Praktik Tanggung Jawab Sosial Dan Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Studi Pada PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Kebun Adolina, Kabupaten Deli Serdang

(1)

PRAKTIK TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH

(Studi Pada PT Perkebunan Nusantara IV Unit

Usaha kebun Adolina Kabupaten Deli Serdang)

TESIS

Oleh

ARTHA LUMBAN TOBING

057024031/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PRAKTIK TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH

(Studi Pada PT Perkebunan Nusantara IV Unit

Usaha kebun Adolina Kabupaten Deli Serdang)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Sumatera Utara

Oleh

ARTHA LUMBAN TOBING

057024031/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : PRAKTIK TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH

(Studi Pada PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Kebun Adolina, Kabupaten Deli Serdang)

Nama mahasiswa : ARTHA LUMBAN TOBING Nomor Pokok : 057024031/SP

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)

Ketua Anggota

(Drs. Irfan Simatupang, M.Si)

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)

Tanggal Lulus : 15 April 2013 Telah diuji pada :


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 15 April 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Anggota : 1. Drs. Irfan Simatupang, M.Si

2. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si 3. Husni Thamrin, S.Sos, MSP 4. Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A


(5)

PERNYATAAN

PRAKTIK TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH

(Studi pada PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Kebun Adolina, Kabupaten Deli Serdang )

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yag pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahun saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2013 Penulis


(6)

PRAKTIK TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH

(Studi Pada PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Kebun Adolina Kabupaten Deli Serdang)

ABSTRAK

PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina merupakan perusahaan yang ekstraktif yang bergerak dalam bidang perkebunan telah berkontribusi dalam praktik CSR dan Pemberdayaan UKM melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengkaji praktik CSR dan pemberdayaan UKM Unit Usaha Kebun Adolina sebelum regulasi dan setelah regulasi perundang-undangan ditetapkan oleh pemerintah terhadap Badan Usaha Milik Negara. Dalam hal ini melibatkan pelaku UKM yang menjadi mitra binaan yang terbagi dalam sektor industi, jasa, pertanian dan peternakan serta sektor perdagangan sejak tahun 2006, 2007, dan 2008. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif, penulis melakukan wawancara tidak terstruktur dan mendalam, pengamatan (kajian Langsung) serta studi kepustakaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah adanya regulasi perundang-undangan implementasi CSR PTPN IV memberikan dampak yang positif terutama bagi pelaku UKM yang telah mendapatkan bantuan kredit. Hal ini dapat kita lihat dari aspek permodalan yaitu pemberian kredit dan pengembalian kredit yang semakin lancar. Aspek manajemen; Mitra binaan mendapatkan kesempatan memperoleh Diklat, manajemen praktis, pendampingan dan monitoring. Aspek Produksi; adanya peningkatan kualitas produksi dan prinsip saling menguntungkan. Aspek Pemasaran; mencari pasar untuk menampung produksi mitra binaan, mengikutsertakan dalam pameran baik lokal maupun internasional. Menampung hasil produksi mitra binaan sesuai dengan harga pasar. Namun impelementasi CSR PTPN IV masih membutuhkan penanganan yang lebih serius dari pihak korporat terutama dalam melibatkan shareholder dan stakeholdernya sebagai bagian dari bisnisnya yang berorientasi pada kerjasama yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisma) dan supaya program ini tidak menjadi proses pencitraan belaka tetapi murni untuk mendidik dan memberdayakan masyarakat terutama dalam menunjang keberlangsungan program CSR secara efektif dan efisien.

Kata kunci: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah,


(7)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY AND SMALL AND BUSINESS SCALE EMPOWERMENT

(Study on PT Nusantara Plantation Business Unit Deli Serdang District)

ABSTRACT

PTPN IV Adolina Plantation Business Unit is an ecteactive company engaged in the plantation sector has contributed in CSR Practise and UKM (Small and Medium Business Scale) empowerment through patnership and community development program. This study was aimed at discussing about CSR Practice and UKM empowermentof Adolina Plantation Business before the regulation and after the ragulation set by the government against state owned company. This program involve the practioner of UKM in their competition business patners which devided into industry, services, agriculture, livestocksector as well as trade sector since 2006, 2007, 2008 and 2009.This study useddescriptive method with qualitative approach; the writer conducted unstructured and in-deptinterviews, observation (direct assessment) as well as documentation study. This result of this study showed that after the issuance of regulation of legilation the implementation of CSR PTPN IV bougt a positve impact, especially for the pratitioner of UKM who had received credits finance assitance. It can be seen from the capital aspect namely smoother credit extensionand loan repayment. Management aspects: Patners are given opportunity to obtain DIKLAT (education training, practical management, mentoring and monitoring. Pro duction aspects; an increase in quality of production and principle of mutual benefit. Marketing aspects; looking for the market to accommodate the product of patners, participating in exhibitions both local and international. To accommodate the product of patners in accordance with the market price. However the implementation of PTPN IV still corporates small responsibility than the corporate parties, especially involving shareholders and stakeholders as part of its mutualbenefit-oriented business corporation (mutualism symbiosis) and in order to make this program not a more imaging process but purely educates and empowers community, especially in supporting the sustainability of CSR programs effectively and efficiently.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Small and Medium Business Empowerment


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas berkat dan kasihnyalah yang senantiasa memberikan kekuatan kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini yang berjudul “Praktik Tanggung Jawab Sosial Dan Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Studi Pada PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Kebun Adolina, Kabupaten Deli Serdang, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi bagi mahasiswa Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa, penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi berbagai pihak, baik bantuan moril dan materil yang yang sangat berharga yang memberikan energi bagi penulis, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan terimakasih yang sangat dalam kepada;

1. Mama tercinta dan seluruh saudara-saudaraku yang kukasihi, karena doa dan dukungan yang selalu meyemangati penulis, terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan baik moril maupun materil. Semoga Tuhan Yang Kuasa senantiasa menyertai kita.

2. Teristimewa keluarga kecilku, harta milikku yang paling berharga; Suami dan anak-anakku tersayang, Daniel Kevin Geraldo, Albert Valentino dan Sophia Gracia, you are my inspiration, you are my shining stars and you are my everything. I love too all of you.


(9)

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai pembimbing utama yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran dan keiklasan hingga penyelesaian penulisan tesis ini. 4. Bapak Drs Irfan Simatupang, M.Si selaku pembimbing II memberikan

dorongan hingga penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Dr. R. Hamdani harahap, M.Si Selaku Sekretaris Prodi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran saran yang konstruktif bagi perbaikan tesis ini.

6. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran dalam upaya pencerahan intelektual, sehingga menjadi pengetahuan yang monumental bagi penulis.

7. Seluruh Staf pengajar di magister Studi pembangunan FISIP USU yang telah membekali penulis dengan ilmu yang sangat berharga dan juga kepada staf tata usaha yang membantu kelancaran administrasi yang mendukung kepada proses penyelesaian studi ini.

8. Seluruh rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa di MSP, atas segala dorongan dan kerjasamanya. Mudah-mudahan kita tidak saling melupakan. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang sedikit

banyak memberi bantuan yang berharga bagi penyelesaian penulisan tesis ini.


(10)

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun, demi kesempurnaan karya tulis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Syaloom...

Medan, Maret 2013

Artha Lumban Tobing


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Artha Lumban Tobing

2. Tempat / Tanggal Lahir : Tarutung, 23 Maret 1968 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Kristen Protestan

5. Status : Menikah

6. Nama Ayah : M. Lumban Tobing 7. Nama Ibu : S. Simanjuntak

8. Alamat : Jl. Ayahanda No. 59 Medan

9. Pendidikan Terakhir : S-1 FISIPOL Universitas HKBP Nommensen Medan

10.Pekerjaan : Dosen Tetap Universitas HKBP Nommensen Medan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Kerangka Pemikiran ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate Social Responsibility (CSR) ... 11

2.1.1. Jenis-jenis Program CSR ... 16

2.1.2. Prinsip-prinsip CSR ... 17

2.2. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 19

2.2.1. Pengertian dan Konsep UKM ... 19

2.2.2. Permasalahan UKM di Indonesia ... 20

2.3. Pemberdayaan UKM ... 25

2.4. Community Development (CD) ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 32


(13)

3.3. Informan Penelitian ... 33

3.4. Tehnik Pengumpulan Data ... 36

3.5. Lokasi Penelitian ... 36

3.6. Tehnik Analisis Data ... 36

3.7. Jadwal Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Singkat Kebun Adolina ... 39

4.1.1. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan ... 40

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 43

4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan ... 44

4.1.4 SMK3 (Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ... 48

4.1.5. Kesejahteraan Sosial ... 49

4.2. Hasil Analisis Data ... 50

4.2.1. Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Sebelum Regulasi (UU No. 40 Tahun 2007) ... 51

4.2.2. Praktik Tanggung Jawab Sosial Setelah Regulasi (Undang-Undang N0. 40 Tahun 2007) ... 56

4.2.3. Program Bina Lingkungan ... 57

4.2.4 Program Kemitraan ... 60

4.2.5. Makna Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Bagi Komunitas ... 73

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran ... 77


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 4.1. Kegiatan Program Bina Lingkungan PTPN IV (Persero) telah

dilaksanakan sejak tahun 2001 untuk memberdayakan kondisi sosial masyarakat di lingkungan Unit usaha PTPN IV (Persero) ... 58 4.2. Beberapa bidang usaha yang dikembangkan oleh PTPN IV Unit

Usaha Kebun Adolina rentang waktu tiga tahun (2006, 2007, 2008, 2009) ... 67 4.3. Dampak Pemberdayaan UKM Unit usaha KebunAdolina sebelum


(15)

LAMPIRAN

Lampiran I : Struktur Organisasi PTP. Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Adolina


(16)

PRAKTIK TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH

(Studi Pada PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Kebun Adolina Kabupaten Deli Serdang)

ABSTRAK

PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina merupakan perusahaan yang ekstraktif yang bergerak dalam bidang perkebunan telah berkontribusi dalam praktik CSR dan Pemberdayaan UKM melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengkaji praktik CSR dan pemberdayaan UKM Unit Usaha Kebun Adolina sebelum regulasi dan setelah regulasi perundang-undangan ditetapkan oleh pemerintah terhadap Badan Usaha Milik Negara. Dalam hal ini melibatkan pelaku UKM yang menjadi mitra binaan yang terbagi dalam sektor industi, jasa, pertanian dan peternakan serta sektor perdagangan sejak tahun 2006, 2007, dan 2008. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif, penulis melakukan wawancara tidak terstruktur dan mendalam, pengamatan (kajian Langsung) serta studi kepustakaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah adanya regulasi perundang-undangan implementasi CSR PTPN IV memberikan dampak yang positif terutama bagi pelaku UKM yang telah mendapatkan bantuan kredit. Hal ini dapat kita lihat dari aspek permodalan yaitu pemberian kredit dan pengembalian kredit yang semakin lancar. Aspek manajemen; Mitra binaan mendapatkan kesempatan memperoleh Diklat, manajemen praktis, pendampingan dan monitoring. Aspek Produksi; adanya peningkatan kualitas produksi dan prinsip saling menguntungkan. Aspek Pemasaran; mencari pasar untuk menampung produksi mitra binaan, mengikutsertakan dalam pameran baik lokal maupun internasional. Menampung hasil produksi mitra binaan sesuai dengan harga pasar. Namun impelementasi CSR PTPN IV masih membutuhkan penanganan yang lebih serius dari pihak korporat terutama dalam melibatkan shareholder dan stakeholdernya sebagai bagian dari bisnisnya yang berorientasi pada kerjasama yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisma) dan supaya program ini tidak menjadi proses pencitraan belaka tetapi murni untuk mendidik dan memberdayakan masyarakat terutama dalam menunjang keberlangsungan program CSR secara efektif dan efisien.

Kata kunci: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah,


(17)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY AND SMALL AND BUSINESS SCALE EMPOWERMENT

(Study on PT Nusantara Plantation Business Unit Deli Serdang District)

ABSTRACT

PTPN IV Adolina Plantation Business Unit is an ecteactive company engaged in the plantation sector has contributed in CSR Practise and UKM (Small and Medium Business Scale) empowerment through patnership and community development program. This study was aimed at discussing about CSR Practice and UKM empowermentof Adolina Plantation Business before the regulation and after the ragulation set by the government against state owned company. This program involve the practioner of UKM in their competition business patners which devided into industry, services, agriculture, livestocksector as well as trade sector since 2006, 2007, 2008 and 2009.This study useddescriptive method with qualitative approach; the writer conducted unstructured and in-deptinterviews, observation (direct assessment) as well as documentation study. This result of this study showed that after the issuance of regulation of legilation the implementation of CSR PTPN IV bougt a positve impact, especially for the pratitioner of UKM who had received credits finance assitance. It can be seen from the capital aspect namely smoother credit extensionand loan repayment. Management aspects: Patners are given opportunity to obtain DIKLAT (education training, practical management, mentoring and monitoring. Pro duction aspects; an increase in quality of production and principle of mutual benefit. Marketing aspects; looking for the market to accommodate the product of patners, participating in exhibitions both local and international. To accommodate the product of patners in accordance with the market price. However the implementation of PTPN IV still corporates small responsibility than the corporate parties, especially involving shareholders and stakeholders as part of its mutualbenefit-oriented business corporation (mutualism symbiosis) and in order to make this program not a more imaging process but purely educates and empowers community, especially in supporting the sustainability of CSR programs effectively and efficiently.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Small and Medium Business Empowerment


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Saat ini wacana tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate Social Responsibity (CSR) menjadi perhatian serius dari berbagai kalangan masyarakat luas, baik pemerintah, kalangan akademisi, praktisi, LSM dan organisasi sosial lainnya. Berbagai pihak sudah mengampanyekan pentingnya Tanggung Jawab Sosial ini bagi perusahaan baik untuk menjaga kelangsungan produksi sampai tujuan membangun legitimasi sosial. Makna kata CSR ini kemudian diterjemahkan secara berbeda pula, sehingga kemudian muncul istilah lain yang sepadan dengan makna CSR, misalnya: corporate citizenship, corporate responsiveness, corporate responsibility, dan lain sebagainya (Hopkins, 2004). Perusahaan sendiri menjalankan kegiatan CSR-nya dengan sangat beragam bentuk dari yang sifatnya karitas, filantropi, sampai kegiatan yang memberdayakan masyarakat secara utuh.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) merupakan suatu komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di sekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan (Budimanta: 2002). Sedangkan menurut Gunawan Widjaja (2008), CSR adalah suatu komitmen bersama dari seluruh stakeholder perusahaan (para Pihak) untuk bertanggung jawab terhadap


(19)

masalah-masalah sosial dan lingkungan. CSR bukan merupakan kegiatan sumbangan (charity-philantropy) dari salah satu atau lebih stakeholder perusahaan, justru keterlibatan langsung dan kontinutas kegiatan inilah yang menjadi ciri khas dari CSR.

Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR), muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam. Perusahaan seharusnya juga memperhatikan aspek sosial dan lingkungan sekitar, sebab jika tidak dampak negatif dari beroperasinya perusahaan tersebut dapat menimbulkan resistensi masyarakat atau gejolak masyarakat. Adanya keselarasan antara keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan pemberian kontribusi secara langsung kepada masyarakat dan lingkungannya merupakan mekanisme check and balances antara pihak perusahaan dengan masyarakat. Dengan kata lain, CSR juga dipandang sebagai tolok ukur untuk reputasi perusahaan. Seberapa jauh suatu CSR perusahaan akan berpengaruh pada reputasi perusahaan itu (Afdal: 2004).

Tiga alasan penting kalangan dunia usaha harus merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya, yaitu perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial (Badaruddin: 2008).

Di Indonesia CSR adalah sebuah kewajiban yang dibebankan pada Perseroan Terbatas melalui Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang


(20)

Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat (1) UU 40 tahun 2007 ini menjelaskan “Perseroan yang men jalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Dengan adanya Undang-Undang ini, industri atau korprorasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya, namun kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan. Karena pembangunan suatu negara tidak hanya tanggung jawab pemerintah dan industri saja. Oleh karena itu, Pemerintah meminta komitmen pihak swasta secara khusus sebagai wujud pertanggungjawaban atas dampak negatif yang ditimbulkan praktek bisnisnya. CSR merupakan suatu bentuk komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama stakeholders terkait, terutama adalah masyarakat disekeliling perusahaan tersebut beroperasi.

Perusahaan sebagai entitas bisnis yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat, tidak bisa lepas dari tanggung jawab sosialnya kepada pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.

Stakeholders bukan hanya sekedar masyarakat dalam arti sempit yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi perusahaan melainkan masyarakat dalam arti luas, misalnya pemerintah, investor, elit politik, pelanggan. Program-program CSR yang dilaksanakan untuk kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya akan berbalik arah yaitu memberikan keuntungan kembali bagi perusahaan tersebut. Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi organisasi lokal dan masyarakat miskin di lingkungan perusahaan. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi karikatif dan


(21)

kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan secara ad-hoc, partial, dan tidak melembaga). Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan karikatif semacam itu, karena dianggap kurang mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan pembangunan masyarakat kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini juga sudah mulai beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan need assessment. pengembangan skema perlindungan sosial berbasis masyarakat.

Model pelaksanaan CSR yang umum diterapkan di perusahaan-prusahaan yang ada di Indonesia, yaitu Pertama, CSR bisa dilaksanakan secara langsung oleh Perusahaan. Kedua, CSR dapat juga dilaksanakan melalui yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan atau grupnya. Ketiga, sebagian besar perusahaan menjalankan CSR melalui kerjasama atau bermitra dengan pihak lain. Keempat, beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk menjalankan CSR. (Susiloadi: 2008).

Kegiatan program CSR pun beragam, tidak hanya terbatas pada program sosial maupun ekonomi. Ada beberapa bidang lain yang dapat dijadikan sasaran pertanggung-jawaban sosial perusahaan, seperti; sosial, pendidikan, dan lingkungan. Dalam bidang ekonomi, model kegiatan yang dilakukan untuk membangun masyarakat sekitar yang lebih berkualitas adalah melalui pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Peran perusahaan dalam pengembangan UKM dapat dilakukan dengan memberikan bantuan kepada pelaku-pelaku UKM sehingga pelaku UKM tersebut dapat membentuk capacity building, financial support dan jalur pemasaran yang kuat sebagai salah satu solusi kemitraan yang dapat memperkuat daya saing UMKM.


(22)

Beberapa perusahaan yang sudah menjalankan praktik CSRnya pada program kemitraan, antara lain:

1. PT. Bio Farma melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dimulai pada tahun 1992. Perusahaan ini telah membina sebanyak 2300 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan sudah merealisasikan bantuan berupa dana dan material senilai Rp 9,26 miliar)

2. PT. Jasa Marga, dalam pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) menggunakan dana yang berasal dari laba yang disisihkan sebesar 2% untuk menyelenggarakan program pendampingan yang bertujuan untuk meningkatkan akselerasi kinerja dan produktifitas UKM. Program ini mencakup penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang manajemen usaha kecil dan menengah, serta melibatkan mitra-binaan dalam ajang pameran dan promosi di dalam dan luar negari.

3. PT. Unilever melalui Yayasan Unilver Indonesia Peduli melalui program petani kedelai. Perusahaan mengajak kelompok tani kedelai hitam menjadi pemasok bahan baku ke pabrik Kecapa Bango. Perusahaan mendampingi dan memberikan bibit kedelai hitam terbaik, penanaman dan pinjaman tanpa bunga bekerjasama dengan ahli pertanian dari Universitas Gajah Mada. Perusahaan mendorong petani untuk mengembangkan kepekaan dan kemampuan meningkatkan usahanya. Program ini berkembang sangat baik karena para petani mendapatkan kepastian hasil panen mereka yang kualitasnya memenuhi standar akan dibeli dengan harga yang sesuai oleh pihak Unilever. Hasil panen meningkat, pendapatan petani pun meningkat. (Rahmat, Ginanjar: 2009).

PT Sinar Mas Group melalui Eka Tjipta Fondation. Organisasi ini merupakan organisasi nirlaba yang didirikan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Kegiatan yang dilakukan meliputi Bidang Sosial Kemasyarakatan dan Budaya (Melalui kegiatan pendidikan , seni budaya, olah raga, kesejahteraan sosial, keagamaan dan kesehatan), Bidang Pemberdayaan dan Pembinaan Ekonomi Masyarakat (Melalui kegiatan sosial kemitraan usaha kecil menengah serta pertanian terpadu), dan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup (Melalui kegiatan sosial pemberdayaan lingkungan hidup dan konservasi). Kegiatan kegiatan yang telah dilakukan oleh Eka Tjipta Fondation telah


(23)

memberikan manfaat bagi perusahaan itu sendiri, antara lain :Meningkatkan citra perusahaan dimata stakeholder, membina hubungan/interaksi yang positif dengan komunitas lokal, pemerintah, dan kelompok kelompok lainnya.

1. Mendorong peningkatan reputasi dalam pengoperasian perusahaan dengan etika yang baik, menunjukkan komitmen perusahaan, sehingga tercipta kepercayaan dan respon yang baik dari seluruh pihak terkait.

2. Membangun pengertian bersama dan kesetiakawanan antara dunia usaha dengan masyarakat

3. Mempermudah akses masuk ke pasar atau pelanggan

4. Meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja, sehingga semangat, loyalitas terhadap perusahaan akan berkembang

5. Mengurangi resiko perusahaan yang mungkin dapat terjadi

6. Meningkatkan keberlanjutan usaha secara konsisten.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah merupakan salah satu elemen utama kebijakan ekonomi strategis negara negara berkembang. Keberadaan BUMN diperlukan dalam pengaturan infrastuktur dan public utilities, dan menempatkan dirinya untuk berperan pada hampir seluruh sektor aktivitas ekonomi Fernandes, 1985:470. Namun demikian, disadari bahwa posisi perusahaan BUMN ini dipandang “ambigu” karena terletak di dua sisi; yakni sebagai instuisi bisnis dan alat negara. Sebagai instuisi bisnis, terdapat ekspektasi yang kuat agar BUMN seharusnya beroperasi sebagaimana layaknya perusahaan perusahaan bisnis untuk menghasilkan laba/keuntungan dan menyediakan sumber


(24)

agar BUMN harus berfungsi sebagai instrumen pembangunan nasional dan kebijakan sosial.

Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah perusahaan yang ekstraktif yang bergerak dalam bidang perkebunan yang mempunyai 37 unit usaha dan unit-unit usaha tersebut berada di 8 Daerah Tingkat II yaitu Simalungun, Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Langkat, Tobasa, Tapanuli selatan, serta Kota Medan, merupakan korporasi yang telah lama melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat sekitarnya dalam bidang sosial, lingkungan dan ekonomi, bahkan jauh sebelum adanya regulasi perundang-undangan. Keberadaan korporasi yang tersebar di Propinsi Sumatera Utara ini tentu berdampak positif dan juga negatif kepada lingkungan dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi beroperasi. Mengingat luas dan banyaknya unit-unit usaha PT PN IV yang tersebar di Propinsi ini, penulis membatasi melakukan penelitian di lokasi Unit Usaha Kebun Adolina.

PT Perkebunan Nusantara Unit Usaha Kebun Adolina merupakan pintu gerbang PT. Perkebunan Nusantara IV, terletak di Jalan Lintas Sumatera dan tersebar di 6 Kecamatan, yaitu: Kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin, Galang, Bangun Purba, STM Hilir dan Pengajahan Kabupaten Serdang bedagai. Di sekitar Perusahaan ini banyak terdapat Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang terdiri dari beberapa sektor, seperti : sektor industri, jasa, perdagangan, pertanian, peternakanan dan perikanan. PT PN IV sendiri sudah banyak berkontribusi lewat program kemitraan yang berhubungan langsung dengan masyarakat yang ada disekitar perusahaan, seperti pemberian pinjaman lunak terhadap


(25)

pengembangan usaha kecil menengah. Usaha usaha kecil menengah berperan cukup signifikan dalam menyokong perekonomian rakyat. Ketika krisis ekonomi dan berbagai peristiwa politik melanda Indonesia banyak usaha usaha besar mengalami penurunan dan bahkan kebangkrutan. Pemulihan kondisi yang terjadi akibat krisis, pada usaha kecil cenderung lebih cepat dilakukan dibandingkan dengan usaha besar yang sampai sampai membutuhkan bantuan dari lembaga keuangan pemerintah.

Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Kebun Adolina menarik untuk dikaji; karena keberadaannya di satu sisi sebagai institusi bisnis/ekonomi yaitu penghasil laba/keuntungan dan sisi lain merupakan institusi sosial dimanadengan keberadaan perusahaan yang ambigu tersebut dapat maju dan berkembang secara harmonis dengan masyarakat sekitar perusahaan. Penelitian ini akan mengkaji bagaimanakah sebenarnya PT PN IV Unit Usaha Kebun Adolina dalam menjalankan praktik tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat yang ada di sekitarnya. Karena ketika program CSR tersebut dilaksanakan dengan memberdayakan masyarakat akan berdampak kepada peningkatan kesejahteraan serta kualitas hidup dan kemandirian masyarakat dan pada akhirnya akan berbalik arah memberikan keuntungan bagi perusahaan, seperti rasa aman dan peningkatan citra atau reputasi perusahaan.


(26)

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan

pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dilaksanakan oleh PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina, Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimanakah peranan PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina dalam memberdayakan Usaha Kecil Menengah komunitas sekitarnya.

1.3. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari perumusan masalah yang diajukan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina dan pemberdayaan Usaha Kecil Menengah masyarakat sekitarnya b. Peranan PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina dalam konteks praktik

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan tentang praktik tanggung jawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan UKM.

b. Sebagai gambaran mengenai peranan PTPN IV memberdayakan UKM masyarakat sekitar untuk meningkatkan kualitas hidupnya.


(27)

1.5. Kerangka Pemikiran

PTPN IV merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang bergerak di bidang perkebunan telah menerapkan sistim Good Corporate Citizenship. Peran sosial BUMN di tuangkan melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 pada tanggal 17 juni 2003. Keputusan tersebut pada prinsipnya mengikat BUMN untuk menyelenggarakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang dilaksanakan unit Corporate Social Responsibility. Terdapat beberapa bentuk dan sasaran bantuan yang dikelompokkan sebagai berikut: pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan, sarana dan prasarana umum, sarana ibadah dan menjalin kerjasama bisnis, dan semua bentuk bantuan itu melibatkan masyarakat dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai dampak daripada kepedulian dan pembinaan yang diberikan oleh PTPN IV


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate Social Responsibility (CSR)

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Suhandri M. Putri, Schema CSR, Kompas, 4 Agustus 2007).

Meluasnya tuntutan publik serta menguatnya kesadaran pelaku usaha untuk menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan antara lain, tampak dengan dibentuknya World Business Concil for Sustainable Development

(WBCSD).

WBSCD dalam publikasinya Making Good Business Sense

mendefenisikan CSR sebagai; “Komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.”

Kompleksitas permasalahan sosial (social problems) yang semakin rumit dalam dekade terakhir dan implementasi desentralisasi telah menempatkan CSR sebagai suatu konsep yang diharapkan mampu memberikan alternatif terobosan


(29)

baru dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Sejarah pembangunan ekonomi di Indonesia yang diyakini telah mencapai tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi, ternyata masih menyisakan permasalahan sosial yang cukup serius. Dalam keterbatasan peranan negara menyelesaikan persoalan sosial tersebut, desentralisasi sebagai wujud pengakuan kepada peranan sektor tersebut untuk menyumbangkan resources yang dimilikinya guna menyelesaikan permasalahan sosial tersebut. Dengan demikian, era desentralisasi merupakan momentum yang relevan bagi realisasi program CSR sebagai wujud keterlibatan sektor privat dalam memberdayakan masyarakat miskin sehingga mereka terbebas dari permasalahan sosial yang mereka hadapi. Harapan yang cukup besar pada CSR, banyak perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia mulai dari periode awal berkuasanya orde baru, namun baru merealisasikan program CSR setelah memasuki program tahun 2000. Dalam rentang waktu tersebut keterbukaan sistim politik memberikan peluang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya termasuk menuntut realisasi program CSR.

Makna CSR terus berubah seiring berjalannya waktu, ketika sebuah keluarga atau pemilik usaha menjalankan bisnisnya, program CSR dihubungkan dengan sumbangan (charity) atau kedermawanan (philantropy coorporate).

Beberapa defenisi CSR yang telah dikenal adalah sebagai berikut :

1. The commitment of businesses to contribute to sustainable economic development by working with employees, their families, the local community and society at large to improve their lives in ways that are good for business and for development (The World Bank Group)


(30)

2. a. Kepedulian dana usaha terhadap lingkungan dimana perusahaan beroperasi.

b. Sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat secara sosial ekonomi.

c. Pengembalian sebagian keuntungan perusahaan untuk turut mensejahterakan masyarakat, (Bank Mandiri, 2005)

3. Tanggungjawab sosial diarahkan baik ke internal maupun eksternal perusahaan. Kedalam, tanggungjawab ini di arahkan kepada pemegang sahan dalam bentuk profit dan pertumbuhan, dan karyawan dalam bentuk kompensasi yang adil serta memberikan peluang pengembangan karir. Secara eksternal, tanggungjawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang. Kesemuanya ini memerlukan pengelolaan perusahaaan dengan sebaik-baiknya. (The

Jakarta Consulting Group, 2007)

Dengan pengertian diatas, isu isu tentang konsep CSR, pengembangan model CSR mengalami pergeseran dari perspektif shareholder ke perspektif stakeholders, artinya kehadiran perusahaan harus dilihat dari dan untuk mereka yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan, dalam hal ini tidak hanya pemilik bisnis saja akan tetapi diperluas dalam kelompok yang lebih luas. Namun demikian tentunya tingkat kepentingan setiap stakeholder akan berbeda, mulai dari karyawan, pembeli, pemilik, pemasok, dan komunitas lokal, organisasi nirlaba, aktivis, pemerintah, sampai dengan media yang secara tidak langsung berhubungan dengan perusahaan

Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha mereka. Artinya CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sentra laba (profit center) dimasa mendatang. Logikanya sederhana, bila CSR diabaikan, kemudian terjadi insiden, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk mengatasinya


(31)

dibandingkan dengan mengalokasikan anggaran khusus untuk program CSR itu sendiri, belum lagi resiko non-finansial yang berpengaruh buruk pada citra dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut.

Dari uraian tersebut, tampak bahwa program CSR memberikan dampak/manfaat bagi perusahaan antara lain:

a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan. b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.

c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.

d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha. e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.

f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah. g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.

h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.

i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. j. Peluang mendapatkan penghargaan.

(Suhandri M. Putri, Schema CSR, kompas, 4 Agustus 2007).

Perilaku para pengusaha pun beragam, dari kelompok yang sama sekali tidak melaksanakan sampai ke kelompok yang telah menjadikan CSR sebagai nilai inti (corevalue) dalam menjalankan usaha. Terkait dengan praktik CSR, kategori perusahaan menurut implementasi CSR dapat dikelompokkan menjadi empat: kelompok hitam, merah, biru, dan hijau.

1. Kelompok hitam adalah mereka yang tidak melakukan praktik CSR sama sekali. Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis semata mata untuk kepentingan sendiri. Kelompok ini sama sekali tidak peduli pada aspek lingkungan dan sosial sekelilingnya dalam menjalankan usaha, bahkan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya.

2. Kelompok Merah adalah; mereka yang mulai melaksanakan praktik CSR, tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial mulai dipertimbangkan, tetapi dengan keterpaksaan yang biasanya dilakukan setelah mendapat tekanan dari pihak lain, seperti masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat. Kesejahteraan karyawan baru diperhatikan setelah karyawan ribut atau mengancam akan mogok kerja. Kelompok ini umumnya berasal dari kelompok satu (kelompok hitam) yang mendapat tekanan dari stakeholders-nya, yang kemudian dengan terpaksa


(32)

memperhatikan isu lingkungan dan sosial, termasuk kesejahteraan karyawan. CSR jenis ini kurang berimbas pada pembentukan citra posistif perusahaan karena publik melihat kelompok ini memerlukan tekanan dan gertakan sebelum melakukan praktik CSR. Praktik jenis ini tidak akan mampu berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.

3. Kelompok Biru, perusahaan yang menilai praktik CSR akan member dampak positif terhadap usahanya karena merupakan investasi, bukan biaya.

4. Kelompok Hijau, perusahaan yang sudah menempatkan praktik CSR pada strategi inti dan jantung bisnisnya, CSR tidak hanya dianggap sebagai keharusan, tetapi kebutuhan yang merupakan modal social. (Suhandri M. Putri, Schema CSR, Kompas, 4 Agustus 2007).

Implementasi CSR itu merupakan langkah langkah pilihan sendiri, sebagai kebijakan perusahaan, bukan karena dipaksa oleh aturan ataupun masyarakat. Implementasi program CSR dapat dikelola berdasarkan pola sebagai berikut: 1. Program sentralisasi

Perusahaan sebagai pelaksana/penyelenggara utama kegiatan. Begitupun tempat, kegiatan berlangsung di areal perusahaan. Pada prakteknya pelaksanaan kegiatan bisa bekerja sama dengan pihak lain, misalnya even organizer atau institusi lainnya sejauh memiliki kesamaan visi dan tujuan. 2. Program desentralisasi

Kegiatan dilaksanakan diluar area perusahaan. Perusahaan berperan sebagai pendukung kegiatan tersebut baik dalam bentuk bantuan dana, material maupun sponsorship.

3. Program kombinasi

Pola ini dapat dilakukan terutama untuk program program pemberdayaan masyarakat, dimana inisiatif, pendanaan maupun pelaksanaan kegiatan dilakukan secara prioritas dengan beneficiaries.(Putri, schema CSR, Kompas, 4 Agustus 2007)

Praktik CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk


(33)

berdasarkan kriteria kriteria berbasis nilai nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus akan berkesinambungan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistim yang menguntungkan semua pihak (tru win-win situation) konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan keuntungan yang sesuai yang pada akhirnya secara tidak langsung akan dikembalikan kepada masyarakat.

Akhirnya untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program CSR, dibutuhkan komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak. Program CSR menjadi begitu penting karena kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi kondisi kehidupan dan untuk menjamin keberlangsungan kehidupan umat manusia kini dan dimasa mendatang.

2.1.1. Jenis-jenis Program CSR

Menurut Bank Dunia, CSR terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain:

a) Perlindungan lingkungan b) Jaminan kerja

c) Hak azasi manusia

d) Interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat e) Standar usaha

f) Pengembangan ekonomi g) Perlindungan kesehatan

h) Kepemimpinan dan pendidikan

i) Bantuan bencana kemanusiaan (Djogo, 2005)

Oleh karena itu, dana yang telah disisihkan perusahaan BUMN itu dikelola sedemikian rupa untuk melaksanakan program kemitraan dan bina lingkungan serta pelestarian lingkungan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat


(34)

Untuk perusahaan BUMN sendiri, bentuk dan jenis kegiatan Bina Lingkungan dapat didiskripsikan sebagai berikut:

1. Bencana Alam

a. Bantuan korban bencana banjir b. Bantuan korban bencana kekeringan c. Bantuan korban kebakaran

d. Bantuan korban angin topan/angin rebut/angin puyuh e. Lain lain

2. Pendidikan Dan Pelatihan a. Program beasiswa/anak asuh b. Bantuan sarana pendidikan c. Bantuan perpustakaan sekolah

d. Bantuan pelatihan ketrampilan karang taruna e. Lain lain

3. Peningkatan Kesehatan a. Pengobatan umum b. Khitanan massal

c. Program kegiatan olahraga dan kesehatan d. Bantuan sarana olahraga

4. Pengembangan prasarana dan sarana umum a. Perbaikan/pembangunan sarana jalan

b. Perbaikan/pembangunan saluran sanitasi (air hujan) c. Perbaikan/pembangunan balai desa/tempat pertemuan d. Perbaikan/pembangunan sarana usaha (workshop) e. Program penghijauan

5. Sarana Ibadah

a. Perbaikan/pembangunan tempat ibadah (masjid, musholla) b. Bantuan peringatan hari besar dan kegiatan keagamaan

c. Kegiatan pengajian umum, sema’an al qur’an, haul, majelis dzikir, istigodsah.

d. Lain lain (Wibisono,2007:136)

2.1.2. Pinsip prinsip CSR

Warhust, Alyson :1998 mengajukan prinsip prinsip CSR sebagai berikut : 1. Prioritas Kooporat. Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas

tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. Dengan begitu korporat bisa membuat kebijakan, program dan praktek dalam menjalankan operasi bisnisnya dengn cara yang bertanggung jawab secara sosial.

2. Manajemen terpadu. Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua fungsi manajemen.


(35)

3. Proses Perbaikaan. Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan, program dan kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan criteria sosial tersebut secara internasional.

4. Pendidikan Karyawan. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi karyawan.

5. Pengkajian. Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik.

6. Produk dan Jasa. Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara sosial.

7. Informasi Publik. Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor, dan publik tentang penggunaan yang aman, trsnsportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa.

8. Fasilitas dan Operasi. Mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial.

9. Penelitian. Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif. 10.Prinsip pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau

penggunaan produk atau jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.

11.Kontraktor dan pemasok. Mendorong penggunaan prinsip prinsip tanggung jawab sosial korporat yang dijalankan kalangan kontraktor da pemasok, disamping itu bila diperlukan mensyaratkan perbaikan dalam praktik bisnis yang dilakukan kontraktor dan pemasok.

12.Siaga Menghadapi Darurat. Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat, dan bila terjadi keadaan berbahaya bekerjasama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang dan komunitas local. Sekaligus mengenali potensi bahaya yang muncul.

13.Transfer Best Practise. Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktis bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industry dan sektor publik.

14.Memberi Sumbangan. Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintahan dan lintas departemen pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial.

15.Keterbukaan. Menumbuh-kembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan publik, mengantisipasi dan member respon terhadap potencial hazard, dan dampak operasi, produk, dan jasa.

16.Pencapaian dan Pelaporan. Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundang undangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.


(36)

2.2. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

2.2.1. Pengertian dan Konsep Usaha Kecil Menengah

Konsep Usaha Kecil dan Menengah pertama kali digunakan oleh Keith Hart dalam penelitian disuatu kota di Ghana (Hart, 1973). Kemudian konsep UKM dikembangkan oleh ILO dalam berbagai penelitian di dunia ketiga. Konsep tersebut digunakan sebagai penjelas proses kemiskinan di dunia ketiga dalam hubungannya dengan pengangguran, migrasi dan urbanisasi (Effendi, 1993;17).

Usaha kecil, sebagaimana yang dikemukakan oleh M.Tohar (1999:1) adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil, dan memenuhi criteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang undang. Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil adalah kegiatan ekonomi yang dimiliki dengan menghidupi sebagian besar rakyat. Pengertian usaha kecil disini mencakup usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional.

Menurut Wirjosardjono (1985;5), sector informal, yaitu sebagai kegiatan ekonomi yang bersifat marginal (kecil kecilan) yang mempunyai ciri ciri : “ kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil dan bersifat harian, tempat tidak tetap, berdiri sendiri, berlaku dikalangan masyarakat berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus, lingkungan kecil/keluarga dan tidak mengenal sistim perbankan, pembukuan maupun perkreditan”.

Sedangkan ciri-ciri Usaha Kecil Menengah menurut hidayat (1978:11) adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik, karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal.

2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.

3. Pola kegiatan usaha tidak beraturan, baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.

4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sector ini.


(37)

5. Unit usaha mudah keluar masuk dari sub sector ke sub sector lain. 6. Teknologi yang dipergunakan bersifat tradisional.

7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil.

8. karena pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.

9. Pada umumnya unit usaha termasuk dalam golongan yang mengerjakan sendiri usahanya, dan kalau mempunyai pekerja biasanya berasal dari keluarganya.

10.Sumber dana keuangan umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak rersmi.

11.Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan kota atau desa yang berpenghasilan rendah tetapi kadang-kadang juga yang berpenghasilan menengah.

Sektor informal di daerah perkotaan dapat ditelaah dengan berdadata sensus yang ciri-cirinya dapat diuraikan (Kasto, 1995:17) sebagai berikut:

1. Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain:

a. Tukang becak yang membawa becak atas resiko sendiri. b. Sopir taksi yang membawa mobil atas resiko sendiri.

c. Kuli-kuli di pasar, stasiun atau tempt lainnya yang tidak mempunyai majikan tertentu.

2. Berusaha dengan dibantu oleh anggota keluarga/buruh tidak tetap:

a. Pengusaha warung yang dibantu anggota rumah tangga atau buruh tidak tetap.

b. Penjaja keliling yang dibantu anggota rumah tangga atau seseorang yang diberi upah hanya saat membantu saja.

c. Petani yang mengusahakan tanah pertaniannya dengan dibantu oleh anggota rumah tangga.

3. Pekerja keluarga, adalah mereka yang bekerja untuk membantu seseorang untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan dengan tidak mendapat upah baik berupa uang atau barang:

a. Anak yang membantu melayani di warung orang tuanya b. Istri yang membantu suami di sawah.

2.2.2. Permasalahan UKM di Indonesia

Proses pemberdayaan industri kecil selama ini kurang menyentuh akar permasalahan. Persoalan persoalan diselesaikan secara parsial sehingga persoalan muncul dan hilang hanya untuk sementara. Sesuai dengan prinsip theory of constraint bahwa perbaikan pada bagian yang bukan bottle neck tidak akan memperbaiki sistim secara keseluruhan (Ikhsan,2001).


(38)

Terdapat delapan masalah masalah utama yang dihadapi para pengusaha kecil, yaitu (ISEI,1988).

A. Permasalahan Modal

1. Suku bunga kredit perbankan yang masih tinggi sehingga kredit menjadi mahal.

2. Informasi sumber pembiayaan dari lembaga keuangan non bank masih kurang.

3. Sistim dan prosedur kredit dari lembaga keuangan bank dan non bank terlalu rumit dan memakan waktu yang cukup lama.

4. Perbankan kurang menginformasikan standar proposal untuk pengajuan kredit, sehingga pengusaha kecil belum mampu membuat proposal yang sesuai dengan criteria perbankan.

5. Perbankan kurang memahami criteria usaha kecil dalm menilai kelayakan usaha, sehingga jumlah kredit yang disetujui seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan usaha kecil.

B. Permasalahan Pemasaran

1. Posisi tawar pengusaha kecil ketika berhadapan dengan pengusaha besar selalu lemah, terutama berkaitan dengan penentuan harga dan sistim pembayaran.

2. Asosiasi pengusaha atau profesi belum berperan dalam mengkoordinasi persaingan yang tidak sehat antara usaha sejenis.


(39)

3. Informasi untuk memasarkan produk masih kurang, misalnya tentang produk yang diinginkan, potensi pasar, tata cara memasarkan produk dan lain lain.

C. Permasalahan bahan baku

1. Supply bahan baku untuk usaha kecil kurang memadai dan berfluktuasi. Ini disebabkan karena adanya pembeli besar yang menguasai bahan baku.

2. Harga bahan baku masih terlalu tinggi dan berfluktuasi karena dikuasai oleh pengusaha besar.

3. Kualitas bahan baku rendah karena tidak adanya standarisasi dan adanya manipulasi kualitas bahan baku.

4. Sistim pembelian bahan baku secara tunai menyulitkan pengusaha kecil, sementara pembayaran penjualan produk umumnya tidak tunai. D. Permasalahan teknologi

1. Tenaga kerja trampil sulit diperoleh dan dipertahankan karena lembaga pendidikan dan pelatihan yang ada kurang dapat menghasilkan tenaga kerja trampil yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil.

2. Akses dan informasi sumber teknologi masih kurang dan tidak merata. 3. Spesifikasi peralatan yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil sukar

diperoleh.

4. Lembaga independen belum ada dan belum berperan, khususnya lembaga pengkajian tehnologi yang ditawarkan oleh pasar kepada


(40)

pengusaha kecil sehingga tehnologi ini tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.

5. Peran instansi pemerintah, non pemerintah dan perguran tinggi dalam mengidentifikasi, menemukan, menyebarluaskan dan melakukan

6. Pembinaan teknis tentang tehnologi baru atau teknologi tepat guna bagi usaha kecil masih kurang intensif.

E. Permasalahan manajemen

1. Pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan usaha sulit ditemukan karena pengetahuan pengusaha kecil relatif

2. rendah.

3. Pemisahan antara manajemen keuangan perusahaan dan keluarga belum dilakukan sehingga pengusaha kecil mengalami kesulitan dalam 4. Mengontrol atau mengatur cash flow serta dalam membuat

perencanaan dan laporan keuangan.

5. Kemampuan pengusaha kecil dalam mengorganisasikan diri dan karyawan masih lemah sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak jelas.

6. Pelatihan tentang manajemen dari berbagai instansi kurang efektif karena materi yang terlalu banyak tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan.

7. Produktivitas karyawan masih rendah sehingga pengusaha kecil sulit memenuhi ketentuan UMR.


(41)

F. Permasalahan sistim birokrasi

1. Perizinan yang tidak transparan, mahal, berbelit belit, diskriminatif, lama dan tidak pasti serta terjadi tumpang tindih dalam mengurus perizinan.

2. Penegakan dan pelaksanaan hukum dan berbagai ketentuan masih kurang serta cenderung kurang tegas.

3. Pengusaha kecil dan asosiasi usaha kecil kurang dilibatkan dalam perumusan kebijakan tentang usaha kecil.

4. Pungutan atau biaya tambahan dalam pengurusan perolehan modal dari dana penyisihan laba BUMN dan sumber modal lainnya cukup tinggi. 5. Banyak pungutan yang seringkali tidak disertai dengan pelayanan yang

memadai

G. Ketersediaan infrastuktur

Listrik, Air dan Telepon bertarif mahal dan seringkali mengalami gangguan disamping pelayanan petugas yang kurang baik.

H. Pola Kemitraan

1. Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar dalam pemasaran dan sistim pembayaran baik produk maupun bahan baku dirasakan belum bermanfaat.

2. Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar dalam transfer tehnologi masih kurang.

Usaha kecil dan menengah di Negara- negara berkembang sering dikaitkan dengan masalah masalah ekonomi dan sosial dalam negeri, seperti tingginya


(42)

tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran terutama dari golongan masyarakat berpendidikan rendah, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan serta masalah masalah urbanisasi dengan segala efek efek negatifnya. Artinya keberadaan atau perkembangan usaha kecil menengah diharapkan dapat memberi suatu kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya upaya penanggulangan masalah masalah di atas.

2.3. Pemberdayaan UKM

Secara umum pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk memulihkan atau meningkatkan keberdayaan suatu komunitas untuk mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak hak dan tanggung jawab mereka sebagai komunitas manusia dan warga negara (Modul P2KP:2006)

Shardlow (1998;32) dalam Adi (2003;54) melihat bahwa pemberdayaan pada intinya membahas bagaiman individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.

Upaya pemberdayaan masyarakat harus terarah (targetted). Ini secara umum disebut pemihakan. Ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai dengan kebutuhannya. Karena dasarnya adalah kepercayaan kepada rakyat, maka program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh


(43)

masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan di bantu mempunyai beberapa tujuan, yaitu supaya bantuan tersebut efektif, sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan kualitas hidup dan peningkatan ekonominya.

Program pemberdayaan terhadap UKM merupakan suatu bentuk keberpihakan pemerintah dalam bentuk pembangunan pola hubungan yang lebih sinergis antara UKM dengan pemerintah sebagai fasilitator.

Proses pemberdayaan terhadap UKM menekankan bahwa dukungan dari pemerintah terhadap penguatan UKM harus dilaksanakan secara selektif dalam bentuk perlindungan terhadap persaingan yang tidak adil, pengembangan sumber daya manusia lewat pendidikan dan pelatihan, diseminasi informasi mengenai bisnis dan tehnologi, penyediaan financial, lokasi usaha dan kemitraan usaha BUMN dan perusahaan swasta lainnya serta penyediaan fasilitas fasilitas fisik agrobisnis.

Menyadari hal tersebut, pemerintah berupaya mendukung pengembangan UKM melalui berbagai kebijakan, program pembinaan, peraturan (antara lain undang uundang No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil dan pemberian berbagai macam fasilitas (Tambunan, 1999). Pasal 7 Undang undang No. 9 Tahun 1995, Pemerintah berusaha menumbuhkan iklim usaha dalam aspek pendanaan dengan peraturan perundang undangan dan kebijaksanaan untuk :


(44)

2. Meningkatkan akses terhadap sumber pendanaan; 3. Memberikan kemudahan dalam pendanaan.

Melalui pasal 8 Undang undang No. 9 Tahun 1995, Pemerintah berusaha untuk menumbuhkan iklim usaha dalam aspek persaingan dengan menetapkan peraturan perundang undangan dan kebijaksanaan untuk meningkatkan kerjasama sesama usaha kecil dalam bentuk koperasi, asosiasi , dan himpunan kelompok usaha untuk memperkuat posisi tawar usaha kecil; mencegah stuktur pasar yang dapat melahirkan persaingan yang tidak wajar dalam bentuk monopoli, oligopoly, dan monopsoni yang merugikan usaha kecil; mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perseorangan atau kelompok tertentu yang merugikan usaha kecil;

Pemerintah berusaha menumbuhkan iklim usaha dalam aspek kemitraan dengan menetapkan peraturan perundang undangan dan kebijaksanaan untuk:

1. Mewujudkan kemitraan;

2. Mencegah terjadinya hal hal yang merugikan usaha kecil dalam pelaksanaan transaksi usaha dengan usaha menengah dan usaha besar. Salah satu pendekatan dan strategi dalam mengembangkan akses pasar Usaha Kecil Menengah adalah melalui pendekatan keterkaitan usaha atau kemitraan, karena melalui pendekatan kemitraan akan tercipta efisiensi usaha dan peningkatan daya saing tanpa melalui persaingan pasar yang seringkali sulit dikendalikan.

Dalam melaksanakan kemitraan selama ini, praktek kemitraan antara usaha kecil dan usaha besar lebih berdimensi sosial bahkan acapkali bersifat


(45)

politis dan belum menekankan pada aspek aspek seperti tercantum dalam undang undang tentang usaha kecil tersebut. Oleh karena itu, kemitraan yang terjadi seringkali tidak saling menguntungkan, tidak berlangsung lama atau berkelanjutan, bahkan kadangkala mengeksploitasi salah satu pihak yang bermitra.

Arah kebijaksanaan pengembangan UKM di Indonesia dinyatakan secara eksplisit di dalam Garis besar Haluan Negara Tahun 1999-2004. Pedoman kebijaksanaan Negara ini mengenai arah kebijaksanaan pembangunan ekonomi nasional yang terdiri dari tiga kebijaksanaan utama yaitu:

1. Sistim ekonomi kerakyatan yang didasarkan pada mekanisme pasar dengan persaingan yang adil, prioritas pada sosial, kualitas hidup, lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Sistim ini menjamin kesempatan kesempatan bisnis dan kesempatan kerja yang sama, perlindungan konsumen dan perlakuan yang adil terhadap masyarakat. Di bawah kerangka kerja kebijaksanaan ini, memberdayakan UKM menjadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Usaha usaha mengembangkan sistim ekonomi kerakyatan dapat ditunjukkan dengan: a. Adanya suatu system persaingan yang adil yang menjamin kesempatan

bisnis.

b. Peranan pemerintah efektif dalam menyempurnakan sistem pasar termasuk pengurangan pajak.

c. Kebijaksanaan ekonomi yang menciptakan kesempatan berusaha bagi UKM.


(46)

d. Suatu pertumbuhan kemitraan usaha antar pengusaha UKM.

e. Meningkatkan penerimaan positif dari masyarakat dalam bisnis dan peningkatan dalam penerimaan dari masyarakat.

2. Penciptaan iklim bisnis yang kondusif untuk memberdayakan UKM sehingga menjadi efisien, produktif dan kompetitif. Kebijaksanaan ini bertujuan untuk menciptakan suatu mekanisme yang adil di mana UKM bisa mendapat keuntungan secara proporsional dan dapat bersaing secara adil dengan pemain pemain bisnis lainnya.

3. Kebijaksanaan peningkatan kapasitas UKM yang bertujuan untuk membuat UKM mampu bersaing dipasar pelaku bisnis lainnya. Pada dasarnya kebijaksanaan ini bertujuan untuk menghilangkam segala kendala yang dihadapi oleh UKM, seperti keterbatasan modal, pasar dan input input untuk berproduksi, kekurangan dalam kapabilitas manajemen, keterbatasan akses kemitraan.

2.4. Community Development

Berkembangnya konsep Community Development yang berbasis nilai nilai pemberdayaan, partisipasi, dan kemandirian (self reliance) dalam masyarakat tidak terlepas dari kondisi nyata dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Terlepas dari masih kurangnya pemahaman terhadap konsep CD itu sendiri, tidak dapat dipungkiri bahwa CD merupakan salah satu metode yang tepat untuk menjawab issu-issu dan masalah masalah sosial pada saat ini dan untuk masa yang akan datang.


(47)

Arthur Dunham (1958:3) merumuskan konsep Community Development

sebagai berikut: “Bahwa pembangunan masyarakat merupakan usaha yang terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat, memberdayakan masyarakat untuk mampu bersatu dan mengarahkan diri sendiri. Pembangunan masyarakat bekerja terutama melalui peningkatan dari organisasi organisasi swadaya dan usaha usaha bersama dari individu individu di dalam masyarakat, akan tetapi biasanya dengan bantuan teknis baik dari pemerintah maupun organisai organisasi sukarela.

Metode kerja pembangunan masyarakat (Community Development) adalah “doing with the Community “ dan menghindari “doing for the community”. Metode kerja doing for the community akan membuat masyarakat menjadi pasif, kurang kreatif dan tidak berdaya dan bahkan mendidik masyarakat tergantung pada pemberi bantuan, sebaliknya metode kerja doing with the community dapat merangsang masyarakat lebih aktif dan dinamis serta mampu mengidentifikasikan mana kebuthan yang sifatnya real needs, expected needs. (http://mahmuddisiwi.net/defenisi-community-development)

Pengembangan industri pada dasarnya ditujukan untuk memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat baik melalui pembukaan lapangan pekerjaan, mendatangkan devisa Negara, maupun meningkatkan pendidikan. Namun demikian, semua hal memiliki ‘harga beli’ yang harus dibayar oleh masyarakat itu sendiri. Salah satu bidang yang sering dilupakan adalah dampak sosial dari pengembangan industri yang tidak jarang menimbulkan social cost


(48)

munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat baik yang berskala lokal maupun nasional. Kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan / industri menunjukkan adanya kepedulian perusahaan terhadap masyarakat disekitarnya. Hal ini akan memunculkan adanya kepedulian masyarakat terhadap perusahaan dan memandang perusahaan sebagai pihak yang harus didukung dan dijaga oleh masyarakat. Selain memberikan manfaat pada tingkat makro dan tidak langsung, perusahaan juga harus menjalin hubungan baik dengan masyarakat local tempat perusahaan itu berada yang sifatnya tidak hanya bantuan sosial melainkan program bimbingan sosial yang berkelanjutan serta melibatkan partisipasi masyarakat secara penuh.

Mekanisme kerjasama pihak perusahaan dengan masyarakat sekitar harus jelas, akuntabel, transparan dan menguntungkan semua pihak dengan kekuatan yang dimiliki. Banyak yang dapat dilakukan perusahaan berkaitan dengan perbaikan kehidupan komunitas setempat (local community) atau sebaliknya. Bentuk bentuk kepedulian dapat diselaraskan dengan kegiatan utama bisnis perusahaan, mulai dari bidang pendidikan komunitas, pembangunan infrastrktur, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial dasar. Sebaliknya komunitas harus melihat perusahaan sebagai mitra yang salin tergantung dan menguntungkan. Nilai nilai sosial komuunitas yang positif seperti kerjasama, rasa memiliki, kejujuran harus diangkat sebagai orientasi nilai kemitraan (partnership) yang harus dihormati. Modal sosial yang penting yang harus dikembangkan adalah “kepercayaan sosial”. Kepercayaan sosial hanya efektif melalui jalinan pola hubungan sosial yang timbal balik antar pihak dan berkelanjutan.


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nawawi (1990; 64), bahwa metode deskriftif yaitu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat actual, kemudian menggambarkan fakta fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat. Sedangkan kualitatif adalah mencari tahu lebih jauh dalam suatu jawaban atas suatu masalah tertentu (Lisa Harison, 2007; 89-92).

Penelitian deskriptif dilakukan untuk menyajikan pelaksanaan Praktik CSR PTPN.IV Unit Usaha Kebun Adolina yang menyangkut masyarakat dan lingkungan dan menitikberatkan pembahasan pada pogram kemitraan (pemberdayaan Usaha kecil Menengah disekitar perusahaan). Sedangkan Pendekatan kualitatif ; untuk dapat melihat proses CSR dalam kaitannya dengan Usaha kecil Menengah komunitas lokalnya.

3.2 Defenisi konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai suatu kejadian, keadaan , kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989). Adapun yang menjadi defenisi konsep yang diangkat dalam penelitian ini adalah:


(50)

1. Praktik Coorporate Social Responsibility diartikan sebagai komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan dengan memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan dan menitik beratkan pada keseimbangan terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.

2. Konsep Usaha Kecil Menengah diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang bersifat marginal (kecil kecilan), belum tersentuh peraturan, tempat tidak tetap dan tidak mengenal system perbankan, pembukuan maupun perkreditan.

3. Pemberdayaan UKM merupakan upaya pembinaan dan peningkatan daya dan kualitas kemampuan UKM/Pola pembinaan yang dapat memberdayakan dan mendorong peningkatan kapasitas Usaha kecil dan Menengah.

4. PTPN-IV (Persero) yang merupakan bagian dari BUMN yang kegiatan usahanya pada sector perkebunan mempunyai tanggung jawab sosial terhadap masyarakat disekitarnya karena perusahaan hidup berdampingan dengan masyarakat, oleh karena itu perusahaan harus menjaga hubungan baik dengan lingkungannya.

3.3.Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Lexy 1998; 80). Untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah dalam penelitian ini


(51)

ada dua jenis informan; yaitu informan kunci (key informan) yaitu orang yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian tersebut, dan informan biasa (informan tambahan) adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Mengingat informan penelitian ini cukup luas ruang lingkupnya (mencakup seluruh keluarga yang menerima bantuan/ UKM mitra binaan PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina) maka ditentukan informan pada penelitian ini adalah Dir. Sumber Daya Manusia Kantor Pusat dan Staff SDM PTPN IV Kebun Adolina keluarga yang menerima bantuan CSR selang waktu 4 (empat) tahun (2006, 2007, 2008, 2009) yang terdiri dari masing masing sektor, yaitu sektor industri, sektor jasa, sektor perikanan dan sektor peternakan serta sektor perdagangan, dan untuk setiap sektor ditetapkan 5 keluarga atau sebanyak 25 keluarga, serta masyarakat yang berada di sekitar Unit Usaha kebun Adolina. Sektor industri, yaitu:

1. Pono. S ( Industri pengawetan kayu} 2. Farida Hanum ( Industri Meubel)

3. Deasi Yanty/Dodol Deasy (industri pembuat dodol dan makanan ringan) 4. Ponijan (pengrajin batu bata)

5. Zulfikar (industri sapu ijuk, sikat) Sektor Jasa, yaitu:

6. H. Syafaruddin (Bengkel dan Jual Beli Honda) 7. Syamsuddin (Bengkel dan Tambal Ban) 8. Abdul Halim (Menyewakan Alat-Alat Pesta)


(52)

9. Wita yuningsih (pengumpul Hasil Bumi) 10. Lasmaria Pakpahan (Salon Kecantikan) Sektor Perikanan, yaitu:

11. Siti Kharianum (kolam Ikan) 12. Sukisno (Ternak Ikan Lele) 13. Kasman (Nelayan)

14. Sri Wahyuni (Kolam Ikan Mas) 15. Nandi Hidayat (Kolam Ikan mas) Sektor Peternakan, yaitu:

16. Sunaryo (Ternak Sapi dan Domba) 17. Darma Syahputra (Ternak Ayam) 18. Sunarni (Ternak Kambing) 19. Titin Suhaila (Ternak Lembu)

20. Idfin Budiono (ternak Burung Puyuh) Sektor Perdagangan, yaitu:

21. Suroto (Waserda) 22. Amran (Penyalur BBM) 23. Sahari (Kedai Kelontong)

24. Sopiyan (Dagang Sparepat Honda) 25. Sukiyem (kios Kelontong)


(53)

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian Ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan mempergunakan wawancara mendalam (depth interview) yang diajukan kepada informan yang kemudian dianalisa/obsevasi oleh peneliti. Disamping itu juga dikumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti, yaitu kegiatan dengan menelah sejumlah buku, karya ilmiah dan dokumen/arsip yang berhubungan atau memiliki relevansi dengan penelitian ini.

3.5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PTPN-IV Unit Usaha Kebun Adolina Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena sebagai perusahaan perkebunan agribisnis yang besar dan tangguh, perusahaan ini telah banyak berkontribusi dalam melaksanakan praktik CSR baik melalui upaya pembinaan lingkungan, pendidikan, kesehatan serta mengalokasikan dana CSR pada pemberdayaan Usaha Kecil Menengah yang berada disekitar perusahaan/masyarakat lokalnya.

3.6. Tehnik Analitis Data

Analisa data dilakukan dengan menelah data yang diperoleh dari berbagai sumber atau informasi. Menurut Moleong (2001:103), analisis data adalah, sebagai berikut:


(54)

Proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data. Dengan demikian, data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan studi kepustakaan atau dokumentasi akan dianalisi dan ditafsirkan unuk mengetahui maksud serta maknanya, kemudian dihubungkan dengan masalah penelitian. Data yang terkumpul disajikandalam bentuk narasi dan kutipan- kutipan langsung dari hasil wawancara.

Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan tahap tahap sebagai berikut;

a. Reduksi data (Data Reduction), pada tahap ini data diberi kode, disimpulkan, dan dikategorikan menurut aspek-aspek penting dari setiap tema yang diteliti. Tahap ini juga membantu dalam menentukan data apa lagi yang diperlukan dan bagaimana serta siapa yang akan memberikan informasi selanjutny, metode apa yang akan digunakan untuk menganalisis yang akhirnya akan membawa pada kesimpulan.

b. Pengorganisasian data (Data Organization) yang telah ditentukan sebelumnya meliputi beberapa kategori yang ditetapkan, sehingga pada tahap ini adalah proses pengumpulan (asembling) informasi yang betul betul penting dianggap merupakan tema atau pusat penelitian.

c. Interpretasi atau penafsiran (Interpretation), Tahap ini meliputi proses mengidentifikasikan pola-pola (patterns), kecenderungan (trends),


(55)

yang telah teruji melalui data yang benar-benar lengkap, sehingga tidak ada informasi atau pengertian baru yang terlewatkan.

3.7. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dijadwalkan selama 6(enam) bulan. sejak bulan Nopember dan selesai pada bulan April 2010.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Singkat Kebun Adolina

Kebun Adolina adalah salah satu unit dari PT. Perkebunan IV (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bergerak dalam usaha kelapa sawit, kakao dan pengolahan kelapa sawit dan Pabrik Pengeringan Biji Kakao (PPBK), Produksi yang dihasilkan adalah :

1. CPO (Crude Palm Oil)

2. Inti Sawit

3. Biji Kakao Kering (BKK)

Kebun/unit : Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926, dengan nama “NV CULTUUR MAATSCHAPPY ONDERNEMING (NV CMO)” yang bergerak dalam budi daya tembakau. Pada tahun 1938 Perusahaan ini beralih dari perkebunan tembakau menjadi perkebunan kelapa sawit dan karet dengan nama “NV SERDANG CULTUUR MAATSCHAPPY (SCM)”. Sejak tahun 1973 budidaya karet diganti menjadi kakao, sedangkan kelapa sawit tetap dipertahankan.

Pada tahun 1942 diambil alih oleh Pemerintah Jepang dari Pemerintah Belanda dan pada tahun 1946 diambil alih kembali oleh Pemerintah Belanda dengan nama tetap NV SCM. Maka pada tahun 1958 perusahaan ini diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara


(57)

(PPN), tahun 1960 PPN diganti nama menjadi PPN BARU SUMUT V. Pada tahun 1963 PPN BARU SUMUT V dipisah menjadi dua kesatuan yaitu :

1. PPN Karet III Kebun Adolina Hulu, berpusat di Tanjung Morawa.

2. PPN ANEKA TANAMAN II (PPN ANTAN II), Yaitu Kebun Adolina Hilir dan berpusat di Pabatu.

Pada tahun 1968 PPN ANTAN II diganti menjadi PNP VI, dengan penggabungan kembali PPN KARET III Kebun Adolina Hulu dengan PPN ANTAN II Kebun Adolina Hilir. Kemudian pada tahun 1978 PNP VI dirubah menjadi bentuk Persero dengan nama PT. Perkebunan VI (Persero).

Pada tahun 1994 PTP VI, PTP VII dan PTP VIII digabung dan dipimpin oleh Direktur Utama PTP VII. Dan pada tanggal 11 Maret 1996 hingga saat ini sesuai dengan PP No.9/1996 menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

4.1.1. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

Sesuai Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Nomor: 04.13/Kpts/Org/93/XII/1998 Tanggal 17 Desember 1998 memutuskan terhitung mulai tanggal 01 januari 1999 melebur Kebun Bangun Purba dan merubah statusnya menjadi Afdeling Kebun Adolina.

Unit Adolina merupakan pintu gerbang PTP Nusantara IV, berada di Kabupaten Serdang Bedagai tepatnya di pinggiran Jl. Lintas Sumatera dengan jarak 38 km dari Medan. Lokasi Unit Adolina berada di enam kecamatan, yaitu : Kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin,Galang, Bangun Purba, STM Hilir dan


(58)

Pegajahan yang dikelilingi oleh 21 Desa. Topography tanah keadaannya datar dengan ketinggian 15 meter di atas permukaan laut.

Letak PTP Nusantara IV Kebun adolina memiliki batas batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebeleh Timur berbatasan dengan kota Perbaungan 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kebun Sarang Ginting 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Pantai Cermin

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Lingkungan Pasiran

Luas areal HGU Unit Adolina seluas 8,965.69 Ha, dibagi menjadi 3 bagian yaitu kelapa sawit = 5,792 Ha, Kakao = 2,765 Ha dan lain lain = 408,69 Ha. (Emplsmen, pondok, bibitan pabrik dll). Kebun Adolina dibagi menjadi 14 (empat belas) Afdeling, yaitu kelapa sawit 6 Afdeling dan kakao 8 Afdeling.

Produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit diolah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang dimiliki oleh unit Adolina sendiri. PKS ini didirikan pada tahun 1956 dan dirnovasi tahun 2000. Sedangkan Biji Kakao Basah (BKB) diolah di Pabrik Pengeringan Biji Kakao (PPBK) Adolina dan Bangun Purba yang didirikan pada tahun 1979, dengan kapasitas terpasang 56 ton BKB/hari. Realisasi produksi pada tahun 2004 untuk kelapa sawit (TBS) = 104,340 ton atau 21,55 ton/Ha dan kakao (BKK) = 847 kg/Ha. Dengan capaian rendemen minyak sawit 23.55 % maka produktivitas minyak dan inti sawit perhektar =6.20 ton.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina didirikan pada tahun 1956 oleh BOCM (Bandar Oli Culture Mascapaiy) dengan kapasitas 26 ton Tandan Buah


(59)

Segar (TBS)/jam. Pada saat ini kapasitas PKS adalah 30 ton TBS/jam, dipakai untuk mengolah TBS pihak III/Pembelian. Pengolahan TBS ini adalah untuk memisahkan minyak sawit dan inti sawit dari tandan dengan standart Lossis dan Mutu. Pengolahan hasil ikutan sangat sederhana dan tidak mencemari lingkungan karena hasil ikutan cair dipakai untuk Land Application sehingga dapat menyubrurkan tanaman (kelapa sawit dan kakao).

Didalam pengelolaannya, kebun Adolina dipimpin oleh seorang Manajer dan dibantu oleh 6 (enam) orang Kepala Dinas, yaitu Kepala Dinas Tanaman 3 (tiga) orang, Kepala Dinas Tehnik 1 (satu) orang, Kepala Dinas Pengolahan 1 (satu) orang dan Kepala Dinas Tata Usaha 1 (satu) orang. Disamping itu ada 17 orang Asisten (Asisten Tanaman, Tehnik, Teknologi, SDM/Umum) dan Perwira Pengamanan. Jumlah seluruh tenaga kerja karyawan pelaksana sebanyak 2004 orang serta jumlah tanggungan sebanyak 3280 orang.

Pencapaian produksi Perkebunan Kelapa Sawit Unit Adolina tahun 2009 sampai dengan bulan februari 2009 adalah 4997 ton dengan rincian produksi dari Adolina berupa minyak sawit (MS) sejumlah 3461 ton dan Inti Sawit (IS) sejumlah 706 ton, total jumlah MS + IS dari Adolina adalah 4167 ton. Sedangkan dari pihak III berupa minyak sawit (MS) sejumlah 701 ton dan inti sawit (IS) 129 ton, total jumlah MS - IS dari pihak III adalah 803 ton. Adapun produksi kelapa sawit pada tahun 2009 per Ha luas areal perkebunan adalah 22,57 ton/Ha. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Adolina, (2009).


(60)

4.1.2. Visi Dan Misi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) menjadi perusahaan agribisnis perkebunan yang tangguh dan mampu bersaing , baik di sektor hulu dan hilir di tingkat nasional maupun regional.

1. Menjalankan usaha agribisnis perkebunan di bidang perkebunan kelapa sawit (komoditi utama), teh dan kakao, serta menghasilkan produk minyak sawit, inti sawit, teh jadi, biji kakao kering serta produk turunannya yang berkualitas, untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan

2. Meningkatkan daya saing produk secara terus menerus yang didukung oleh sistem, cara kerja dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreatifitas dan inovasi untuk peningkatan produktivitas dan efektivitas.

3. Menghasilkan laba yang berkesinambungan untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham, karyawan dan stakeholder lainnya.

4. Mengelola usaha untuk meningkatkan nilai perusahaan secara professional dan berpegang teguh pada nilai nilai etika bisnis dan senantiasa berpedoman pada tata kelola perusahaan secara sehat.

5. Memberikan perhatian dan peran sungguh sungguh dalam membangun kemitraan dan mengembangkan masyarakat lingkungan (community Development), koperasi , usaha kecil dan menengah, serta kelestarian hidup.


(1)

penghantaran sumberdaya finansial harus diperlakukan sama pentingnya dengan persiapan sosial

Pemikiran tentang harkat manusia yang selayaknya (well being) adalah nilai universal yang menjadi kepedulian bersama.) Berangkat dari kepedulian sosial, menjadi inspirasi munculnya tanggung jawab sosial yang dikemas dalam manajemen pembangunan yang multi centered Ibrahim (2006). Lebih lanjut Ibrahim (2006) menyebutkan, bagi korporasi, sepanjang makna yang terkandung dalam CSR dapat diimplementasikan secara benar akan memberikan manfaat yang sangat berarti bagi komunitas. Mekanisme kerjasama yang jelas, akuntabel dan transparan dari semua pihak terkait, Pemerintah, pebisnis akademisi, dan LSM, masyarakat dengan kekuatan yang dimiliki. Banyak hal yang dapat dilakukan korporasi berkaitan dengan perbaikan kehidupan komunitas lokal atau sebaliknya komunitas lokal ikut merasakan manfaat keberadaan perusahaan melalui praktik CSR tersebut.

Masyarakat hendaknya turut bertanggung jawab dengan mengawasi cara beroprasinya perusahaan dan pelaksanaan program CSR untuk itu perlu pengetahuan tentang peraturan yang berlaku guna antisipasi terhadap pelanggaran peraturan tersebut. Di samping masyarakat juga berkewajiban menjaga lingkungan sekitar, tidak hanya mengawasi perusahaan, tetapi juga berperan dalam menjaga lingkungan. Achmad Daniri (2008) menyatakan CSR yang efektif memerlukan peran civil societynya yang aktif, setidaknya terdapat tiga wilayah di mana masyarakat dapat menunjukkan perannya. Ketiga wilayah itu adalah sebagai berikut:


(2)

a. Kampanye melawan perusahaan yang melakukan praktik bisnis tidak sejalan dengan prinsip CSR lewat berbagai aktifitas lobby dan advokasi. b. Mengembangkan kompetensi untuk meningkatkan kapasitas dan

membangun institusi yang terkait dengan CSR.

c. Mengembangkan inisiatif multistakeholder yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, korporasi dan pemerintah untuk mempromosikan dan meningkatkan kualitas penerapan CSR.

Kunci keberhasilan pembangunan adalah kerjasama setara antar semua pihak dalam wujud kemitraan yang sinergis, walaupun bagaimana mewujudkan kerjasam yang efisien dalam pembangunan akan menjadi dilema tersendiri di tengah-tengah kepentingan yang berbeda. Semua pihak berperan sesuai dengan kepentingan, fungsi dan potensi tanpa salah satu pihak lebih berkuasa dari pihak lainnya. Semua pihak memiliki hak dan kewajiban yang sama, sesuai peran dan saling menghormati kepentingan sesuai porsi dan posisinya.


(3)

BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Dari uraian uraian pada bab terdahulu dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sudah diimplementasikan oleh PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina, akan tetapi belum dilaksanakan dengan baik.

2. Pada umumnya pelaksanaan kegiatan program Kemitraan Dan Bina Lingkungan masih ditangani oleh Kantor Pusat, walaupun bagian PKBL sudah ada di Unit Kebun Usaha Adolina. Sehingga masih ditemukannya warga masyarakat yang belum mengetahui program CSR dan masih ada sebahagian pelaku UKM yang menjadi mitra-binaan Unit Usaha Kebun Adolina bukan masyarakat komunitasnya melainkan berada di Kota/Kabupaten lain seperti: Dolok Merawan, PTP IV Pabatu, Dolok Masihul.

3. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang telah dialokasikan di PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina telah memberikan manfaat yang besar membantu meningkatkan perekonomian, terutama masyarakat dan pelaku UKM yang telah menerima bantuan dari program ini. Namun demikian masih mengundang keraguan sebagian masyarakat dengan


(4)

alasan program ini belum disosialisasikan secara terbuka, sehingga muncul kesan adanya unsur KKN.

4. PTPN IV Persero belum memiliki rencana jangka menengah dan jangka panjang untuk program CSR yang akan diimplementasikan.

5. Regulasi UU No. 40 Tahun 2007 masih sebatas pada pergantian istilah saja akan tetapi dalam bentuk program dan pengaplikasiannya masih serupa dengan yang sebelumnya, sehingga belum berdampak pada upaya mengurangi masyarakat yang lemah atau masyarakat miskin.

5.2. Saran

Adapun yang menjadi saran penulis adalah PTPN IV sebagai berikut : 1. Dengan semakin kuatnya tuntutan bagi BUMN untuk berpartisipasi

membangun masyarakat maka program CSR harus terus ditingkatkan dan dikembangkan dengan perencanaan yang lebih tepat dan berdaya guna bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

2. Program CSR lebih meningkatkan manajemen pengelolaan mitra binaan sehingga masyarakat bisa punya akses terhadap peningkatan kesejahteraan hidupnya. Kemudian dana dan pinjaman bisa diperbesar dan pembayarannya diperlunak. Jika masyarakat disekitar PTPN IV sejahtera maka ini merupakan indikator keberhasilan pemerintah atau negara melalui BUMN dalam mensejahetrakan masyarakat sekitarnya. 3. Program Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) hendaknya


(5)

miskin atau tidak hanya pada pembangunan fisik yang kurang berdampak pada peningkatan kesejahteraan secara langsung.

4. Pentingnya koordinasi dengan pemerintah (pemerintah daera/kota) dalam bentuk laporan dari program tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan.

5. Pelaksanaan tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang baik tidak dapat dilakukan dengan membuat kebijakan semata, tetapi diperlukan itikad baik, komitmen yang kuat, serta partisipasi aktif para pihak (dalam hal ini pemerintah, perusahaan dan masyarakat). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan akan niscaya keefektifannya ketika para pihak menyadari peran dan kewajibannya.


(6)