari industri hulu hingga hilir, telah ditemukan beberapa fakta dan informasi yang bersumber dari pengamatan lapangan, wawancara dan kajian pada data, dokumen dan literatur yang relevan. Hasil temuan penelitian tersebut bervariasi dan dinamis, namun secara umum dapat direduksi dan dorganisasikan untuk menjawab fokus kajian penelitian. Perusahaan dan masyarakat yang bermukim di sekitarnya merupakan dua komponen yang saling mempengaruhi. Aktivitas perusahaan tidak dapat dipungkiri memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya. Dampak tersebut dapat berupa dampak yang positif seperti antara lain penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan ekonomi, maupun dampak negatif seperti antara lain penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat. Tanggung jawab Sosial Perusahaan merupakan salah satu upaya perusahaan untuk membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar. Beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh perusahaan melalui kegiatan Tanggung-jawab Sosial Perusahaan sebagai upaya pengembangan masyarakat berdasarkan hasil penelitian Herlin: 2008 adalah mempublikasikan keberadaannya sehingga hubungan yang baik dengan stakeholder dalam hal ini masyarakat dapat terwujud dan dengan membina hubungan baik dengan masyarakat juga dapat mencegah terjadinya konflik. Temuan penelitian di lapangan menunjukkan bahwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep 236MBU2003, tanggal 17 juni 2003, Semua BUMN tentang Program Kemitraan Badan Usaha milik Negara dengan Universitas Sumatera Utara Usaha Kecil PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina ini telah melakukan praktik CSR kepada masyarakat sekitarnya akan tetapi bentuk tanggung-jawab sosial tersebut belum dikelola secara tersendiri, dan program program bantuan yang diberikan belum terencana dengan baik. Bantuan bantuan yang diberikan pada umumnya masih bersifat hadiah atau derma sosial. Kondisi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan tanggungjawab Sosial Perusahaan yang dilakukan PTPN IV Persero tersebut masih bersifat charity dermaamal dan filantropi kedermawanan, artinya pemberdayaan masyarakat atau menjadikan masyarakat mampu mengatasi berbagai persoalannya, khususnya pertumbuhan ekonomi kerakyatan belum terlihat dari program tanggung jawab sosial tersebut. Seperti informasi yang didapatkan penulis di lapangan baik dari pihak perusahaan maupun dari masyarakat yang langsung menerima bentuk bentuk dari-pada tanggung-jawab sosial yang pernah diberikan oleh pihak perusahaan baik yang sudah teroganisasi maupu belum terorganisasi. Menurut Dir SDM PTPN IV Surya Darma Membantu masyarakat kerap dilakukan oleh pihak perusahaan baik dalam hal-hal yang bersifat sosial, misalnya menolong anggota masyarakat, mengingat kondisi ekonomi dan tempat tinggal yang berada di areal perkebunan ketika membutuhkan pertolongan untuk mendapatkan pelayanan medis terutama pada malam hari, seperti mengantarkan warga yang sakit, hendak bersalin ke rumah sakit yang ada di kota maupun keadaan lain yang membutuhkan pertolongan segera. Pihak perusahaan juga selalu aktif dalam upaya mendukung kegiatan kegiatan yang dilakukan masyarakat, misalnya dalam perayaan hari besar nasional dan agama, juga terlibat Universitas Sumatera Utara menjadi sponsor untuk pertandingan pertandingan olah raga, seni budaya dan ketrampilan. Menurut mereka perhatian ini sudah merupakan bentuk daripada praktik CSR. Kondisi ini merupakan kondisi korporat pada masa lalu, yang lebih banyak bergerak dalam konteks mengupayakan keuntungan bagi korporat itu sendiri dan lebih banyak diwajibkan untuk melakukan recovery terhadap lingkungan. Program program untuk pembangunan masyarakat terkadang hanya bersifat formalisme tanpa dilandasi semangat untuk memandirikan masyarakat terutama dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitarnya.Hal ini banyak berkaitan dengan anggapan korporat bahwa urusan meningkatkan kualitas hidup komuniti lokal adalah urusan pemerintah. Hal ini banyak disebabkan kekurangan pengetahuan terhadap kondisi komunitas sekitarnya dan di kalangan BUMN yang masih dikenal dengan polanya yang sentralistik dan konservatif. Oleh karena itu sukses dari program pembangunan masyarakat, selain banyak bergantung dari politik makro, dalam tingkat mikro tergantung juga dari budaya dan komitmen korporat Kusumaatmaja, 2003. Temuan penulis di lapangan bahwa program pemberian bantuan pada masyarakat dan pelaku UKM belum bersifat umum karena masih ditemukannya masyarakat komuniti yang belum tahu adanya program kemitraan ini, seperti penuturan salah seorang warga masyarakat: “saya tidak pernah tahu kalau perusahaan ini menyalurkan kredit kepada masyarakat, yang saya ketahui adanya perbaikan jalan dan parit dan pembuatan saluran air bersih serta pembuatan gapura”. EN Nop 2009 Universitas Sumatera Utara Sebaliknya ada beberapa diantara pelaku pelaku UKM yang telah berulangkali mendapatkan bantuan kredit lunak, sebagaiman diutarakan oleh salah seorang pelaku UKM Mitra Binaan, Yaitu: Pada dasarnya saya sangat menyambut baik bantuan kredit yang salurkan oleh pihak Perusahaan karena dengan bantuan tersebut usaha pengawetan kayu yang sudah saya jalani sejak tahun 2000 dapat berkembang hingga sekarang dan saya sudah mendapatkan kredit bergulir 2 dua kali. Harapan saya, program ini dapat berjalan terus dan pengusaha yang belum pernah mendapatkan bantuan kredit supaya mendapatkan kesempatan juga. P.S. jan 2010. Disamping hal tersebut di atas adanya pendapat yang muncul dikalangan masyarakat mitra binaan tentang pemberian kredit yang terlalu rendah sehingga kurang bersinergi dengan kegiatan atau usahanya. Seperti yang diutarakan Mitra Binaan, dalam sektor jasa, yaitu: “Saya sangat berterimakasih dengan adanya program ini, hanya harapan saya agar ke depan jumlah kredit yang diusulkan dengan kredit yang disetujui dapat disesuaikan sehingga dana bantuan tersebut dapat dimaksimalkan untuk pengembangan usaha”. S. Jan 2010. Hal senada juga diutarakan oleh mitra binaan lainnya dari sektor yang sama, yaitu: ...Sebenarnya jumlah kredit yang saya terima ini terlalu rendah untuk mendukung usaha Waserba Dan Warnet, sehingga saya masih mencari dana tambahan lagi untuk menambahi fasilitas usaha ini supaya usaha ini dapat berjalan dan berkembang sehingga dapat bersaing dengan usaha yang sama. Besar harapan saya program ini dapat terus berkesinambungan untuk menyokong usaha kecil menengah dan kedepan dana pinjamannya akan lebih meningkat lagi. Dalam kesempatan ini saya berterimah-kasih kepada pihak perusahaan. D.A. jan 2010. Universitas Sumatera Utara Walaupun kritik dan sorotan tajam bermunculan terhadap pelaksanaan program CSR akan tetapi kekuatan sumber daya yang dimiliki telah mampu membentuk opini publik dan kontribusi yang telah diberikan oleh perusahaan terhadap masyarakat sangat berarti. CSR tetap penting dan harus dijalankan. Di bawah ini penuturan seorang mitra binaan: “program ini sangat banyak memberikan manfaat bagi usaha yang saya kelola, terutama dalam penambahan modal usaha, pengalaman, informasi dan ilmu pengetahuan bertambah serta pergaulan semakin luas”. S. Desember 2009

4.2.2. Praktik Tanggung Jawab Sosial Setelah Regulasi Undang Undang No 40 Tahun 2007