Program Kemitraan Hasil Analisa Data

mereka dengan program ini dapat mendukung kelancaran aktifitas kehidupan mereka, karena dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai akan semakin terbuka kesempatan dan kemudahan menuju akses kehidupan yang lebih baik secara ekonomi, sosial budaya. Program Bina Lingkungan ini telah mengadopsi paradigma pemberdayaan masyarakat, meskipun di dalam implementasinya masih terkait erat peranan perusahaan sebagai change agent agen perubah yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat. Masyarakat setempat tetap berharap agar program ini tetap berkesinambungan dengan melibatkan masyarakat setempat dalam menetapkan program- program yang sangat proritas pada masa-masa mendatang dan terlibat langsung dalam pelaksanaannya, sebab kegiatan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana sebagian besar dilakukan langsung oleh pihak PTPN IV PKBL. Hal diatas di dukung oleh pernyataan salah seorang warga masyarakat sebagai berikut: ...sebaiknya pihak corporat harus melibatkan seluruh warga mulai dari perencanaan sampai tahap akhir pelaksanaan program, harus dipastikan bahwa diantara masyarakat lokal memiliki rasa percaya, saling mengenal dan saling bekerja sama, sebab hal yang akan direncanakan merupakan rencana bersama, sehingga dukungan nyata adanya. Saling percaya sangat dibutuhkan supaya proses berjalan dengan jujur dan transparan. H.S Peb.2010.

4.2.4. Program Kemitraan

Program Kemitraan yang dilakukan oleh PTPN IV Persero adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN dalam bentuk pinjaman modal kerjainvestasi pinjaman khusus dan pembinaan. Program ini diimplementasikan dalam bentuk pemberian modal usaha bagi usaha kecil di berbagai sektor, yaitu sektor industri, sektor pertanian, sektor jasa, dan sektor Universitas Sumatera Utara peternakan. Program ini diawali dengan pengajuan proposal disertai agunan oleh calon mitra-binaan. Dan pada umumnya dana yang diberikan bervariasi antara Rp 10 juta hingga 90 juta dengan uji kelayakan yang diberikan pihak korporat. Penuturan Dir. SDM PTPN IV Persero kepada penulis bahwa: “pembinaan dan pemberian bantuan kepada mitra binaan UKM ini kami lakukan dengan sepenuh hati bahkan jauh sebelum adanya regulasi, ini dapat kita lihat dengan semakin berkembang dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat disekitar perusahaan, dan pengembalian pinjaman tidak mengalami masalah atau kredit macet kecil”. Keberadaan lokasi kerja perusahaan tidak terlepas dari lingkungan masyarakat sekalipun di daerah terpencil, yang mengharuskan manajemen berpikir keras agar lingkungan tidak menganggu kelancaran kegiatan operasional setiap waktu. Dewasa ini masyarakat hidup dalam kondisi yang dipenuhi beragam informasi dari berbagai bidang, serta dibekali kecanggihan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Dalam situasi seperti ini akan mendorong terbentuknya cara berpikir, gaya hidup dan tuntutan masyarakat yang lebih tajam. Seiring dengan perkembangan ini, pergeseran pola pikir konsumen dari yang dikenal dengan vigilante consumerism kesukarelaan konsumen membeli produk perusahaan tertentu, dan tidak ada perhatian konsumen terhadap perusahaan terkait menjadi ethical consumerism perhatian konsumen dalam membeli produk terkait dengan aspek moral yang ditunjukkan oleh perusahaan. Riset yang dilakukan oleh Roper Search Worldwide menunjukkan 75 persen responden memberi nilai lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan oleh perusahaan yang memberi kontribusi nyata kepada komunitas melalui Universitas Sumatera Utara program pengembangan. Sekiter 66 persen responden juga menunjukkan bahwa mereka siap berganti produk daari satu perusahaaan ke perusahaan yang memiliki citra sosial yang positif. Hal ini membuktikan terjadinya perluasan minat konsumen dari produk menuju korporat. Konsumen menaruh perhatiannya terhadap tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih luas, yang menyangkut etika bisnis dan tanggung jawab sosialnya. Kepedulian konsumen telah meluas dari sekedar kepada suatu produk menjadi kepada korporatnya Susanto: 2007. Bagi PTPN IV Persero jalinan Kemitraan dan program Bina Lingkungan dengan masyarakat sekitar dan juga dengan pengusaha kecil dan menengah ini sudah berlangsung sejak perusahaan ini ada, akan tetapi tetapi masih dalam tahap kedermawanan sosial yang bersifat Charity, dan terus mendapatkan perhatian dan kerja keras mencapai tahap kedermawanan sosial good corporate Citizenship GCC. PTPN IV Persero melalui unit unit usaha yang ada dalam melaksanakan Praktik CSRnya dengan sepenuh hati dan kepedulian yang tinggi dalam rangka mendukung perbaikan ekonomi kerakyatan. Hal ini juga sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No.326MBU2003 dan Peraturan Menteri Negara BUMN No. 05MBU2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil. Penyaluran bantuan pembinaan dan kemitraan itu sesuai dengan ketentuan pemegang saham. Mengingat penyaluran bantuan melalui program kemitraan tersebut bukan diberikan secara cuma cuma akan tetapi merupakan dana pinjaman dengan bunga sangat rendah. Di mana pengembalian pinjaman akan digulirkan kembali kepada pengusaha kecil lainnya sehingga mitra binaan terus bertambah dan berkembang sesuai dengan jenis usaha yang dikelolanya. Sejauh ini PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina dalam menjalankan kemitraan selalu mengupayakan membina mitra dengan saling menguntungkan, Universitas Sumatera Utara mereka yang mayoritas tinggal dan berusaha di sekitar kebun dan unit usaha sehingga produksi yang mereka hasilkan baik jasa maupun industri diupayakan dapat ditampung dan dimanfaatkan dalam proses produksi perusahaan, seperti usaha perbengkelan, industri kecil dan kerajinan pandai besi yang memproduksi pisau egrek untuk panen kelapa sawit, pisau deres, cangkul, parang dan produk lainnya seperti yang terdapat pada Unit Usaha Kebu Ajamu-I, Unit Usaha Kebun Ajamu-II dan Unit Usaha Kebun lainnya. Namun meskipun mitra binaan tidak menghasilkan produk kerajinan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, tetapi perusahaan tetap menjalin kemitraan dengan usaha kecil dan menengah yang ada di sekitarnya, seperti UKM yang bergerak di bidang usaha dagang sembako, toko ponsel, pertanian, peternakan, usaha kelontong, usaha jahit menjahit, bordir, usaha makanan olahan serta industri kerajinan lainnya. Dengan menjalin kemitraan ini maka diharapkan terciptanya pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan lapangan pekerjaan baru di sekitar kebun dan unit usaha PTPN IV Persero yang secara langsung akan menciptakan iklim yang kondusif dan kesejahteraan sosial yang dapat mendukung usaha PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina. Berdasarkan pemikiran Schumacher 1993;184 yang mengatakan bahwa bantuan yang terbaik yang dapat diberikan kepada masyrakat adalah bantuan intelektual yang berupa pemberian pengetahuan yang berguna. Untuk dapat memahami suatu pengetahuan, diperlukan kerja keras dan pengorbanan. Sesuatu yang sukar didapat, biasanya akan berusaha tetap memilikinya dan bahkan melestarikannya. Lain halnya bila bantuan diberikan dalam bentuk barang atau Universitas Sumatera Utara sesutau yang telah jadi, yang tanpa diusahakan maka jarang menjadi “milik sendiri”. Seperti hasil temuan penulis dilapangan bahwa upaya upaya pemberdayaan diatas juga menjadi perhatian pihak PTPN IV, dimana sebelum menyalurkan kredit kepada para calon mitra binaan yang dianggap tepat untuk mendapatkan dana bergulir tersebut melalui mekanisme yang telah ditetapkan oleh pihak PTPN IV, maka para calon mitra binaan tersebut di kumpulkan di kantor Pusat untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam bidang manajemen, kewirausahaan dan kewiraswastaan meliputi; komunikasi dan etika bisnis, tehnik mengelola usaha mikro, dari aspek pemasaran dan kemasan maupun merek produk dan juga materi hukum. Dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan ini mitra mitra binaan dibekali oleh nara sumber yang profesional baik dari pihak PTPN IV sendiri maupun dari prktisi, akademisi, LPP Medan, kerjasama dengan Universitas Sumatera Utara, dan juga kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. UKM atau unit kegiatan menengah adalah soko guru perekonomian nasional yang diharapkan bisa menjadi instrumen dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pola Kemitraan ini dianggap merupakan format yang sangat ideal untuk mengembangkan UKM agar masyarakat di lingkungan Unit usaha Kebun Adolina dapat meningkatkan ekonominya sesuai dengan visi dan misi PTPN IV. Adapun prosedur untuk menjadi mitra binaan dalam bentuk pola kemitraan ini adalah: a. Melengkapi Administrasi Universitas Sumatera Utara b. Membuat permohonan. c. Membuat proposal yang menggambarkan jenis usaha yang dikelola. d. Mencantumkan agunan. e. Fotocopy KTP dan pasfoto. f. Surat keterangan usaha dari kepala desa. g. Keterangan penghasilan perbulan. h. Survey pihak dari kantor pusat PTPN IV meninjau langsung ke lokasi untuk melihat kelayakan usaha. i. Mitra binaan menerima pembinaan dan pendidikan serta pelatihan manajemen dari pihak PTPN IV. j. Dana diberikan melalui rekening mitra binaan. Fenomena yang menarik dikaji pada praktik tanggung jawab sosial perusahaan sesuai dengan hasil temuan penulis di lapangan adalah munculnya implikasi negatif ketika program ini tidak termanfaatkan oleh masyarakat dengan baik. Bantuan finansial yang diperoleh, justru tidak dipergunakan untuk kepentingan modal usaha, melainkan untuk memenuhi dan membeli kebutuhan lain. Seperti temuan penulis ketika akan melakukan wawancara dengan salah seorang mitra binaan dari sektor jasa, dimana mitra binaan tersebut terdaftar sebagai pengusaha salon dan kecantikan, ternyata salon tersebut belum dibuka karena bantuan kredit tersebut telah terpakai untuk biaya pembangunan rumahnya. Berikut pernyataannya : …Saat ini kami sedang bangun rumah tetapi kami kekurangan dana sehingga bantuan kredit yang baru kami peroleh dari PTPN IV menjadi terpakai . jadi buka usaha salonnya terpaksa ditangguhkan dulu. Pinjaman ini sudah yang kedua kalinya kami peroleh dari pihak PT PN IV, setelah Universitas Sumatera Utara pembayaran kredit yang pertama kami lunasi, kami langsung mengajukan permohonan kembali, dan dananya sudah kami terima dan seperti biasanya sebelum penyaluran kredit terlebih dahulu kami dibekali pendidikan dan pelatihan selama kurang lebih tiga hari yang bertempat di LPP Medan. L. Jan 2010 Selain kasus yang terjadi diatas penulis masih menemukan adanya mitra binaan yang tercatat sebagai pengusaha ternak sapi tetapi ketika penulis mengunjungi mitra binaan untuk melakukan wawancara, ternyata mitra binaan tersebut adalah pengusaha pupuk organik, dan tidak memiliki seekor ternak sama sekali. Berikut pernyataan mitra binaan tersebut: ...Sudah kurang lebih lima tahun ini saya tidak beternak sapi lagi, pakan ternak semakin susah di dapat karena arealladang semakin sempit akibat pemukiman serta rumah penduduk bertambah, termasuk areal ladang saya sudah berkurang karena sebahagian sudah saya jual sehingga tidak memungkinkan saya untuk beternak lagi. Sebelumnya warga masyarakat banyak bertanam kelapa sawit di sekitar sini, sehingga kami tidak kesulitan untuk mendapatkan pelepah sawit yang dapat kami olah untuk menjadi makanan ternak. Sekarang saya menjadi pengusaha pupuk organik. S. Jan 2010. Menurut pengamatan penulis masih banyak pelaku Usaha Kecil Menengah yang menjadi mitra binaan Unit Usaha Kebun Adolina bukan masyarakat yang berada di sekitar ataupun masyarakat Dari paparan tersebut menunjukkan kelemahan dari skema program CSR PT Perkebunan Nusantara IV, walau pada dasarnya mekanisme dan persyaratan yang ditentukan sudah cukup baik akan tetapi dalam pelaksanaannya masih harus dievalusai terutama dalam hal keakuratankebenaran data. Disamping itu Unit CSR yang sudah dibentuk di Unit Usaha Kebun Adolina harus difungsikan terutama dalam menentukan calon-calon mitra-binaan karena unit usaha tersebutlah yang langsung bersentuhan dengan kepentingan masyarakat Universitas Sumatera Utara sekitarnya. Seperti hasil temuan penulis, Unit CSR Kebun Adolina Manajer SDM tidak terlibat secara langsung dalam menentukan calon mitra-binaan dan juga dalam penyaluran kredit, dan pelaksanaan program kemitraan ini langsung di tangani oleh unit CSR yang ada di Kantor Pusat Dir. SDM. Koordinasi antara Unit CSR Pusat dan Unit CSR Kebun sangat penting dilakukan untuk menghindari tidak akuratnya data dan penyimpangan lainnya. Tabel 4.2. Beberapa bidang usaha yang dikembangkan oleh PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina rentang waktu tiga tahun 2006, 2007, 2008, 2009 No Sektor Bidang Usaha Jumlah Pinjaman Pertahun Dalam Rupiah 2006 2007 2008 2009 1 Industri Pengolahan kerupuk 10.000.000 2 Industri Industri roti dan makanan ringan 10.000.000 3 Cateringpembuat kue 20.000.000 4 Usaha meuble 30.000.000 5 Ukiran kaligrafi 20.000.000 6 Pandai besi 30.000.000 Jumlah - 20.000.000 - 100.000.000 7 Jasa Bengkel honda 20.000.000 8 Photo Studio 10.000.000 9 Bengkel dan jual beli honda 40.000.000 10 Bengkel dan tambal ban 20.000.000 11 Warung lontong mieso 10.000.000 12 Menyewakan alat alat pesta 20.000.000 13 Rumah makan 25.000.000 14 Salon kecantikan 25.000.000 15 Pengumpul hasil bumi 20,000,000 16 Waserda warnet 30.000.000 17 Studio dan fotocopy 30.000.000 Jumlah 20.000.000 10.000.000 - 200.000.000 18 Peternakan Ternak sapi domba 15.000.000 15 Ternak ayam 40.000.000 16 Ternak lembu 15.000.000 17 Ternak kambing 20.000.000 Jumlah - 15.000.000 - 75.000.000 Universitas Sumatera Utara 18 Pertanian Petani ubi kayu 10.000.000 Jumlah 10.000.000 - - - 19 perikanan Kolam ikan 15.000.000 Kolam ikan 50.000.000 Jumlah - - - 65.000.000 20 Perdagangan Dagang kelontong 10.000.000 20.000.000 30.000.000 15.000.000 21 Kedai sampah 15.000.000 30.000.000 22 Kedai sampah 15.000.000 20.000.000 23 Kedai sampah 15.000.000 25.000.000 24 Kedai sampah 30.000.000 40.000.000 25 Penyalur BBM 25.000.000 26 Waserda 10.000.000 27 Waserda 15.000.000 28 Kedai kelontong 20.000.000 20.000.000 15.000.000 29 Dagang sparepart honda 30.000.000 30 Rumah makan 30.000.000 31 Dagang kelontong 10.000.000 30.000.000 32 Kedai kelontong 15.000.000 33 Kedai kelontong 25.000.000 25.000.000 34 Kedai kelontong 15.000.000 35 Dagang perabot 15.000.000 36 Dagang pupuk 50.000.000 Perdagangan total 155.000.000 20.000.000 145.000.000 290.000.000 Jumlah keseluruhan 205.000.000 65.000.000 145.000.000 469.000.000 Sumber: PTPN IV Persero 1. Hak dan Kewajiban Mitra Binaan PTPN IV Persero membuat perjanjian dengan para mitra binaannya. Di dalam perjanjian tersebut tercantum Kewajiban dan Hak para mitra binaan, yaitu: a. Kewajiban b. Pengembalian modal tepat waktu c. Membayar cicilan tiap bulannya d. Mematuhi peraturan yang berlaku e. Selama menjadi mitra binaan PTPN IV Persero maka peserta tidak boleh mengikuti program kemitraan dari instansi lain f. Menjaga nama baik perusahaan PTPN IV Persero Universitas Sumatera Utara 2. Hak Mengembalikan kredit ditambah dengan suku bunga 0,5 dengan cara dicicil setiap bulannya dalam jangka waktu 3 tahun dan cicilan I di bayar di mulai pada bulan ke empat setelah pencairan dana. a. Apabila mitra-binaan terlambat membayar maka mitra binaan boleh meminta tenggang waktu kepada PTPN IV Persero b. Mitra-binaan mendapatkan asuransi. Jika mitra binaan meninggal dunia sebelum kreditnya jatuh tempo, maka hutang mitra binaan tidak akan dibebankan kepada ahli warisnya c. Mendapatkan pembinaan dan monitoring satu kali per tiga bulan dari PTPN IV Persero. Untuk keberlangsungan usaha yang berkelanjutan pada program pengembangan UKM sebagai implementasi CSR oleh PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina ini manajemen PTPN IV berdasarkan penelitian penulis melakukan berbagai upaya agar UKM-UKM yang mereka jadikan sebagai mitra binaan mereka monitoring setiap periode waktu yang dilakukan. Manajemen PTPN IV melakukan evaluasi per tiga bulan pada semua usaha yang mereka jadikan sebagai mitra binaan. Semua kendala yang dihadapi oleh pelaku UKM diberikan solusinya dengan pendekatan manajemen UKM yang bisa disesuaikan dengan kemampuan para pelaku UKM. Para mitra binaan mendapatkan pelatihan manajemen Usaha Kecil di LPP Medan. Materi yang diberikan dalam bentuk pelatihan melalui diskusi, seminar, dan cara yang sederhana agar kelangsungan usaha dapat terus berlangsung. Materi Universitas Sumatera Utara pelatihan ini disesuaikan dengan kemampuan pelaku UKM. Dengan demikian pelaku UKM sebagai mitra binaan di lingkungan PTPN bisa memahami manajemen UKM yang dilakukan dengan terukur. Hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat karena semua pelaku UKM menjadi mahir dibidang yang mereka geluti. Terkadang mitra binaan di beri kesempatan mengikuti studi banding untuk memperdalam ilmunya ke daerah lain di dampingi pihak Perusahaan atau ikut serta pada pameran baik lokal dan diharapkan dapat mengikuti pameran UMKM nasional maupun internasional. Seperti penuturan pelaku UKM mitra binaan PT PN IV dari sektor industri dan jasa sebagai berikut: ...Dengan diberikannya kesempatan kepada kami untuk mengikuti pameran hasil-hasil UMKM seperti mengisi salah satu stand di Pekan Raya Sumatera Utara dan pameran UMKN lainnya seperti hail kerajinan yang kami miliki seperti makanan ringan, antara lain; dodol dengan berbagai variasi rasa, kerupuk berbagai rasa, kerupuk ketela, kerupuk tempe, kerupuk pisang dan olahan dari berbagai bahan baku dan hasil kerajinan lainnya seperti kerajinan membuat berbagai wadah dari tanah liat mis; celengan, pas dan pot bunga, serta anyaman tikar, nampan dan sapu lidi dan sapu ijuk memberikan kebanggaan dan semangat untuk terus berkreasi dan dengan mengikuti pemeran tersebut kami dapat menambah wawasan dan mengevaluasi dengan membandingkan hasil produksi dari UKM lainnya. D.Y dan Z maret 2010 Hal senada juga tercermin dalam pernyataan salah seorang mitra binaan sebagai berikut : “Kami masih harus banyak belajar agar produksi ini terus berkembang dan bersaing dengan pelaku bisnis yang sama yang menjadi mitra binaan dari lembaga lainnya dan harapan kami dapat mengikuti pameran berikutnya”. Program ini akan terus dikembangkan dalam mendukung program pemerintah memacu peningkatan ekonomi kerakyatan, sehingga dampak pemberdayaan dan keberadaan PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina tidak hanya Universitas Sumatera Utara dirasakan oleh para karyawan dan pemerintah melalui penerimaan deviden dan pajak tetapi juga masyarakat sekitar khususnya para pegusaha kecil dan menengah UKM. Tabel 4.3. Dampak Pemberdayaan UKM Unit usaha KebunAdolina sebelum dan sesudah regulasi undang-undang no. 40 Tahun 2007. Aspek tugas Dampak pemberdayaan UKM Sebelum regulasi Setelah regulasi Aspek permodalan 1. Jumlah kredit yang diajukan dengan yang disetujui tidak sesuai dengan kebutuhan UKM 2. Mitra binaan belum mampu membuat proposal pengajuan kredit dengan baik 1. Menyesuaikan pemberian kredit dengan bunga ringan dan pengembalian kredit dengan tenggang waktu yang telah disepakati bersama, dengan jaminan agunan. 2. Mitra binaan dapat mengajukan kredit kembali setelah pengembalian kredit yang terdahulu. Aspek Manajemen 1. Mitra binaan belum mampu menyusun perencanaan dan laporan keuangan dengan baik 2. Pelatihan manajemen dari berbagai instansi kurang efektif karena materi yang terlalu banyak tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan UKM Usaha Kecil Menengah 1. Mitra binaan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan, manajemen praktis yang langsung diterapkan terhadap UKM serta pendampingan dan monitoring secara langsung dari pihak perusahaan dan dibiayai oleh perusahaan Universitas Sumatera Utara Aspek Produksi 1. Kualitas produksi masih rendah karena tidak adanya standarisasi dan adanya manipulasi bahan baku 1. Peningkatan kualitas produksi dapat meningkat secara signifikan dengan prinsip saling menguntungkan. Aspek Pemasaran 1. Informasi untuk memasarkan produk masih kurang, misalnya tentang produksi yang diinginkan, potensi pasar dan pemasaran produk yang menjamin. 2. Tawar menawar dan penentuan harga serta sistim pembayaran yang lemah terhadap UKM 3. Assosiasi pengusaha atau profesi belum berperan dalam mengkoordinasi persaingan yang sehat antara usaha yang sejenis. 1. Membantu mitra binaan dalam memasarkan produk produknya dengan mencari pasar yang dapat menampung hasil produksi dan juga mengikut- sertakan dalam pameran, baik lokal maupun internasional. 2. Menentukan standar harga yang sesuai dengan pasar apabila hasil produksi mitra binaan dapat ditampung oleh perusahaan. Sumber; hasil olahan penulis, 2010 Hasil pengamatan penulis dengan membandingkan praktik CSR sebelum dan setelah berlakunnya UU No. 40 Tahun 2007 pada PTPNIV Unit Usaha Kebun Adolina berupaya menyesuaikan konsep yang telah ada dengan yang dimandatkan oleh undang-undang tersebut, akan tetapi menurut penulis, perubahan yang terjadi hanyalah penggantian istilah saja namun pelaksanaan atau implementasinya dalam bentuk program tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Upaya-upaya Universitas Sumatera Utara pemberdayaan masih menitikberatkan aspek permodalan, manajemen, produksi dan pemasaran. Secara umum program ini telah memberikan pencerahan dan harapan baru sekaligus telah mampu mendidik dan memberdayakan masyarakat komunitasnya. Meskipun masih terus membutuhkan perhatian dan pembenahan serta keterlibatan berbagai pihak dalam upaya-upaya peningkatan yang berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan need assesment masyarakat sekitar.

4.2.5. Makna Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Bagi Komunitas