mereka dengan program ini dapat mendukung kelancaran aktifitas kehidupan mereka, karena dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai akan
semakin terbuka kesempatan dan kemudahan menuju akses kehidupan yang lebih baik secara ekonomi, sosial budaya. Program Bina Lingkungan ini telah
mengadopsi paradigma pemberdayaan masyarakat, meskipun di dalam implementasinya masih terkait erat peranan perusahaan sebagai change agent
agen perubah yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat. Masyarakat setempat tetap berharap agar program ini tetap berkesinambungan dengan
melibatkan masyarakat setempat dalam menetapkan program- program yang sangat proritas pada masa-masa mendatang dan terlibat langsung dalam
pelaksanaannya, sebab kegiatan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana sebagian besar dilakukan langsung oleh pihak PTPN IV PKBL.
Hal diatas di dukung oleh pernyataan salah seorang warga masyarakat sebagai berikut: ...sebaiknya pihak corporat harus melibatkan seluruh warga mulai
dari perencanaan sampai tahap akhir pelaksanaan program, harus dipastikan bahwa diantara masyarakat lokal memiliki rasa percaya, saling mengenal dan
saling bekerja sama, sebab hal yang akan direncanakan merupakan rencana bersama, sehingga dukungan nyata adanya. Saling percaya sangat dibutuhkan
supaya proses berjalan dengan jujur dan transparan. H.S Peb.2010.
4.2.4. Program Kemitraan
Program Kemitraan yang dilakukan oleh PTPN IV Persero adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi
tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN dalam bentuk pinjaman modal kerjainvestasi pinjaman khusus dan pembinaan. Program
ini diimplementasikan dalam bentuk pemberian modal usaha bagi usaha kecil di berbagai sektor, yaitu sektor industri, sektor pertanian, sektor jasa, dan sektor
Universitas Sumatera Utara
peternakan. Program ini diawali dengan pengajuan proposal disertai agunan oleh calon mitra-binaan. Dan pada umumnya dana yang diberikan bervariasi antara
Rp 10 juta hingga 90 juta dengan uji kelayakan yang diberikan pihak korporat.
Penuturan Dir. SDM PTPN IV Persero kepada penulis bahwa: “pembinaan dan pemberian bantuan kepada mitra binaan UKM ini kami lakukan
dengan sepenuh hati bahkan jauh sebelum adanya regulasi, ini dapat kita lihat dengan semakin berkembang dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat
disekitar perusahaan, dan pengembalian pinjaman tidak mengalami masalah atau kredit macet kecil”.
Keberadaan lokasi kerja perusahaan tidak terlepas dari lingkungan masyarakat sekalipun di daerah terpencil, yang mengharuskan manajemen
berpikir keras agar lingkungan tidak menganggu kelancaran kegiatan operasional setiap waktu. Dewasa ini masyarakat hidup dalam kondisi yang dipenuhi beragam
informasi dari berbagai bidang, serta dibekali kecanggihan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Dalam situasi seperti ini akan mendorong terbentuknya cara berpikir,
gaya hidup dan tuntutan masyarakat yang lebih tajam. Seiring dengan perkembangan ini, pergeseran pola pikir konsumen dari yang dikenal dengan
vigilante consumerism kesukarelaan konsumen membeli produk perusahaan tertentu, dan tidak ada perhatian konsumen terhadap perusahaan terkait menjadi
ethical consumerism perhatian konsumen dalam membeli produk terkait dengan aspek moral yang ditunjukkan oleh perusahaan.
Riset yang dilakukan oleh Roper Search Worldwide menunjukkan 75 persen responden memberi nilai lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan
oleh perusahaan yang memberi kontribusi nyata kepada komunitas melalui
Universitas Sumatera Utara
program pengembangan. Sekiter 66 persen responden juga menunjukkan bahwa mereka siap berganti produk daari satu perusahaaan ke perusahaan yang memiliki
citra sosial yang positif. Hal ini membuktikan terjadinya perluasan minat konsumen dari produk menuju korporat. Konsumen menaruh perhatiannya
terhadap tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih luas, yang menyangkut etika bisnis dan tanggung jawab sosialnya. Kepedulian konsumen telah meluas
dari sekedar kepada suatu produk menjadi kepada korporatnya Susanto: 2007.
Bagi PTPN IV Persero jalinan Kemitraan dan program Bina Lingkungan dengan masyarakat sekitar dan juga dengan pengusaha kecil dan menengah ini
sudah berlangsung sejak perusahaan ini ada, akan tetapi tetapi masih dalam tahap kedermawanan sosial yang bersifat Charity, dan terus mendapatkan perhatian dan
kerja keras mencapai tahap kedermawanan sosial good corporate Citizenship GCC. PTPN IV Persero melalui unit unit usaha yang ada dalam melaksanakan
Praktik CSRnya dengan sepenuh hati dan kepedulian yang tinggi dalam rangka mendukung perbaikan ekonomi kerakyatan. Hal ini juga sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Negara BUMN No.326MBU2003 dan Peraturan Menteri Negara BUMN No. 05MBU2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan
usaha kecil. Penyaluran bantuan pembinaan dan kemitraan itu sesuai dengan ketentuan
pemegang saham. Mengingat penyaluran bantuan melalui program kemitraan tersebut bukan diberikan secara cuma cuma akan tetapi merupakan dana pinjaman
dengan bunga sangat rendah. Di mana pengembalian pinjaman akan digulirkan kembali kepada pengusaha kecil lainnya sehingga mitra binaan terus bertambah
dan berkembang sesuai dengan jenis usaha yang dikelolanya. Sejauh ini PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina dalam menjalankan
kemitraan selalu mengupayakan membina mitra dengan saling menguntungkan,
Universitas Sumatera Utara
mereka yang mayoritas tinggal dan berusaha di sekitar kebun dan unit usaha sehingga produksi yang mereka hasilkan baik jasa maupun industri diupayakan
dapat ditampung dan dimanfaatkan dalam proses produksi perusahaan, seperti usaha perbengkelan, industri kecil dan kerajinan pandai besi yang memproduksi
pisau egrek untuk panen kelapa sawit, pisau deres, cangkul, parang dan produk lainnya seperti yang terdapat pada Unit Usaha Kebu Ajamu-I, Unit Usaha Kebun
Ajamu-II dan Unit Usaha Kebun lainnya. Namun meskipun mitra binaan tidak menghasilkan produk kerajinan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, tetapi
perusahaan tetap menjalin kemitraan dengan usaha kecil dan menengah yang ada di sekitarnya, seperti UKM yang bergerak di bidang usaha dagang sembako, toko
ponsel, pertanian, peternakan, usaha kelontong, usaha jahit menjahit, bordir, usaha makanan olahan serta industri kerajinan lainnya.
Dengan menjalin kemitraan ini maka diharapkan terciptanya pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan lapangan pekerjaan baru di sekitar kebun dan unit usaha
PTPN IV Persero yang secara langsung akan menciptakan iklim yang kondusif dan kesejahteraan sosial yang dapat mendukung usaha PTPN IV Unit Usaha
Kebun Adolina. Berdasarkan pemikiran Schumacher 1993;184 yang mengatakan bahwa
bantuan yang terbaik yang dapat diberikan kepada masyrakat adalah bantuan intelektual yang berupa pemberian pengetahuan yang berguna. Untuk dapat
memahami suatu pengetahuan, diperlukan kerja keras dan pengorbanan. Sesuatu yang sukar didapat, biasanya akan berusaha tetap memilikinya dan bahkan
melestarikannya. Lain halnya bila bantuan diberikan dalam bentuk barang atau
Universitas Sumatera Utara
sesutau yang telah jadi, yang tanpa diusahakan maka jarang menjadi “milik sendiri”.
Seperti hasil temuan penulis dilapangan bahwa upaya upaya pemberdayaan diatas juga menjadi perhatian pihak PTPN IV, dimana sebelum
menyalurkan kredit kepada para calon mitra binaan yang dianggap tepat untuk mendapatkan dana bergulir tersebut melalui mekanisme yang telah ditetapkan
oleh pihak PTPN IV, maka para calon mitra binaan tersebut di kumpulkan di kantor Pusat untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam bidang
manajemen, kewirausahaan dan kewiraswastaan meliputi; komunikasi dan etika bisnis, tehnik mengelola usaha mikro, dari aspek pemasaran dan kemasan maupun
merek produk dan juga materi hukum. Dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan ini mitra mitra binaan
dibekali oleh nara sumber yang profesional baik dari pihak PTPN IV sendiri maupun dari prktisi, akademisi, LPP Medan, kerjasama dengan Universitas
Sumatera Utara, dan juga kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. UKM atau unit kegiatan menengah adalah soko guru perekonomian nasional yang diharapkan
bisa menjadi instrumen dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pola Kemitraan ini dianggap merupakan format yang sangat ideal untuk
mengembangkan UKM agar masyarakat di lingkungan Unit usaha Kebun Adolina dapat meningkatkan ekonominya sesuai dengan visi dan misi PTPN IV.
Adapun prosedur untuk menjadi mitra binaan dalam bentuk pola kemitraan ini adalah:
a. Melengkapi Administrasi
Universitas Sumatera Utara
b. Membuat permohonan.
c. Membuat proposal yang menggambarkan jenis usaha yang dikelola.
d. Mencantumkan agunan.
e. Fotocopy KTP dan pasfoto.
f. Surat keterangan usaha dari kepala desa.
g. Keterangan penghasilan perbulan.
h. Survey pihak dari kantor pusat PTPN IV meninjau langsung ke lokasi
untuk melihat kelayakan usaha. i.
Mitra binaan menerima pembinaan dan pendidikan serta pelatihan manajemen dari pihak PTPN IV.
j. Dana diberikan melalui rekening mitra binaan.
Fenomena yang menarik dikaji pada praktik tanggung jawab sosial perusahaan sesuai dengan hasil temuan penulis di lapangan adalah munculnya
implikasi negatif ketika program ini tidak termanfaatkan oleh masyarakat dengan baik. Bantuan finansial yang diperoleh, justru tidak dipergunakan untuk
kepentingan modal usaha, melainkan untuk memenuhi dan membeli kebutuhan lain. Seperti temuan penulis ketika akan melakukan wawancara dengan salah
seorang mitra binaan dari sektor jasa, dimana mitra binaan tersebut terdaftar sebagai pengusaha salon dan kecantikan, ternyata salon tersebut belum dibuka
karena bantuan kredit tersebut telah terpakai untuk biaya pembangunan rumahnya. Berikut pernyataannya :
…Saat ini kami sedang bangun rumah tetapi kami kekurangan dana sehingga bantuan kredit yang baru kami peroleh dari PTPN IV menjadi
terpakai . jadi buka usaha salonnya terpaksa ditangguhkan dulu. Pinjaman ini sudah yang kedua kalinya kami peroleh dari pihak PT PN IV, setelah
Universitas Sumatera Utara
pembayaran kredit yang pertama kami lunasi, kami langsung mengajukan permohonan kembali, dan dananya sudah kami terima dan seperti
biasanya sebelum penyaluran kredit terlebih dahulu kami dibekali pendidikan dan pelatihan selama kurang lebih tiga hari yang bertempat di
LPP Medan. L. Jan 2010
Selain kasus yang terjadi diatas penulis masih menemukan adanya mitra binaan yang tercatat sebagai pengusaha ternak sapi tetapi ketika penulis
mengunjungi mitra binaan untuk melakukan wawancara, ternyata mitra binaan tersebut adalah pengusaha pupuk organik, dan tidak memiliki seekor ternak sama
sekali. Berikut pernyataan mitra binaan tersebut: ...Sudah kurang lebih lima tahun ini saya tidak beternak sapi lagi, pakan
ternak semakin susah di dapat karena arealladang semakin sempit akibat pemukiman serta rumah penduduk bertambah, termasuk areal ladang
saya sudah berkurang karena sebahagian sudah saya jual sehingga tidak memungkinkan saya untuk beternak lagi. Sebelumnya warga masyarakat
banyak bertanam kelapa sawit di sekitar sini, sehingga kami tidak kesulitan untuk mendapatkan pelepah sawit yang dapat kami olah untuk
menjadi makanan ternak. Sekarang saya menjadi pengusaha pupuk organik. S. Jan 2010.
Menurut pengamatan penulis masih banyak pelaku Usaha Kecil Menengah yang menjadi mitra binaan Unit Usaha Kebun Adolina bukan masyarakat yang
berada di sekitar ataupun masyarakat Dari paparan tersebut menunjukkan kelemahan dari skema program CSR
PT Perkebunan Nusantara IV, walau pada dasarnya mekanisme dan persyaratan yang ditentukan sudah cukup baik akan tetapi dalam pelaksanaannya masih harus
dievalusai terutama dalam hal keakuratankebenaran data. Disamping itu Unit CSR yang sudah dibentuk di Unit Usaha Kebun Adolina harus difungsikan
terutama dalam menentukan calon-calon mitra-binaan karena unit usaha tersebutlah yang langsung bersentuhan dengan kepentingan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
sekitarnya. Seperti hasil temuan penulis, Unit CSR Kebun Adolina Manajer SDM tidak terlibat secara langsung dalam menentukan calon mitra-binaan dan juga
dalam penyaluran kredit, dan pelaksanaan program kemitraan ini langsung di tangani oleh unit CSR yang ada di Kantor Pusat Dir. SDM. Koordinasi antara
Unit CSR Pusat dan Unit CSR Kebun sangat penting dilakukan untuk menghindari tidak akuratnya data dan penyimpangan lainnya.
Tabel 4.2. Beberapa bidang usaha yang dikembangkan oleh PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina rentang waktu tiga tahun 2006, 2007,
2008, 2009
No Sektor
Bidang Usaha Jumlah Pinjaman Pertahun Dalam Rupiah
2006 2007
2008 2009
1 Industri
Pengolahan kerupuk 10.000.000
2 Industri
Industri roti dan makanan ringan
10.000.000 3
Cateringpembuat kue 20.000.000
4 Usaha meuble
30.000.000 5
Ukiran kaligrafi 20.000.000
6 Pandai besi
30.000.000 Jumlah
- 20.000.000
- 100.000.000
7 Jasa
Bengkel honda 20.000.000
8 Photo Studio
10.000.000 9
Bengkel dan jual beli honda
40.000.000 10
Bengkel dan tambal ban
20.000.000 11
Warung lontong mieso
10.000.000 12
Menyewakan alat alat pesta
20.000.000 13
Rumah makan 25.000.000
14 Salon kecantikan
25.000.000 15
Pengumpul hasil bumi
20,000,000 16
Waserda warnet 30.000.000
17 Studio dan fotocopy
30.000.000 Jumlah
20.000.000 10.000.000
- 200.000.000
18 Peternakan Ternak sapi domba
15.000.000 15
Ternak ayam 40.000.000
16 Ternak lembu
15.000.000 17
Ternak kambing 20.000.000
Jumlah -
15.000.000 -
75.000.000
Universitas Sumatera Utara
18 Pertanian Petani ubi kayu
10.000.000 Jumlah
10.000.000 -
- -
19 perikanan Kolam ikan
15.000.000 Kolam ikan
50.000.000 Jumlah
- -
- 65.000.000
20 Perdagangan Dagang kelontong 10.000.000
20.000.000 30.000.000
15.000.000 21
Kedai sampah 15.000.000
30.000.000 22
Kedai sampah 15.000.000
20.000.000 23
Kedai sampah 15.000.000
25.000.000 24
Kedai sampah 30.000.000
40.000.000 25
Penyalur BBM 25.000.000
26 Waserda
10.000.000 27
Waserda 15.000.000
28 Kedai kelontong
20.000.000 20.000.000
15.000.000 29
Dagang sparepart honda
30.000.000 30
Rumah makan 30.000.000
31 Dagang kelontong
10.000.000 30.000.000
32 Kedai kelontong
15.000.000 33
Kedai kelontong 25.000.000
25.000.000 34
Kedai kelontong 15.000.000
35 Dagang perabot
15.000.000 36
Dagang pupuk 50.000.000
Perdagangan total 155.000.000
20.000.000 145.000.000
290.000.000 Jumlah keseluruhan
205.000.000 65.000.000
145.000.000 469.000.000
Sumber: PTPN IV Persero 1.
Hak dan Kewajiban Mitra Binaan PTPN IV Persero membuat perjanjian dengan para mitra binaannya. Di
dalam perjanjian tersebut tercantum Kewajiban dan Hak para mitra binaan, yaitu: a.
Kewajiban b.
Pengembalian modal tepat waktu c.
Membayar cicilan tiap bulannya d.
Mematuhi peraturan yang berlaku e.
Selama menjadi mitra binaan PTPN IV Persero maka peserta tidak boleh mengikuti program kemitraan dari instansi lain
f. Menjaga nama baik perusahaan PTPN IV Persero
Universitas Sumatera Utara
2. Hak
Mengembalikan kredit ditambah dengan suku bunga 0,5 dengan cara dicicil setiap bulannya dalam jangka waktu 3 tahun dan cicilan I di bayar di mulai
pada bulan ke empat setelah pencairan dana. a.
Apabila mitra-binaan terlambat membayar maka mitra binaan boleh meminta tenggang waktu kepada PTPN IV Persero
b. Mitra-binaan mendapatkan asuransi. Jika mitra binaan meninggal dunia
sebelum kreditnya jatuh tempo, maka hutang mitra binaan tidak akan dibebankan kepada ahli warisnya
c. Mendapatkan pembinaan dan monitoring satu kali per tiga bulan dari
PTPN IV Persero. Untuk keberlangsungan usaha yang berkelanjutan pada program
pengembangan UKM sebagai implementasi CSR oleh PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina ini manajemen PTPN IV berdasarkan penelitian penulis
melakukan berbagai upaya agar UKM-UKM yang mereka jadikan sebagai mitra binaan mereka monitoring setiap periode waktu yang dilakukan. Manajemen
PTPN IV melakukan evaluasi per tiga bulan pada semua usaha yang mereka jadikan sebagai mitra binaan. Semua kendala yang dihadapi oleh pelaku UKM
diberikan solusinya dengan pendekatan manajemen UKM yang bisa disesuaikan dengan kemampuan para pelaku UKM.
Para mitra binaan mendapatkan pelatihan manajemen Usaha Kecil di LPP Medan. Materi yang diberikan dalam bentuk pelatihan melalui diskusi, seminar,
dan cara yang sederhana agar kelangsungan usaha dapat terus berlangsung. Materi
Universitas Sumatera Utara
pelatihan ini disesuaikan dengan kemampuan pelaku UKM. Dengan demikian pelaku UKM sebagai mitra binaan di lingkungan PTPN bisa memahami
manajemen UKM yang dilakukan dengan terukur. Hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat karena semua pelaku UKM menjadi mahir dibidang yang mereka
geluti. Terkadang mitra binaan di beri kesempatan mengikuti studi banding untuk memperdalam ilmunya ke daerah lain di dampingi pihak Perusahaan atau ikut
serta pada pameran baik lokal dan diharapkan dapat mengikuti pameran UMKM nasional maupun internasional. Seperti penuturan pelaku UKM mitra binaan PT
PN IV dari sektor industri dan jasa sebagai berikut: ...Dengan diberikannya kesempatan kepada kami untuk mengikuti
pameran hasil-hasil UMKM seperti mengisi salah satu stand di Pekan Raya Sumatera Utara dan pameran UMKN lainnya seperti hail kerajinan
yang kami miliki seperti makanan ringan, antara lain; dodol dengan berbagai variasi rasa, kerupuk berbagai rasa, kerupuk ketela, kerupuk
tempe, kerupuk pisang dan olahan dari berbagai bahan baku dan hasil kerajinan lainnya seperti kerajinan membuat berbagai wadah dari tanah liat
mis; celengan, pas dan pot bunga, serta anyaman tikar, nampan dan sapu lidi dan sapu ijuk memberikan kebanggaan dan semangat untuk terus
berkreasi dan dengan mengikuti pemeran tersebut kami dapat menambah wawasan dan mengevaluasi dengan membandingkan hasil produksi dari
UKM lainnya. D.Y dan Z maret 2010
Hal senada juga tercermin dalam pernyataan salah seorang mitra binaan sebagai berikut : “Kami masih harus banyak belajar agar produksi ini terus
berkembang dan bersaing dengan pelaku bisnis yang sama yang menjadi mitra binaan dari lembaga lainnya dan harapan kami dapat mengikuti pameran
berikutnya”. Program ini akan terus dikembangkan dalam mendukung program
pemerintah memacu peningkatan ekonomi kerakyatan, sehingga dampak pemberdayaan dan keberadaan PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
dirasakan oleh para karyawan dan pemerintah melalui penerimaan deviden dan pajak tetapi juga masyarakat sekitar khususnya para pegusaha kecil dan menengah
UKM.
Tabel 4.3. Dampak Pemberdayaan UKM Unit usaha KebunAdolina sebelum dan sesudah regulasi undang-undang no. 40 Tahun 2007.
Aspek tugas
Dampak pemberdayaan UKM Sebelum regulasi
Setelah regulasi
Aspek permodalan
1. Jumlah kredit yang diajukan dengan yang
disetujui tidak sesuai dengan kebutuhan UKM
2. Mitra binaan belum mampu membuat
proposal pengajuan kredit dengan baik
1. Menyesuaikan pemberian kredit dengan bunga ringan dan
pengembalian kredit dengan tenggang waktu yang telah
disepakati bersama, dengan jaminan agunan.
2. Mitra binaan dapat mengajukan kredit kembali setelah
pengembalian kredit yang terdahulu.
Aspek Manajemen
1. Mitra binaan belum mampu
menyusun perencanaan dan laporan
keuangan dengan baik 2. Pelatihan manajemen dari
berbagai instansi kurang efektif karena materi yang
terlalu banyak tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan
UKM Usaha Kecil
Menengah 1. Mitra binaan mendapatkan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan,
manajemen praktis yang langsung diterapkan terhadap
UKM serta pendampingan dan monitoring secara langsung dari
pihak perusahaan dan dibiayai oleh perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Aspek Produksi
1. Kualitas produksi masih rendah karena tidak
adanya standarisasi dan adanya manipulasi bahan
baku 1. Peningkatan kualitas produksi
dapat meningkat secara signifikan dengan prinsip saling
menguntungkan.
Aspek Pemasaran
1. Informasi untuk memasarkan produk
masih kurang, misalnya tentang produksi yang
diinginkan, potensi pasar dan pemasaran produk
yang menjamin. 2. Tawar menawar dan
penentuan harga serta sistim pembayaran yang
lemah terhadap UKM 3. Assosiasi pengusaha atau
profesi belum berperan dalam mengkoordinasi
persaingan yang sehat antara usaha yang sejenis.
1. Membantu mitra binaan dalam memasarkan produk produknya
dengan mencari pasar yang dapat menampung hasil
produksi dan juga mengikut- sertakan dalam pameran, baik
lokal maupun internasional. 2. Menentukan standar harga
yang sesuai dengan pasar apabila hasil produksi mitra
binaan dapat ditampung oleh perusahaan.
Sumber; hasil olahan penulis, 2010 Hasil pengamatan penulis dengan membandingkan praktik CSR sebelum
dan setelah berlakunnya UU No. 40 Tahun 2007 pada PTPNIV Unit Usaha Kebun Adolina berupaya menyesuaikan konsep yang telah ada dengan yang dimandatkan
oleh undang-undang tersebut, akan tetapi menurut penulis, perubahan yang terjadi hanyalah penggantian istilah saja namun pelaksanaan atau implementasinya dalam
bentuk program tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Upaya-upaya
Universitas Sumatera Utara
pemberdayaan masih menitikberatkan aspek permodalan, manajemen, produksi dan pemasaran. Secara umum program ini telah memberikan pencerahan dan
harapan baru sekaligus telah mampu mendidik dan memberdayakan masyarakat komunitasnya. Meskipun masih terus membutuhkan perhatian dan pembenahan
serta keterlibatan berbagai pihak dalam upaya-upaya peningkatan yang berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan need assesment masyarakat sekitar.
4.2.5. Makna Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Bagi Komunitas